KKP Kembangkan Jenis Lele Bermutu Tiada Tara atau Mutiara

Melalui serangkaian riset, ikan lele dikembangkan menjadi ikan lele "bermutu tiada tara" atau disingkat sebagai Mutiara.
Ikan lele "bermutu tiada tara" atau Mutiara. (Foto:Tagar/KKP)

Jakarta - Ikan lele yang hidup di air tawar, merupakan salah satu komoditas paling terkenal di sektor perikanan. Tak sulit menemukan ikan berkumis ini.  Terkait hal itu, melalui serangkaian riset, ikan ini telah dikembangkan oleh para peneliti perikanan menjadi ikan lele "bermutu tiada tara" atau disingkat sebagai Mutiara. 

Ikan lele Mutiara memiliki pertumbuhan 20 sampai 70 persen lebih cepat dibandingkan strain lele yang lainnya. Selain itu, lele mutiara juga hemat dalam penggunaan pakan.

Terkait hal ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melakukan pemuliaan ikan lele, yang menghasilkan strain unggul dengan nama Lele Mutiara.

Kepala BRSDM Sjarief Widjaja menjelaskan, riset yang dikembangkan pihaknya mendukung tiga program terobosan KKP pada Tahun 2021-2024 sebagai berikut. 

1. Peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan

2. Pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor. 

3. Pembangunan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal.

Pemuliaan ikan lele, mendukung poin kedua dan ketiga. Pemuliaan itu, dilakukan oleh Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi yang terletak di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. BRPI merupakan salah satu unit pelaksana teknis di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan BRSDM.

Kepala BRPI Joni Haryadi menerangkan, induk ikan lele Mutiara merupakan strain unggulan yang dihasilkan melalui kegiatan pemuliaan ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) yang dilakukan di BRPI. Lele Mutiara telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 77/KEPMEN-KP/2015.

“Ikan lele Mutiara memiliki pertumbuhan 20 sampai 70 persen lebih cepat dibandingkan strain lele yang lainnya. Selain itu, lele mutiara juga hemat dalam penggunaan pakan sehingga dapat menekan biaya pengeluaran,” tegas Joni.

Adapun angka rasio konversi pakan (FCR) lele Mutiara hanya 0,6–1. Sedangkan strain lele lainnya berkisar 1–1,2. Selain itu, Ikan lele Mutiara juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit. 

Hal ini dibuktikan dengan uji coba yang dilakukan dengan cara menginfeksi benih ikan lele Mutiara (melalui penyuntikan) dengan bakteri Aeromonas hydrophila selama 60 jam dengan tingkat mortalitas hanya 30 persen. Lele Mutiara juga memiliki tingkat keseragaman ukuran mencapai 70–80 persen.

Ia menambahkan, lele Mutiara dengan beberapa keunggulannya yang telah teruji secara ilmiah maupun secara lapangan dan dapat diterima oleh masyarakat pembudidaya ikan lele di berbagai wilayah Indonesia, meski karakteristik alamnya berbeda-beda.

“Dengan kata lain, ikan lele Mutiara mampu mendukung program ketahanan dan kedaulatan pangan masyarakat Indonesia,” tandas Joni.

Berbagai keunggulan menyebabkan tingginya permintaan kebutuhan akan induk dan benihnya. BRPI sebagai penghasil induk unggul merasa perlu untuk berkolaborasi agar induk hasil pemuliaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Hingga saat ini tidak kurang dari 9.000 paket calon induk (45.000 ekor jantan dan 90.000 ekor betina) yang telah didistribusikan ke 217 Kabupaten/Kota dari 31 Provinsi di Indonesia.

Salah satu kolaborasi dilakukan BRPI dengan Pemerintah Kabupaten Jepara. Pada 3 April lalu, di Pendopo Kabupaten Jepara, Bupati Jepara Dian Kristiandi menerima 5 paket induk lele Mutiara yang diserahkan langsung oleh Kepala BRPI. Kerja sama ini diharapkan bermuara pada kemampuan menciptakan kemandirian benih lele Mutiara di Kota Ukir.

Setelah menerima bantuan paket indukan, Bupati Jepara langsung meneruskan penyerahan induk lele Mutiara kepada empat kelompok pembudidaya ikan. Keempatnya adalah Mina Barokah, Mina Usaha Mandiri, Mina Usaha Bersama, dan Pondok Pesantren Ummul Quro.

“Saya harap induk lele Mutiara dari BRPI ini dapat membantu meningkatkan kemandirian benih ikan lele di Kabupaten Jepara untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya akan benih berkualitas. Jadi kita dapat meningkatkan produksi dan kesejahteraan masyarakat pembudidaya,” sebut Dian.

Pangasuh Ponpes Ummu Quro Mashudi optimis, pendampingan langsung dari para peneliti akan menjadikan lele Mutiara berkembang lebih cepat dan proses transfer teknologi berjalan baik. Menurutnya, pondok pesantren memiliki potensi sebagai salah satu penggerak kekuatan ekonomi rakyat. 

Oleh sebab itu, melatih para santri mengenai kewirausahaan akan meningkatkan kompetensi dan daya saing santri. Secara khusus kewirausahaan budidaya perikanan disebutnya mampu menyiapkan sumber protein bagi lingkungan pondok serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang harapannya menular ke masyarakat untuk kesejahteraan bersama. []

Berita terkait
KKP Sederhanakan Regulasi Perikanan Tangkap
KKP akan menyederhanakan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan mulai dari pengelolaan sumber daya ikan hingga perizinan usaha perikanan tangkap.
KKP Siapkan Standar Perizinan Berbasis Risiko Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan memulai konsultasi publik terkait Standar Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Bidang Perikanan Budidaya.
Tiga Prinsip Pengelolaan Laut KKP, untuk Manusia, Ekonomi, dan Alam
Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengingatkan pentingnya menerapkan 3 prinsip dasar dalam mengelola laut NKRI.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.