Kivlan Zen, Kenal Dunia Aktivis Sebelum Militer

Kivlan Zein telah akrab dengan dunia aktivis sedari muda. Jauh sebelum kenal dunia militer.
Kivlan Zein, saat berkunjung di kantor redaksi Majalah TEMPO, Jalan Proklamasi No 72, Jakarta Pusat, 4 Oktober 2006. (Foto: Tempo/Cheppy A Muchlis)

Jakarta - Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen (Purn) Kivlan Zen, tetap bersikeras bakal melakukan aksi di depan KPU dan Bawaslu, meski telah diberi peringatan secara khusus oleh Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

Aksi digelorakan Kivlan dan aktivis Eggi Sudjana atas klaimnya ada kecurangan yang dilakukan pasangan Joko Widodo-Maruf Amin sehingga penyelenggara Pemilu harus mendiskualifikasi pasangan capres-cawapres nomor urut 01 tersebut.

Belakangan diketahui kalau aksi demonstrasi dibatalkan secara mendadak. Massa Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (GERAK) yang diinisiasi Kivlan bersama Eggi, kemudian membubarkan diri dengan tertib setelah sebelumnya terlanjur berkumpul di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis siang 9 Mei 2019.

Aktivisme memang tidak jauh-jauh dari hidup Kivlan Zein. Dia telah akrab dengan dunia aktivis sedari muda. Jauh sebelum pria berdarah Minang itu kenal dunia militer.

Kivlan Zein lahir di Langsa, Aceh, pada 24 Desember 1946. Namun, masa kecilnya dia habiskan di Medan, Sumatera Utara. Keluarganya, merupakan perantau dari tanah Minangkabau.

Kivlan kecil mengenyam pendidikan dasar di SDN 43 Medan. Lalu melanjutkan ke SMP Taman Siswa Medan dan SMA Negeri 2 Medan. Masuk ke jenjang yang lebih tinggi, Dia memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran di Universitas Islam Sumatera Utara.

Menjalani kehidupan kampus, Kivlan Zein mulai akrab dengan dunia organisasi. Dia tergabung di berbagai organisasi pelajar termasuk perkumpulan Pelajar Islam Indonesia (PII) pada 1962.

Pada tahun 1965, ia duduk sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Medan sekaligus Ketua Departemen Penerangan KAMI Medan. Ia juga tercatat aktif di Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).

Kivlan kemudian memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah lantas masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang. Lulus pendidikan pada 1971, Kivlan aktif di kesatuan Infanteri, Kostrad, Angkatan Darat.

Di usianya yang masih terbilang muda, yakni 27 tahun, Kivlan Zein sudah menjabat Komandan Peleton. Di posisi itu, ia beberapa kali berhasil memimpin misi untuk menumpas pemberontak dan penyandera.

Berikutnya, dia dipercaya untuk duduk di sejumlah posisi strategis kemiliteran. Antara lain, Danton Akabri Darat, Danden Banmin Brigif Linud-18, Danuonif-303 Brigif-13/Kostrad hingga Kaskostrad (Kepala Staf Kostrad).

Perjalanan kariernya terbilang cemerlang. Dia berhasil menumpas sempalan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1974, lalu bertugas di tanah Timor Timur (kini Timor Leste). Lantaran itu, dia kembali diganjar kenaikan pangkat.

Dengan pangkat Kolonel, Kivlan menduduki jabatan Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 1/Cilodong/Kostrad (Kasdivif I Kostrad) pada tahun 1990. Selanjutnya dengan pangkat Brigadir Jenderal, dia menjabat Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana.

Kariernya moncer hingga didapuk menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad dengan pangkat Mayor Jenderal. Terakhir, dia duduk sebagai Kepala Staf Kostrad pada 1998. Letjen Prabowo Subianto menjadi atasannya sebagai Panglima Kostrad saat itu.

Gonjang-ganjing kerusuhan 1998 membawa Kivlan dan Prabowo masuk ke dalam pusaran badai politik nasional. Prabowo kemudian diberhentikan dari dinas militer, sementara Kivlan, dimutasi ke Mabes AD.

Tak lama setelah itu, Kivlan mengambil pensiun dengan pangkat terakhir sebagai Mayor Jenderal.

Pada Pilpres 2014, saat mantan atasannya Prabowo Subianto maju menjadi calon presiden, Kivlan Zein tampil lagi ke permukaan. Dia dikenal sebagai sosok yang tak segan melempar kritik pedas ke arah pemerintah.

Jelang akhir tahun 2016, dia ditangkap dan diperiksa lantaran dituduh bakal melakukan gerakan makar. ia ditangkap bersama beberapa tokoh lain, semisal Rizieq Shihab, Tommy Suharto, Ahmad Dhani, Ratna Sarumpaet, Rachmawati Soekarno Putri, Munarman dan Said Iqbal.

Serta nama lain seperti, Bachtiar Nasir, Sri Bintang Pamungkas, Eggi Sudjana, Habiburochman, Muchsin Alatas dan Firza Husein.

Kivlan dengan barang bukti handphone dan laptop diamankan oleh ratusan aparat gabungan kepolisian dan militer dari kediamannya di Perumahan Gading Griya Lestari, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat 2 Desember 2016.

Tidak cukup bukti dan berlaku kooperatif, membuat Kivlan dilepas beberapa hari berikutnya.

Kini, Kivlan kembali dilaporkan ke Bareskrim Polri atas dugaan penyebaran berita bohong dan makar, Selasa, 7 Mei 2019. Laporan diterima oleh polisi dengan nomor LP/B/0442/V/2019/Bareskrim tertanggal 7 Mei 2019. Disebut-sebut pelapor seseorang bernama Jalaludin.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, pelaporan telah diterima dan ditindak lanjuti. Menurutnya, penyidik saat ini tengah menganalisa barbuk berupa flashdisk yang berisi sebuah file video ceramah Kivlan Zein.

"Flashdisk berisi ceramah itu masih dianalisa dulu oleh analis bareskrim," kata Dedi.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.