Langkah Antisipasi Puncak Musim Hujan di Jabar

Pemprov Jawa Barat menyiapkan beberapa langkah strategis terutama di titik=titik rawan banjir dan longsor serta pergerakan tanah
Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi Thamim - ketua harian Satgas PPK DAS Citarum (paling kiri setelah MC), Prima Mayaningtias, Sekretaris DLH Jabar (kanan kedua) Linda Al Amin, Kadis SDA Jabar (tengah) dan Bambang Hidayah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (paling kanan) saat acara Japri, Bandung, Kamis 16 Januari 2020. (Tagar/Fitri Rachmawati)

Bandung - Sebagai antisipasi menghadapi puncak musim hujan yang diprediksikan datang pada Februari-Maret 2020, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menyiapkan beberapa langkah strategis, terutama di titik rawan banjir, longsor hingga potensi pergerakan tanah.

Ketua Harian Satgas Citarum Harum, Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi Thamin, menuturkan penanganan banjir di Sungai Citarum sudah cukup baik. Meskipun masih tetap harus waspada terutama saat puncak musim hujan. Langkah antisipasi menghadapi puncak musim hujan nanti dari Satgas Citarum tetap akan berkoordinasi dengan pihak terkait, pengawasan rutin akan tetap dilakukan, dan akan lebih fokus pada penanganan sampah yang menjadi salah satu berpotensi besar penyebab banjir.

“Dan kita pun akan fokus pada penyegaran kawasan hulu Sungai Citarum yang masih membutuhkan perhatian,” tuturnya, usai acara Jawa Barat Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, kemarin malam.

Dedi menambahkan, meskipun persoalan sampah leading sector-nya ada di Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, tetapi dalam prakteknya semua dibagi per wilayah untuk penanganan sampah ini.

“Satgas Citarum pun ikut menangani sampah karena sampah menjadi masalah juga, buat banjir tambah parah. Tambah lagi dengan sedimen di sungai yang sudah lama tidak dikeruk,” tambah dia.

Di tempat yang sama Kepala Bidang Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) Dinas Kehutanan Jawa Barat Dedi Hendrawan menuturkan, langkah antisipasi Dinas Kehutanan menghadapi puncak musim hujan salah satunya, mulai masif melakukan penanaman pohon di lahan kritis di beberapa wilayah di Jawa Barat bersama masyarakat setempat. Dalam waktu dekat, direncanakan bisa menanam pohon secara bertahap di 61.000 hektar.

“Untuk itu diperkirakan kita membutuhkan kurang lebih 25 juta batang pohon, dan kita pun akan memetakan wilayah mana yang prioritas segera ditanami pohon dengan bekerjasama dengan BPN,” kata dia.

Selain itu, upaya antisipasi lain seperti sosialisasi penggunaan lahan kepada masyarakat pun akan tetap dilakukan, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai. Mereka diimbau agar lahan kritis tidak hanya ditanam tanaman seperti jagung, sayuran yang sifatnya tidak mampu menahan air. Tetapi, harus ditanam juga dengan pohon yang mampu menahan air.

“Jadi, masyarakat diminta menanam pohon yang lebih bisa menahan air atau pakai pola agroforestry (tumpang sari) yang dinilai lebih efektif dalam menanggulangi banjir dan potensi longsor,” ujar dia.

Di samping masyarakat di sekitar DAS, semua OPD termasuk para ASN dan seluruh elemen masyarakat lainnya serta perusahaan-perusahaan yang ada di wilayah Jawa Barat pun mulai 2020 ini akan diimbau untuk mulai menanam pohon dilingkungan sekitarnya.

“Mekanismenya (untuk masyarakat umum) yang mau menikah diminta (persyaratannya) harus menanam 10 pohon, yang mau bercerai harus 100 pohon,” tegas dia.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung, Cisadane Bambang Hidayat menambahkan antisipasi puncak musim hujan diantaranya, menormalisasi beberapa sungai. Terutamanya sungai yang ada di wilayah Bekasi dan Bogor.

“Sebelumnya Sungai Ciliwung yang banjir, sekarang justru di Bekasi dan Bogor (Sungai Cikeas dan Cileungsi Selatan) yang banjir parah,ini yang menjadi atensi kita untuk saat ini,” kata dia.

Dari hasil pemeriksaan, ternyata Sungai Cikeas dan Cileungsi Selatan sudah lebih 20 tahun belum pernah dikeruk. Sehingga, sedimennya sangat tebal. Selama ini ternyata hanya sebatas penanganan per titik atau per bagian di sungai-sungai tersebut.

“Alhasil, Bekasi banjir sampai 4 meter kedalamannya. Bahkan yang di Pondok Gede sampai-sampai minta relokasi karena sudah jenuh setiap musim hujan selalu banjir, “ ujar dia.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, Prima Mayaningtias menambahkan, antisipasi DLH menghadapi puncak musim hujan banyak yang akan dilakukan, tetapi yang menjadi atensi salah satunya soal limbah yang sengaja dibuang oleh banyak perusahaan-perusahaan nakal saat hujan dan banjir.

“Modus perusahaan buang limbah, mereka membuang limbah saat banjir atau hujan besar. Ini sudah beberapa kali kita temukan, dan kita tindak,” kata dia.

Sudah ada 161 kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Jawa Barat, diantaranya mereka melakukan tindakan membuang limbah, dan sudah ada kurang lebih 10 yang sudah berkekuatan hukum tetap. []

Berita terkait
Jokowi dan Citarum, Pengabdian Tulus Pemimpin Terhadap Kualitas Hidup Rakyatnya
'Jokowi dan Citarum ini bukan lagi soal elektabilitas, tapi pengabdian tulus seorang pemimpin terhadap kualitas hidup rakyatnya.'
Sungai Citarum, Awal Kisah Cinta Sangkuriang
Citarum awalnya dikuasai kerajaan Tarumanegara
Mengenal Citarum Harum, Ketegasan Jokowi Bersihkan Sungai 269 Km
Jokowi membidik gentingnya revitalisasi Sungai Citarum sebagai hajat hidup orang banyak.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.