Solo - Optimisme tinggi dikibarkan pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo jalur independen, Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (BaJo). Bahkan saat ini BaJo mengklaim mampu mendapatkan suara menjanjikan.
Bagyo Wahyono dengan percaya diri optimistis bakal dapat mengungguli sang kompetitor, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa. Padahal prediksi banyak pihak justru yakin pasangan Gibran-Teguh bakal menang mutlak pada Pemilihan Kepala Daerah Solo 2020.
Tiap hari relawan-relawan kami terus bergerak. Menyebar di semua kelurahan di lima kecamatan di Kota Solo.
"Sampai saat ini kita sudah mendapatkan dukungan sekitar 65 hingga 70 persen suara. Ini bisa bertambah lagi karena ada banyak warga yang belum berada di Solo menyatakan siap untuk memberikan dukungannya pada BaJo," kata Bagyo Wahyono di sela-sela kampanye door to door yang dilakukan di kawasan Kecamatan Serengan, Solo, Sabtu, 31 Oktober 2020.
Dia menjelaskan sejauh ini, tim BaJo sudah terus melakukan pendekatan kepada warga masyarakat punya hak suara di Kota Solo. Dia mengatakan, pola door to door yang diterapkan adalah sangat tepat dan ini merupakan data-data riil.
Baca juga:
- Persiapan BaJo Debat dengan Gibran - Teguh di Pilkada Solo
- Gibran - Teguh Bidik 92 Persen Suara di Pilkada Solo
- Kampanye di Pilkada Solo, Wali Kota Rudy: Paslon Taat Prokes
"Tiap hari relawan-relawan kami terus bergerak. Menyebar di semua kelurahan di lima kecamatan di Kota Solo," ujar Bagyo.
Berbeda dengan pola yang diterapkan oleh pasangan Gibran-Teguh yang mengandalkan blusukan online, pasangan BaJo terus intensif melakukan kampanye secara door to door.
"Ini sangat efektif karena kita tahu persis berapa dukungan yang kita dapatkan. Jadi kita tahu berapa dukungan dari warga dan tidak asal bunyi," ujar Bagyo.
Meski door to door, dia juga memastikan jika kampanye dijalankan mengedepankan protokol kesehatan. Ini disebutnya sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Di sisi lain, kabar tak sedap menyebutkan bahwa rumah pribadi Bagyo Wahyono menunggak pembayaran PDAM hingga 33 bulan. Terkait hal ini, Bagyo berlatar belakang sebagai penjahit mengakui jika memang dia memiliki tunggakan pembayaran.
"Saya memang punya tanggungan pembayaran PDAM. Namun tidak sebanyak yang disebutkan di media massa. Saya juga merasa ini merupakan bagian dari teror yang ditujukan pada saya karena ini adalah masalah privasi. Ini biasa terjadi karena selevel presiden pemimpin negara juga sering mendapatkan serangan dari pihak tertentu," ucap Bagyo.
Mengenai tunggakan ini, dia mengaku sudah punya inisiatif untuk melakukan pembayaran. Tunggakan yang ada diakuinya karena memang kondisi ekonomi sedang sulit akibat pandemi.
"Dalam kondisi normal, saya biasanya dapat orderan menjahit kebaya bisa 15 potong dalam sehari. Namun sekarang sehari satu jahitan saja belum tentu. Terpenting saat ini saya sudah punya inisiatif untuk membayar tunggakan tersebut," kata Bagyo.[]