BTN Menjawab Kerisauan Hari Tua

Bank Tabungan Negara (BTN) terus berinovasi meningkatkan layanan untuk memberikan kemudahan masyarakat yang ingin memiliki rumah.
Hamidah dan sejumlah nasabah KPR Bank BTP Padang saat melangsungkan akad kredit. (Foto: Tagar/Dok.Riki Chandra)

Padang - Seorang lelaki tergopoh-gopoh mengabarkan pengajuan kredit rumahnya disetujui pihak bank kepada sang istri. Keinginan yang sudah dua tahun mereka mimpikan akhirnya menjadi kenyataan, setelah datangnya notifikasi dari Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

"Alhamdulillah. Kredit rumah kita jebol. Pekan depan langsung akad kredit," katanya kepada istri yang tengah sibuk menyuapi anak.

Ketika kredit rumahnya di setujui Oktober 2018, lelaki bernama Chandra itu baru dua tahun menikah dengan Elvira, 28 tahun. Dia sengaja pulang lebih cepat hari itu, hanya untuk membuat kejutan kepada sang istri.

"Saya biasa pulang larut malam. Tapi karena ini kabar sangat baik, saya pulang cepat saat itu dan tidak ingin menyampaikannya lewat telepon," katanya.

Kalau bisa sekarang, kenapa tidak. Daripada ditabung duitnya lebih baik investasi beli rumah. Usia berlanjut, rumah lunas.

Konon, desakan istri yang membuatnya gigih mengurus cepat pembelian rumah. Hal itu juga dibenarkan istrinya, Elvira. Menurutnya, sebagai seorang jurnalis aktif, suaminya hanya menerima upah pas-pasan dan hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari.

"Uda (abang) wartawan sejak 2012. Uangnya hanya cukup buat makan, kami juga tinggal mengontrak di Kota Padang," kata Elvira kepada Tagar, Minggu, 23 Februari 2020.

Apalagi, anak pertama mereka lahir perempuan yang mengharuskan cepat memiliki rumah. Sebab, kelak ketika dewasa, rumah akan ditempati dan diperuntukkan bagi anak perempuan. "Kalau anak perempuan, wajib rasanya cepat punya rumah. Kalau anak laki-laki di Minangkabau masih mendingan tidak punya rumah cepat," katanya.

Persoalan pendapatan rendah menjadi dasar Elvira mendesak suami untuk cepat-cepat mengambil rumah. Sebab, tidak mungkin rasanya menabung mengumpulkan uang hingga ratusan juta untuk membeli tanah dan mendirikan rumah.

"Kalau badan selalu sehat, umur panjang, bisalah mengumpulkan uang. Tapi kalau nanti dipecat, sakit-sakitan, tentu susah. Apalagi, uda bukan pegawai negeri," katanya.

Elvira mengaku keinginan memiliki rumah sudah diutarakannya kepada suami sejak awal menikah. Dia pun mencari informasi tentang kredit rumah yang ditawarkan sejumlah developer perumahan di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Semula, Elvira mengira untuk kredit rumah butuh uang puluhan juta, namun dugaannya keliru. Pasalnya, kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi yang ditawarkan BTN justru di bawah harga yang dibayangkannya.

"Saya kira butuh uang sampai 20 jutaan untuk rumah tipe 36. Tau-taunya hanya belasan juta, karena disubsidi oleh BTN," katanya.

Meski demikian, Elvira tak langsung mengamini kredit rumah subsidi ala BTN. Dia mencoba mencari pembanding dengan harga-harga yang ditawarkan KPR bank lain. Namun setelah mencari tahu lebih banyak, dia pun memutuskan untuk memilih BTN.

Selain bunga rendah, kata Elvira, pengurusan di BTN yang tidak berbelit juga menjadi alasan utama dia memilih bank tersebut. Artinya, setelah dilakukan pengecekan dan dianggap mampu, maka pihak bank langsung menyetujui pengajuan.

"Dulu karena uda wartawan, kredit sepeda motor pun susah. Ragu-ragu orang menyetuinya, takut nggak dibayar. Ini rumah ratusan juta harganya dan masih berstatus wartawan, gampang saja lolosnya. Artinya, BTN betul-betul mempertimbangkan keseriusan pemohon KPR," katanya.

Saat ini, kredit rumah Elvira sudah berjalan 1 tahun 3 bulan. Cicilannya per bulan sebesar Rp 945 ribu, untuk jangka waktu 15 tahun dan angka tersebut akan tetap sama sampai rumah itu dilunasinya.

"Paling tidak saat anak masuk SMP, rumah lunas. Kami bisa fokus untuk biaya pendidikannya selanjutnya. Kalau pun tetap hidup pas-pasan, hari tua sudah agak mendingan karena sudah punya rumah," tuturnya.

Begitu juga pengakuan Winda Permata Sari, 26 tahun. Dia juga membeli rumah lewat BTN sebelum menikah tahun lalu. "Sebelum akad nikah, saya akad beli rumah dulu. Pengajuannya tak sampai sebulan dan urusannya mudah," kata istri Isra, 25 tahun itu.

Winda memilih cepat membeli rumah karena menurutnya harga rumah akan terus melonjak naik. Menurutnya, inti kredit rumah adalah berani, dan dari situlah timbul kepercayaan untuk melunasinya.

Jika tetap mengulur waktu, risiko tidak punya rumah akan semakin tinggi bagi yang memiliki penghasilan pas-pasan. Apalagi, usia untuk kredit rumah hanya sampai 65 tahun. Sedangkan jangka waktu kredit rumah hanya 10, 15 sampai 20 tahun.

"Kalau bisa sekarang, kenapa tidak. Daripada ditabung duitnya lebih baik investasi beli rumah. Usia berlanjut, rumah lunas," katanya.

Tranformasi Digital

Seorang karyawan swasta, Hamidah, 42 tahun, mengatakan rumah adalah kebutuhan primer. Dia sendiri mengambil KPR melalui BTN di perumahan Clemira River View, Kayu Aro, Solok.

Mau beli rumah di mana, pakai developer apa, semuanya gampang dan tinggal pilih. Pengisian syarat-syarat-nya pun sudah online semua.

Midah belum berkeluarga. Dia sengaja membeli rumah untuk persiapan hidup selanjutnya. Serta ingin merasakan nikmatnya punya rumah dengan hasil keringat sendiri, walau pun dia sudah memiliki rumah dari orang tuanya.

"Baru November 2019 akad kredit rumah saya di BTN. Hitung-hitung investasi hari tua," katanya.

Menurut Midah, memilih BTN bukan karena tanpa pertimbangan matang. Apalagi, menurut orang tua dan kerabat-kerabatnya, BTN sudah lama menyediakan KPR untuk masyarakat. Dengan kata lain, sudah lebih berpengalaman dibandingkan dengan bank-bank lain yang juga menawarkan KPR.

"Saya bayar angsuran Rp 888 ribu sebulan. Bunganya hanya 5 persen, kan disubsidi pemerintah," katanya.

Saat ini, kata Midah, masyarakat yang ingin memiliki rumah, tidak perlu lagi repot-repot datang dulu ke kantor developer. Sebab, layanan untuk pengambilan rumah sudah bisa dipilih melalui aplikasi online yang disediakan BTN.

"Mau beli rumah di mana, pakai developer apa, semuanya gampang dan tinggal pilih. Pengisian syarat-syarat-nya pun sudah online semua," katanya.

Hal senada juga dibenarkan Arianda, 25 tahun, seorang karyawan swasta di Kota Padang. Dia mengaku memantau rumah kredit di BTN melalui KPR Gaeesss dengan mengunduh layanan www.btnproperti.co.id. Lewat aplikasi yang diluncurkan BTN pada Oktober 2018 itu, Ari bisa melihat langsung tawaran harga rumah dan syarat pengajuan kredit yang diberikan.

"Canggih sekarang, tidak perlu ke lokasi, tapi bisa pantau langsung rumah yang mau dibeli. Kakak saya sekitar 10 tahun lalu, kreditnya harus datang dulu ke lokasi rumah. Mengurus administrasinya juga berulang ke kantor developer," katanya.

Arianda sendiri berencana akan membeli rumah pertengahan atau akhir tahun ini. Dia menargetkan menikah di usia 28 tahun atau setelah tiga kredit rumahnya kelak berjalan.

"Sekarang saya sedang pantau-pantau dulu di mana lokasi cocok. Pastinya tahun ini saya beli rumah dan pesannya lewat android saja," tuturnya.

Menurut Arianda, dia mengetahui layanan KPR Gaeesss dari kakak kandungnya yang sampai hari ini, masih menyicil ke BTN. Saya tanya-tanya soal rumah, kakak langsung jawab download BTN property. Lengkap semua di sana, nggak repot lagi harus bolak-balik ke kantor developer," katanya.

Tranformasi digital BTN memang kian pesat. Tidak saja layanan bagi calon pembeli, penyedia rumah atau developer pun dituntut melek teknologi. Bahkan, layak dan tidaknya calon debitur bisa dipantau jarak jauh melalui aplikasi.

Salah seorang pengusaha developer perumahan di Sumatera Barat (Sumbar), Bachdarma Indra mengatakan untuk menjual rumah bersubsidi khususnya, pengembang harus tercatat di aplikasi Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (SiKumbang) yang diluncurkan Kementerian PUPR.

Selain itu, calon pembeli pun harus terdaftar di Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SiKasep). Setiap orang yang akan mengakses layanan ini, wajib mengisi biodata yang diminta. Seperti KTP, NPWP hinggga informasi jumlah penghasilan per bulan.

"Dari data pribadi inilah nanti pengembang bisa mengetahui, calon debitur ini layak subsidi atau tidak. Makanya calon pembeli harus mengisinya dengan sangat jujur. Aplikasinya bisa langsung di download di playstore," katanya.

Layanan online sangat membantu kerja developer, maupun pihak bank. Data dan syarat pengajuan rumah lebih mudah didapatkan, sebab calon pembeli telah mengisi langsung apa yang diperlukan dalam sebuah proses kredit jual-beli rumah.

"Lebih cepat, gampang dan mudah. Paling penting adalah akurat. Sebab, semua disajikan jelas," katanya.

Saat ini, kata Direktur Utama PT Putra Khamico Perkasa itu, BTN juga telah meluncurkan aplikasi KPR Gaeesss yang diperuntukkan bagi kaum millenial. Menurutnya, layanan itu akan semakin mempermudah untuk memiliki rumah impian.

"Anak-anak muda yang ingin punya rumah, mudah sekali hari ini. Jelang tidur, bisa cek harga rumah, lokasi dan sebagainya dari android masing-masing," katanya.

Bachdarma menyarankan anak-anak muda segera membeli rumah. Selain persiapan hari tua, rumah juga bagian investasi yang menjanjikan. Apalagi, harga rumah bersubdi selalu naik setiap tahun.

Tahun 2017, harga rumah subsidi yang dijualnya di wilayah Kabupaten Solok, Sumbar, Rp 123 juta. Di tahun 2018 menjadi Rp 130 juta. Kemudian naik lagi di 2019 menjadi Rp 140 juta dan Rp 155 juta untuk tahun 2020.

"Harga rumah naik terus, kuota rumah bersubsidi juga terus turun. Subsidi uang muka juga tidak ada lagi di BTN, yang ada hanya subsidi bunga tetap 5 persen. Makanya, cepat-cepat beli rumah saat bujangan," katanya.

Di sisi lain, Bachdarma tidak menampik lebih dari 90 persen nasabahnya kredit rumah melalui BTN. Lagi-lagi alasan cepat dan tidak berbelit-belit alasan nasabah memilih ke BTN. Administrasi dan pengurusannya jelas tanpa buang-buang waktu.

"Konsumen ingin cepat, developer ingin cepat dan itu terpenuhi di BTN. Ketika syarat pemohon lengkap, langsung akad," katanya.

Menurutnya, spesialisasi BTN memang di KPR. Sedangkan bank-bank lain terkesan ikut-ikutan dan hanya melihar pasar. Artinya, ketika bisnis properti bagus, bank itu bermain di sana. Sedangkan BTN terus melaju di tengah pasang surut bisnis properti di tanah air.

"Meski bank lain terkesan kurang serius (KPR), BTN tetap tidak bisa monopoli juga, terutama untuk KPR bersubsidi," tuturnya.

Menurutnya, bunga yang ditawarkan BTN untuk kredit subsidi maupun non-subsidi, tidak terlalu jauh berbeda dengan bank lainnya. Namun alasan akurasi dan kenyamanan membuat konsumen tetap memilih kredit di BTN.

"Layanan online BTN ini diharapkan menggejot minat konsumen. Minimal tiga kali lipat dari manual," katanya.

Rumah Millenial

Kementerian PUPR mengungkap data jumlah generasi millenial yang belum memiliki rumah di Indonesia mencapai 81 juta orang, atau setara dengan 31 persen jumlah populasi penduduk di Indonesia.

Secara nasional, KPR Gaeesss sudah sangat efektif. Di Sumbar memang masih jarang, karena KPR Gaeesss ini sasaran utamanya generasi muda yang produktif membeli rumah non-subsidi.

Besarnya potensi di segmen millenial ini juga yang membuat BTN terus berinovasi melahirkan layanan berbasis online. Seperti KPR Gaeesss yang bisa dikendalikan ibu jari calon pembeli lewat telepon pintar.

Hanya saja, untuk wilayah Sumatera Barat, belum banyak yang memanfaatkan aplikasi tersebut. Alasannya, mayoritas konsumen di Sumbar masih berburu KPR bersubsidi. Namun, progresnya sudah mulai berjalan seiring gencarnya sosialiasi yang dilakukan BTN.

"Secara nasional, KPR Gaeesss sudah sangat efektif. Di Sumbar memang masih jarang, karena KPR Gaeesss ini sasaran utamanya generasi muda yang produktif membeli rumah non-subsidi. Makanya jangka waktu yang disediakan BTN sampai 30 tahun," kata Deputi Branch Manager (DBM) Business Bank BTN Cabang, Imam Ghozali, kepada Tagar, Senin, 24 Februari 2020.

Meski tidak mau mengungkapkan total nasabah BTN di Sumbar, Imam mengatakan konsumen KPR di Ranah Minang sudah menyasar 19 kabupaten dan kota. Mulai daerah perkotaan hingga daerah pelosok dan perbatasan provinsi. Seperti Solok Selatan, Dharmasraya, Pasaman, Pasaman Barak, hingga Kepulauan Mentawai.

"Mitra perusahaan pengembang kami lebih 100 dan sudah hampir semua ada di Sumbar. Tentu jumlah debitur terus meningkat seiring keinginan konsumen ingin memiliki rumah," katanya.

Selain itu, untuk memudahkan proses KPR bagi pengembang dan konsumen, BTN Cabang Padang juga membuka outlet BTN di sejumlah daerah strategis. Seperti di Kota Bukittinggi, Payakumbuh dan Kota Solok. Dengan begitu, daerah-daerah yang dekat tidak perlu lagi mengurus akad kredit ke Kota Padang.

"Outlet BTN itu perpanjangan tangan BTN Padang di Sumbar. Di sana (outlet), sudah diberikan kewenangan untuk memproses kredit KPR," katanya.

Tahun 2020, Imam menargetkan minat generasi muda untuk memiliki rumah di Sumbar khususnya lebih meningkat. Terutama bagi yang baru bekerja dan ingin membeli rumah. Harapannya, layana KPR Gaeesss betul-betul optimal dan dimanfaatkan millenial.

Untuk menjaring minat generasi muda memilih rumah non-subsidi lewat KPR Gaeesss ini, Imam berharap pihak pengembang genjar bersosialisasi. Sebab, pemahaman generasi perlu dipupuk tentang rumah non-subsidi dan rumah bersubsidi yang diperuntukkan khusus bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

"Secara nasional, kuota rumah bersubsidi masih ada, termasuk di Sumbar. Tapi persentasenya sedikit turun dari 2019. Apalagi tahun ini, tidak ada lagi bantuan uang muka rumah bersubsidi dari BTN," tuturnya.

Tahun 2020, fokus PT Bank BTN (Persero) Tbk adalah meningkatkan kualitas bisnis perbankan, baik dari sisi portofolio kredit, layanan perbankan, maupun pendanaan. Hal itu dipaparkan Direktur Utama Bank BTN Pahala N Mansury, ketika menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) BTN bertema "Memperkuat Budaya Inovasi dan Integritas untuk Bisnis yang Lebih Berkualitas" pada 9 Januari 2020.

BTN menargetkan pertumbuhan bisnis kredit 10 persen atau sama dengan asumsi pertumbuhan kredit yang dipatok Bank Indonesia di angka 10-11 persen. Sektor KPR khususnya akan difokuskan untuk segmen millenial. Sedangkan dana pihak ketiga ditarget tumbuh sekitar 14 persen.

"Tahun 2020, kami fokus pada perbaikan kualitas bisnis Bank BTN, baik portofolio kredit, funding maupun layanan ke nasabah. Ini lebih penting saat ini bagi Bank BTN untuk menghadapi peluang dan tantangan 2020," katanya seperti dilansir melalui halaman btn.co.id.

Pahala juga menerangkan soal ketersediaan anggaran subsidi selisih bunga. Menurutnya, BTN telah menyiapkan model bisnis untuk menjawab tantangan pasar KPR. Dia tetap yakin BTN menangkap peluang di segmen properti.

"Kami harus memperkuat porsi KPR non-subsidi dari kalangan millenial dengan inovasi produk layanan perbankan berbasis digital. Ini sesuai dengan kebutuhan anak muda sekarang," katanya.

Di sisi lain, sebagai bank dengan pangsa pasar KPR terbesar, BTN akan terus mendukung program sejuta rumah pemerintah. Dia tetap berkomitmen menjadikan BTN berkontribusi dengan program pemerintah.

"Tahun 2020, kami tetap komitmen menjadi mitra pemerintah dalam program sejuta rumah dengan membuat model bisnis inovatif. Kami mengoptimalkan big data analytic, sehingga kekuatan BTN di KPR ikut mendorong pertumbuhan dana murah, transaksi, serta fee based income," tuturnya.

Disamping itu, BTN juga akan mengoptimalkan program KPR Gaeesss for millenial yang diracik sesuai karakteristik kaum milenial. KPR Gaeesss ini merupakan kredit untuk generasi muda dalam rentang usia 21-35 tahun.

"BTN memberikan gimmick menarik untuk millenia ini. Mulai dari bebas biaya admin, suku bunga single digit, diskon provisi 50 persen, dan jangka waktu kredit hingga 30 tahun," katanya.

Untuk diketahui, sejak resmi ditawarkan Oktober 2018 hingga November 2019, Bank BTN sukses mencatatkan penyaluran KPR Gaeesss senilai Rp 9,3 triliun. Nilai itu setara penyaluran untuk 27.593 unit hunian bagi kalangan milenial. Sementara itu, sampai akhir November 2019, Bank BTN total mencatatkan penyaluran KPR keseluruhan mencapai Rp 190,15 triliun. Angka itu naik 11,2 persen secara tahunan dari Rp 171 triliun per November 2018.[]

Berita terkait
Ekonomi Arab Saudi Tak Tergantung Lagi pada Minyak
Perekonomian Arab Saudi diprediksi akan tumbuh tahun ini dari sektor nonminyak, meskipun tantangan ekonomi global sedang mencuat.
IMF: Ekonomi Dunia, Sudah Rapuh Tertimpa Corona Pula
Epidemi virus corona atau COVID-19 yang mematikan dapat membahayakan pemulihan ekonomi global yang sudah rapuh.
Tanam Mangrove dan Tebar Ikan Tingkatkan Ekonomi
Kgiatan menanam pohon mangrove (bakau) dan ikan di Desa Ketapang Mauk, Tangerang, Banten, bisa menginspirasi masyarakat Indonesia khususnya Banten