Jakarta - Peneliti Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani menyebut resesi ekonomi yang menggasak Korea Selatan (Korsel) adalah momen yang menguntungkan bagi Indonesia. Menurutnya dampak resesi Negeri Ginseng malah membuka kesempatan bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia.
"Korea Selatan sendiri dampaknya ke Indonesia enggak besar, malah kita diuntungkan. Dengan resesi malah kita akan diuntungkan karena banyak investasi yang masuk," ujar Aviliani melalui konferensi daring, Kamis, 23 Juli 2020.
Sebagai negara yang kaya, Aviliani mengatakan Indonesia punya peluang yang lebih besar untuk bangkit dari krisis selama pandemi Covid-19. Kalaupun suatu saat Indonesia mengalami resesi, kata dia pasar Indonesia di mata dunia masih 'aman'.
"Kalau nanti Indonesia masuk resesi, orang melihat belanja pemerintah masih belum penuh dan pasar kita setelah pandemi corona masih dilihat bagus," kata ekonom lulusan Pascasarjana Manajemen Bisnis, Institut Pertanian Bogor (ITB) itu.
Apalagi, jika Indonesia dapat bertahan dari ancaman resesi tak mustahil rupiah menjadi salah satu mata uang yang berpotensi menjadi mata uang terkuat. Pasalnya, negara-negara yang terdampak resesi bakal menanam investasi di Indonesia.
"Kalau positif akan jauh lebih baik lagi dana-dana dari Korea Selatan dan negara resesi lainnya akan masuk, rupiah juga harus siap-siap terus menguat dengan investasi," ucapnya.
Korea Selatan (Korsel) diperkirakan telah memasuki resesi teknis terburuk sejak 1998. Negara Ginseng itu masuk ke jurang resesi pada kuartal II tahun 2020, setelah mengalami perlambatan ekonomi dua kuartal berturut-turut.
Salah satu faktor terbesar yang menyebabkan Korsel mengalami resesi karena mandeknya aktivitas ekspor ekspor yang anjlok 16,6 persen, terburuk sejak 1963. Padahal, aktivitas ekspor impor menjadi penggerak roda perekonomian negara pimpinan Moon Jae-in tersebut. []