Jakarta – Industri manufaktur Indonesia mengalami kendala pemenuhan bahan baku yang berimbas kepada terganggunya proses produksi. Bob Azam menerangkan jika hal ini merupakan imbas dari pemulihan ekonomi yang cepat secara global.
Industri manufaktur menjadi salah satu industri yang mengambil peran besar dari pemulihan ekonomi di dalam negeri. Bob Azam selaku Wakil Ketua Bidang Manufaktur Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) menerangkan jika krisis bahan baku ini terjadi di hampir semua bidang manufaktur yang ada di Indonesia.
“Memang ekonominya ekspansif kemudian produksi dituntut untuk bisa meningkat tetapi diwaktu yang bersamaan kita menghadapi beberapa permasalahan seperti permasalah kontainer kemudian sekarang kita mengalami krisis bahan baku,’ ujar Bob Azam Wakil Ketua Bidang Manufaktur Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) di kanal YouTube CNBC Indonesia dilihat, Senin, 22 November 2021.
Kalau sekarang krisisnya global yang diperkirakan krisis itu bisa berlangsung hingga lima tahun ternyata dalam setahun dua tahun sudah recovery dan recovery itu berbarengan.
Menurut Bob Azam kelangkaan bahan baku ini terjadi karena krisis energi dan dampak dari pandemi yang belum usai. Krisis bahan baku yang terjadi di Indonesia bisa dikatakan juga karena 70 % bahan baku di Indonesia berasal dari China yang mengalami krisis energi saat ini.
- Baca Juga: China Alami Inflasi, Resahkan Ekonomi Global
- Baca Juga: Gelar TJSL FEST, PLN Dorong 269 UMK Go Digital
“Hampir semua industri di industri kimia, industri tekstil itu ditandai oleh kenaikan harga komoditi, industri otomotif juga mengalami hal serupa karena persoalan semikonduktor,” ucap Bob Azam.
Menurutnya di setiap sektor mengalami persoalannya masing-masing seperti otomotif yang bahan bakunya dialihkan sebagian besar ke produk elektronik. Bob Azam juga menjelaskan sebenarnya krisis ini sudah diduga sebelumnya namun ternyata terjadi begitu cepat.
“Kalau sekarang krisisnya global yang diperkirakan krisis itu bisa berlangsung hingga lima tahun ternyata dalam setahun dua tahun sudah recovery dan recovery itu berbarengan, kita bisa duga akan terjadi situasi yang seperti ini,” kata Bob Azam.
- Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh Positif di Kuartal 3-2021
- Baca Juga: Jokowi Bahas Kerja Sama Ekonomi Strategis dengan Menlu Inggris
Bob Azam sendiri juga berharap jika krisi yang terjadi ini menjadi pembelajaran sehingga negara-negara tidak berinvestasi di satu negara. Selain itu Bob Azam juga mengatakan dirinya berharap jika negara-negara lain akan mulai berinvestasi di Indonesia.
“Kita mulai 2022 akan memulai arsek, jadi arsek ini adalah salah satu modal bagi Indonesia untuk menarik investasi, relokasi dari cina karena dengan arsek ini pasar cina akan lebih terbuka dan impor dari cina bisa lebih murah,” ujar Bob Azam.
(Dimas Rafika)