Kisah Perjalanan Hidup Tokoh Pers Burhanuddin Mohammad Diah

B.M. Diah meninggal dunia di Jakarta, 10 Juni 1996. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan
BM Diah. (Foto: Tagar/Wikipedia)

TAGAR.id, Jakarta - Burhanuddin Mohammad Diah atau B.M. Diah (lahir di Kutaraja, yang kini dikenal sebagai Banda Aceh, 7 April 1917 - Jakarta, 10 Juni 1996) adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia. Nama asli B.M. Diah yang sesungguhnya hanyalah Burhanuddin. 

Nama ayahnya adalah Mohammad Diah, seorang pegawai pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah. Ia kemudian menambahkan nama ayahnya kepada namanya.

Burhanuddin menjalani pendidikannya di HIS, kemudian melanjutkan ke Taman Siswa di Medan. Keputusan ini diambilnya karena ia tidak mau belajar di bawah asuhan guru-guru Belanda. Pada usia 17 tahun, Burhanuddin hijrah ke Jakarta dan belajar di Ksatriaan Instituut (sekarang Sekolah Ksatrian). Burhanuddin memilih jurusan jurnalistik dan disana ia banyak belajar tentang bidang kewartawanan.

Setelah tamat sekolah, Burhanuddin kembali ke Medan dan menjadi redaktur harian Sinar Deli. Tidak lama bekerja di Medan, karena satu setengah tahun kemudian ia kembali ke Jakarta dan bekerja di harian Sin Po sebagai tenaga honorer. Lalu ia pindah ke Warta Harian dan tujuh bulan kemudian koran tersebut dibubarkan karena dianggap membahayakan keamanan. Burhanuddin kemudian mendirikan usahanya sendiri, bulanan Percaturan Dunia.

Setelah tentara Jepang datang dan menjajah Indonesia, Burhanuddin bekerja di Radio Hosokyoku sebagai penyiar siaran bahasa Inggris. Namun pada saat yang sama ia pun merangkap bekerja di Asia Raja. Pada akhir September 1945, setelah diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia bersama sejumlah rekannya berusaha mengambil alih percetakan Jepang "Djawa Shimbun" yang menerbitkan Harian Asia Raja (surat kabar). Tentara Jepang yang menjaga percetakan tidak melawan, bahkan menyerah.

Pada tanggal 1 Oktober 1945, B.M. Diah mendirikan Harian Merdeka (surat kabar) dan menjadi pemimpin redaksi. Ia memimpin surat kabar ini hingga akhir hayatnya, meskipun lebih banyak menangani PT. Masa Merdeka, penerbit Harian Merdeka.

Pada bulan April 1945, Burhanuddin mendirikan koran berbahasa Inggris, Indonesian Observer. Ketika pemerintah Orde Baru memutuskan untuk mengubah sebutan Tionghoa menjadi Cina dan Republik Rakyat Tiongkok menjadi Republik Rakyat Cina, Harian Merdeka bersama Harian Indonesia Raya menjadi satu-satunya pers yang gigih tetap mempertahankan istilah Tionghoa dan Tiongkok.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1959, B.M. Diah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Cekoslowakia dan Hongaria. Kemudian ia dipindahkan ke Inggris, lalu ke Thailand. Periode tahun 1966-1968 ia menjabat menteri penerangan. Setelah itu, ia menjadi anggota DPR dan anggota DPA.

Di usia tuanya, B.M. Diah mendirikan hotel Hyatt Aryadutta di Jakarta. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Presiden Direktur PT. Masa Merdeka dan Wakil Pemimpin PT. Hotel Prapatan Jakarta.

Beliau juga pernah menjabat dalam kabinet Menteri Penerangan dalam kabinet Ampera II masa kerja 17 Oktober 1967 - 6 Juni 1968

Karena perjuangan dan jasa-jasanya bagi negara, B.M. Diah dianugerahi tanda jasa dan penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto (10 Mei 1978), Piagam penghargaan, dan Medali Perjuangan Angkatan 45 dari Dewan Harian Nasional Angkatan 45 (17 Agustus 1995)

B.M. Diah meninggal dunia di Jakarta, 10 Juni 1996. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan


Sumber: Facebook/album sejarah


(Haykal)



Baca Juga:

Berita terkait
Inilah 4 Candaan April Mop Terburuk dalam Sejarah, Bahkan Ada yang Sampai Meninggal
Beberapa candaan yang dilakukan saat April Mop dapat membawa kepanikan massal, bahaya, atau berakibat fatal.
Intip Yuk Sejarah Taman Mini Indonesia Indah atau TMII
Di dalam Taman Mini Indonesia Indah ini terdapat danau buatan yang menjadi miniatur kepulauan Indonesia.
Akan Segera Dihancurkan, Begini Sejarah Menara Kapsul Nakagin di Tokyo
Kondidi bangunan terus memburuk seiring berjalannya waktu.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.