Kredit Macet Melonjak, Harga Saham Bank BTN Ambruk

Harga Saham Bank BTN (BBTN) hingga akhir penutupan perdagangan tanggal 6 April 2020 berada di level Rp 1.005, seperti harga 5 tahun lalu.
Foto: btn.co.id

Harga Saham Bank BTN (BBTN) hingga akhir penutupan perdagangan tanggal 6 April 2020 masih berada di level harga Rp 1.005, seperti harga 5 tahun lalu. 

Yang artinya pemegang saham dalam jangka panjang masih belum memperoleh untung dari membeli saham PT Bank Tabungan Negara Tbk ini. Miris memang, karena memang dari tahun ke tahun kinerja dari Bank BTN justru semakin tidak sehat dan mengkhawatirkan.

Bank BTNGrafik Harga Saham Bank BTN (Yahoo Finance)

Selain permasalahan dugaan korupsi yang melibatkan petinggi dari Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini, laba bersih Bank BTN di 2019 juga anjlok hingga 92,5% dibanding tahun sebelumnya menjadi hanya Rp 209 miliar.

Apa itu NPL atau Non Performing Loan 

Non-Performing Loan (NPL) atau yang sering disebut dengan kredit macet, merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesehatan aset suatu bank. Secara sederhana perhitungan NPL adalah membagi jumlah kredit macet dengan total kredit yang disalurkan oleh suatu bank.

Apabila nilai NPL terlalu tinggi maka hal ini memberikan indikasi bahwa bank tersebut sedang dalam masalah keuangan. Jika tidak segera diselesaikan, akan membawa dampak buruk pada bank tersebut. Tidak hanya menggerus laba bersih tapi juga dapat membuat bangkrut atau gagal bayar terhadap nasabah yang menyimpan uangnya di bank itu.

Bank BTNTabel Tingkat Kelancaran Penagihan (Kolektibilitas) Utang di Bank

Status kredit yang diberikan bank dapat dikelompokkan dalam 5 tingkat berdasarkan kelancaran penagihannya yaitu, lancar (tingkat 1), perhatian khusus (tingkat 2), kurang lancar (tingkat 3), diragukan (tingkat 4) dan macet (tingkat 5).

Baca juga: Dugaan Korupsi, Harga Saham Bank BTN Anjlok

Untuk NPL net, yang dihitung hanya kredit dengan status macet (tingkat 5) saja, sedangkan NPL gross menghitung dari kurang lancar, diragukan dan macet. Itulah mengapa angka NPL gross selalu lebih besar dari NPL net.

Kredit Macet atau NPL Bank BTN Melonjak 

Berdasarkan data dari halaman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2019, NPL (gross) dari bank umum di Indonesia berada pada level 2,53%. Berdasarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 14 Tahun 2017, bank dengan NPL Net lebih dari 5% akan ditetapkan dalam pengawasan intensif.

Sementara untuk NPL Bank BTN (BBTN) sendiri per Desember 2019 mencapai 4,78%, jauh di atas rata-rata bank umum di Indonesia.

Bank BTNGrafik Non Performing Loan (NPL) Gross dan Net Bank BTN (diolah oleh Yossy Girsang)

Jika melihat pada grafik di atas, sangat jelas terlihat bahwa baik NPL gross maupun NPL net Bank BTN di 2019 telah mencapai level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Tentu ini menggambarkan kinerja yang kurang baik. Sehingga sangat wajar jika para investor yang memegang saham Bank BTN melepas saham yang mereka miliki karena kekecewaan pada kinerja ini.

Bank BTNTabel Kredit yang disalurkan oleh Bank BTN di 2019 (diolah oleh Yossy Girsang)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa NPL gross yang 4,78% itu setara dengan Rp 12,23 triliun. Sedangkan NPL net setara dengan Rp 7,7 triliun. Dapat dikatakan bahwa di tahun 2019, ada dana senilai Rp 12,23 triliun yang tidak bergerak dan mati karena cicilan dari penerima kredit sudah tidak terbayarkan di atas 90 hari atau 3 bulan.

Baca juga: Laba Terendah 16 Tahun Terakhir, Ada Apa dengan Bank BTN?

Sebagai tambahan informasi hingga 2019, Bank BTN menyalurkan KPR bersubsidi sejumlah Rp 111,13 triliun, KPR non subsidi Rp 80,64 triliun, dan kredit sektor komersial Rp 21,66 triliun. Dan ternyata kredit macet di KPR bersubsidi hanya di bawah 1%, sedangkan KPR non subsidi mencapai 3,7%, dan untuk kredit sektor komersial sangat tinggi mencapai 18%.

Ini berarti masyarakat dengan penghasilan kecil justru lebih disiplin membayar kreditnya dibandingkan dengan penghasilan lebih tinggi. Seharusnya Bank BTN sebagai Badan Usaha Milik Negara lebih fokus melayani kredit subsidi sehingga ke depannya NPL dapat ditekan ke level yang lebih rendah.

Saham Bank BTN Belum Layak Dikoleksi 

Dengan situasi kinerja Bank BTN yang masih perlu waktu untuk berbenah, kami melihat bahwa saham Bank BTN masih berisiko tinggi untuk dimiliki apalagi untuk investasi jangka panjang. Menurut kami dengan situasi wabah pandemi Covid-19 saat ini, yang pasti akan berdampak pada level NPL yang lebih tinggi lagi karena penangguhan pembayaran kredit, dan dengan kondisi NPL gross dari Bank BTN saat ini masih sangat tinggi di 4,78% lebih baik hindari dulu membeli saham Bank BTN.

Kembali kami ingatkan bahwa, pada akhirnya keputusan jual beli saham ada di tangan Anda sebagai pembaca. Tujuan kami memberikan analisa itu adalah untuk edukasi agar ke depannya Anda juga mampu melakukan riset sendiri sebelum memutuskan untuk memiliki satu saham perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. []

*Yossy Girsang, Pengamat Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal
Tim Ekonomi Tagar

Berita terkait
BTN Menjawab Kerisauan Hari Tua
Bank Tabungan Negara (BTN) terus berinovasi meningkatkan layanan untuk memberikan kemudahan masyarakat yang ingin memiliki rumah.
Daya Beli Rendah Biang Kerok Laba Bank BTN Anjlok
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perseroan, laba BTN pada 2019 diketahui amblas 92,5 persen menjadi Rp 209 miliar.
Bunga Murah, BTN Optimistis Raup Rp 3 Triliun
BTN membidik penyaluran kredit pemilikan rumah senilai Rp 3 triliun pada perhelatan Indonesia Property Expo (Ipex) 2020.
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.