Tangerang Selatan - Teguh Priyatno, seorang pemulung, pengais sampah, tinggal di tempat pembuangan sampah di Tangerang Selatan. Namanya tidak masuk dalam data kelurahan setempat, sehingga ia tidak tersentuh bantuan sembako pada masa pandemi Covid-19. Sampai akhirnya pemerintah pusat lewat Gugus Tugas menemukannya, dan memberinya bantuan sembako.
Kamis, 21 Mei 2020, kendaraan Tim Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tangerang Selatan, memasuki wilayah pegunungan sampah di Kelurahan Cipeucang, Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten. Bau menyengat dari gunungan sampah seketika menusuk hidung walau sudah pakai masker.
Di dalam kendaraan tersebut di antaranya ada Akhrom Saleh dan Sigit Sutrisno. Akhrom Saleh adalah Ketua Tim Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tangerang Selatan. Sigit Sutrisno adalah pengemudi ojek online yang menyediakan diri sebagai relawan Gugus Tugas.
Mereka datang ke tempat itu karena sebelumnya mendapat kabar bahwa terdapat 38 kepala keluarga tinggal di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah itu, tempat yang tidak layak untuk hidup, belum mendapatkan bantuan dari pihak manapun.
Mereka datang secara langsung, door to door, untuk memastikan kebenaran kabar tersebut. Mereka juga ingin memastikan bantuan tepat sasaran sesuai arahan Koordinator Ketua Tim Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Andre Rahadian.
Saya mendengar banyak curhat, akibat PSBB mereka enggak makan sampai seminggu karena penurunan pendapatan. Maka dari itu saya data saja biar dapat bantuan sembako dari Gugus Tugas.

Akhrom Saleh dan Sigit Sutrisno bertemu Teguh Priyatno.
"Maaf, Pak, menunggu. Baru selesai mengais sampah plastik. Soalnya sekarang pendapatan berkurang, biasanya satu hari Rp 100 ribu, tapi sejak covid Rp 20 ribu. Gara-gara virus corona, Pak,” kata Teguh sambil menundukkan kepala.
Teguh mengatakan rata-rata warga yang tinggal di tempat pembuangan sampah itu adalah penduduk pendatang dari berbagai daerah, tapi sudah puluhan tahun tinggal di tempat tersebut. Hanya saja, kata Teguh, baru kali ini warga mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Teguh dan warga di tempat pembuangan sampah itu, bukan hanya mereka, warga yang tidak didata kelurahan sehingga lupat dari sentuhan bantuan pemerintah.
Hal sama terjadi di Desa Poerna, tepatnya di belakang pasar tradisional Serpong, Tangerang Selatan. Di sini 70 % penduduk pendatang atau 200 kepala keluarga.
Bahkan seorang warga bernama Ita, pedagang kopi, memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Kabupaten Lebak, mengatakan seumur hidup tinggal di Lebak, tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Baru kali ini Ita mendapatkan bantuan dari pemerintah, saat tim Gugus Tugas datang.
"Terima kasih, Pak. Makasih juga kepada Pak Jokowi dan Relawan Gugus Tugas. Saya bersyukur mendapat bantuan,” tutur Ita dengan meneteskan air mata.
Ita mengatakan waktu tinggal di Lebak, punya KTP Kabupaten Lebak, tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Jangankan di sini, Pak. Di kampung saya, Lebak, aja enggak pernah dapat bantuan, apalagi kami di sini warga pendatang. Makanya saya senang benar dapat sembako ini,” tutur Ita.
Sigit Sutrisno, pengemudi ojek online yang menyediakan diri sebagai relawan Gugus Tugas, mengetahui orang-orang seperti Teguh dan Ita, tidak tersentuh bantuan pemerintah, berawal dari kebiasaannya bergaul, nongkrong-nongkrong di Desa Cipeucang dan Desa Poerna.
“Saya mendengar banyak curhat, akibat PSBB mereka enggak makan sampai seminggu karena penurunan pendapatan. Maka dari itu saya data saja biar dapat bantuan sembako dari Gugus Tugas,” tutur Sigit. []
Baca juga:
- Isi Surat Lengkap Siti Fadilah Supari, Dibuat di Dalam Penjara
- Upaya Penanganan Covid-19 di Negara Tanpa Lockdown