Maros - Sebuah rumah panggung di Lingkungan Suli-suli, Kelurahan Bontoa Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, berdiri dengan seadanya. Berbeda dari rumah panggung yang berada disekitarnya, rumah yang dihuni seorang wanita berusia 43 tahun bernama Sannari itu dindingnya tidak lagi dari kayu tapi melainkan kain- kain bekas yang dijadikan sebagai penghalau saat kondisi cuaca dalam kondisi tidak baik.
Sannari tinggal di rumah peninggalan kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal dunia, di rumah yang beratapkan daun nipah ini, Ia juga tinggal sendiri karena memang Ia juga belum berkeluarga.
“Saya hidup seorang diri di rumah peninggalan orang tua. Saya hidup sebatang kara, saya juga belum menikah,” kata Sannari, Rabu, 22 Januari 2020.
Wanita yang tak lagi muda itu mengatakan, kendati rumah peninggalan orang tuanya ini berlabel rumah tangga miskin, namun tidak pernah tersentuh bantuan bedah rumah maupun bantuan lainnya.
"Sudah lama sekali, bantuan beras miskin (raskin) saya terima, namun hingga sekarang bantuan tersebut tidak pernah saya terima lagi, kendati harus dibeli dengan uang sendiri,” ujar Sannati dengan suara yang lemah.
Saya hidup seorang diri di rumah peninggalan orangtua ini. Saya hidup sebatang kara, saya juga belum menikah.
“Saya berharap sekali ada bantuan bedah rumah agar saat hujan menerjang air hujan tidak masuk. Begitupun saat angin bertiup kencang atap rumahnya yang terbuat dari pelepah nipah tidak rusak dan berjatuhan. Sisa radio, barang berharga yang saya miliki untuk menemani kesendirian saya ini,” katanya menambahkan.
Bahkan untuk bertahan hidup ia biasanya membantu orang memotong padi. Namun saat ini ia tak lagi karena sebagian besar sudah menggunakan mobil pemotong padi.
"Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan makan sendiri, saya hanya membantu orang jemur padi, dari sana saya diberi satu hingga dua karung padi, untuk dipakai makan," tambahnya.
Begitupun dengan kebutuhan lauknya, Ia langsung pergi memancing ikan apabila tidak ada tetangga yang kasih.
Tak Ada Bantuan
Kondisi rumah Sannari sudah mengkhawatirkan. Kerusakan terlihat jelas di bagian atap, dinding dan lantai. Tiang rumah sudah lapuk. Rumah ini sudah lebih 60 tahun karena rumah ini dibangun oleh neneknya sebelum Ia lahir.
“Satu-satunya yang tidak basah kalau hujan itu hanya di tempat tidur saja,” tambahnya.
Salah seorang tetangga Sannari, Taira mengatakan sudah lama mengajukan permohonan bedah rumah untuk memperbaiki rumah Sannari, namun hingga sekarang tidak kunjung terealisasi.
"Sejak 2012, saya coba membantu masukin permohonan bedah rumah milik Sannari yang rusak parah ke dinas terkait, namun bergantinya tahun hingga sekarang, tidak kunjung ada kabarnya,” katanya.
Taira berharap pemerintah bisa memperhatikan tetangga saya ini, yang telah menjalani puluhan tahun hidup dengan kondisi yang sangat memperihatinkan dan bisa membahayakan jiwanya.
Sementara itu, pihak pemerintah setempat yang diwakili Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Bontoa, Ardhy Mochtar mengatakan sudah beberapa kali mengajukan bantuan untuk Sannari. Namun belum juga terealisasi.
"Tapi kami juga tidak tahu kenapa sampai saat ini belum terealisasi. Secepatnya kami akan berkoordinasi kembali agar warga kami itu bisa dapat bantuan," jelasnya. []