Kompetisi Berhenti, PSIS Tekor Rp 1,2 Miliar

“Rata-rata kami mengeluarkan biaya kebutuhan bulanan sekitar Rp 1,2 miliar, cukup berat juga,” kata Yoyok lagi.
Pemain PSIS Semarang telah diwajibkan berlatih meski kompetisi dihentikan sementara selama dua pekan. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang, (Tagar 27/9/2018) – Pasca-tewasnya suporter Persija di tangan Bobotoh, pemerintah menghentikan sementara waktu kompetisi Liga 1 Indonesia. Keputusan per 25 September hingga dua pekan ini selanjutnya mengundang efek domino bagi nafas 18 klub di Liga 1, termasuk PSIS Semarang.

Diakui, akibat keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi tersebut, pengeluaran yang ditanggung manajemen Mahesa Jenar bakal membengkak. “Kira-kira kami membengkak Rp 1,2 miliar,” tutur CEO PSIS Semarang, Alamsyah Satyanegara Sukawijaya, Kamis (27/9).

Petinggi PSIS yang akrab disapa Yoyok Sukawi ini menjelaskan, penghentian dua pekan pertandingan dipastikan membuat selesainya kompetisi molor dari jadwal awal. Imbasnya berbanding lurus dengan bertambahnya biaya operasional tim yang ditanggung manajemen seperti kontrak pemain.

“Karena dengan molornya kompetisi dua minggu, yang awalnya berhenti 9 Desember, kami harus memperpanjang kontrak pemain dan official selama 1 bulan. Karena tidak mungkin kontrak diperpanjang dalam hitungan minggu. Sehingga pembiayaan tim membengkak satu bulan, ini cukup berat,” beber Yoyok.

Yoyok SukawiCEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Secara nominal, manejemen mengeluarkan biaya rutin untuk gaji pemain dan official sekitar Rp 900 juta tiap bulannya. Itu belum termasuk biaya katering, biaya latihan maupun biaya transport tiap pertandingan tiap bulannya. Totalnya di kisaran Rp 1,2 miliar per bulan.

“Rata-rata kami mengeluarkan biaya kebutuhan bulanan sekitar Rp 1,2 miliar, cukup berat juga,” kata Yoyok lagi.

Dampak lain adalah performa permainan PSIS. Meski mandeknya kompetisi hanya sementara, namun jeda dua pekan akan sangat terasa pada kemampuan tim maupun individu seorang atlet.
“Performa PSIS sedang bagus-bagusnya, grafik sedang menanjak, sekarang berhenti, nanti turun kembali,” tutur Yoyok.

Mengakali hal ini, manajemen PSIS telah menginstruksikan pelatih dan pemain tetap berlatih. “Dua minggu ini pemain semua di Magelang, kami masih latihan sampai besok, libur tiga hari, Senin latihan lagi. Kami tetap latihan, dilaksanakan terus,” ujar dia.

Menjaga mental bertanding, pertandingan uji coba menjadi alternatif solusi. Hanya saja, PSIS belum menentukan tim yang akan diajak pertandingan persahabatan.

“Pekan depan kami isi uji coba agar mental bertanding tetap terjaga, stabil. Inginnya bertandang, diundang Jakarta atau main dengan Bhayangkara atau tim lain di Liga 1. Tapi waktunya yang sulit. Kalau dengan tim Liga 2 atau Liga 3 juga sulit karena kompetisi sedang berjalan. Mungkin dengan tim lokal,” imbuhnya.

Terlepas dengan dampak yang bakal ditanggung, Yoyok Sukawi menegaskan PSIS siap menerima semua konsekuensi atas keputusan pemerintah dan PSSI.

“Bagaimanapun juga tidak masalah karena sudah diputuskan pemerintah. Dan memang kejadian itu kejadian nasional, kami menerima dan akan mempersiapkan sebaik-baiknya untuk menyongsong sisa kompetisi,” tandas dia.

Keprihatinan Wali Kota

Sementara itu, tewasnya suporter Persija, Haringga Sirila karena dianiaya pendukung Persib Bandung mengundang keprihatinan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Wali Kota yang biasa disapa Hendi ini menilai kejadian tersebut merupakan insiden paling memprihatinkan dunia sepakbola Tanah Air.

“Saya rasa kejadian pendukung Persib dengan pendukung Persija menjadi pengalaman yang sangat mempihatinkan dan jangan terulang lagi,” ujar Hendi yang juga menjadi pembina para militan PSIS Semarang.

Selain harus menjadi pembelajaran bagi dua klub, klub-klub lain di Indonesia juga harus menjadikan kejadian Haringga sebagai bahan introspeksi pembinaan suporter.  Termasuk bagi Panser Biru dan Snex, dua organisasi suporter PSIS Semarang.

“Tidak boleh terjadi di suporter Semarang. Jangan melakukan hal memalukan nama baik Semarang, tim maupun organisasi suporternya,” pinta dia.

Karena itu, baik Panser Biru maupun Snex, wajib memberi dukungan ke PSIS secara positif, menang maupun kalah, dengan tetap menjaga persaudaraan dengan pendukung klub lain.

“Arahan saya jelas. kita dukung PSIS menang atau kalah. Kita juga harus menjaga nama baik Kota Semarang, jangan sampai rusuh saat away atau saat jadi tuan rumah. Perlakuan simpatik kita akan jadi hal yang positif,” tegas dia.

Tanggapan Suporter

Kejadian yang menimpa Haringga juga mengundang keprihatinan dari sesama suporter sepakbola. Salah satu pentolan Panser Biru, Agus Wiharto menyesalkan kejadian yang semestinya tidak perlu terjadi itu.

“Kami biru sangat menyesalkan apa yang terjadi di GBLA. Semoga kejadian yang merenggut nyawa itu menjadi yang terakhir,” ujar Agus yang juga pengurus DPP Panser Biru Semarang itu.

Bagi Agus, jalinan silaturahmi dan komunikasi antarpendukung sepakbola di Tanah Air perlu digalakkan. Dengan demikian gesekan di lapangan bisa segera diminimalisir dan dicarikan penyelesaian secara cepat sehingga tidak berimbas negatif ke klub, jalannya pertandingan maupun kompetisi.

“Dari beberapa pertandingan PSIS Semarang, kami sambut dengan baik, tujuannya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan bentrokan bisa kami minimalisir,” beber dia.

Agus menambahkan, kejadian Haringga harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, khususnya PSSI. Organisasi sepakbola Tanah Air ini harus segera memperbaiki sistem dan memberikan hukuman yang berat bagi klub yang tidak mampu membina suporternya.

“Kami sebagai suporter akan mengikuti keputusan pemerintah. Tapi yang jelas diperbaiki bukan dihentikan,” tukas dia. []

Berita terkait