Kisah Pejuang Internet di Pinggiran Limapuluh Kota

Seorang pria berhasil mengalirkan internet ke Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, dengan membangun tower sendiri.
Menara green tower BTS yang dirancang oleh Metrizal memakai pohon pinus di Nagari Koto Tinggi, Kecataman Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota. (Foto: Tagar/Aking Romi Yunanda)

Limapuluh Kota - Mentari perlahan bersinar terik dari ufuk timur di langit Nagari (desa) Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Minggu, 5 Juli 2020.

Pagi menjelang siang, seorang lelaki berkulit legam sibuk menyiapkan berbagai perkakas dari dalam gudang rumahnya. Peralatan teknis elektronik itu, kemudian dimasukkan ke dalam mobil jenis 4x4 Daihatsu Taft Rocky (1988-1995) miliknya.

Pria itu bernama Metrizal, 48 tahun. Dia salah seorang pegiat media sosial (medsos) yang sekaligus teknisi internet di kampung salah satu basis PDRI, Koto Tinggi. Sejak empat tahun lalu, dia disibukkan dengan rutinitas harian sebagai teknisi sembari merawat kebun.

Kalau sambaran petir aman. Yang paling banyak itu, cuma serangan binatang seperti beruk dan monyet. Makanya setiap hari tugas, saya menjaga agar perangkat, tidak dirusak binatang.

Setiap pagi, siang hingga malam, ia kadang harus naik-turun menerabas Bukit Puncak Kubu, sebuah dataran tertinggi di Nagari Koto Tinggi. Dia tepatnya teknisi yang sekaligus operator tower BTS buatan. Rutinitas itu dilakukannya disela-sela merawat tanaman jeruk miliknya.

Bertani jeruk siam memang menjadi mata pencarian utamanya. Apalagi, jeruk merupakan icon Gunuang Omeh. Menggunakan mobil semi offroad, Metrizal menyebut, butuh waktu sekitar 15 menit dari kediamannya ke bukit Puncak Kubu.

"Panorama Puncak Kubu kini sudah bisa di-searching di google map. Lokasinya, ya, di dataran ketinggian. Tapi, disana (google map) tertulis Panoram Puncak Kubu, sebab saya salah menginput namanya. Maklum sedikit typo," kata lelaki yang karib disapa Met sembari tertawa ringan kepada Tagar.

Di bukit Puncak Kubu, telah berdiri sebuah tower BTS pemancar sinyal internet yang tidak biasa. Berbeda dengan tower BTS pada umumnya yang memakai rangka besi. Tower di Koto Tinggi malah dirancang memakai batang pohon pinus. Ia menamainya, green tower.

Pohon itu disulap Metrizal menjadi tower BTS yang berfungsi sebagai router induk, penampung jaringan internet. Dari BTS buatan itu, jaringan internet yang bersumber dari provider Indosat, ia pancarkan ke semua kawasan pemukiman penduduk di wilayah tersebut.

Di bagian bawah pohon pinus, dibuat semacam rumah pohon, tempat panel kontrol perangkat di menara pemancar. Sebagian perangkat lainnya terpasang dari pucuk hingga ranting pohon. Lebih menarik lagi, tenaga listrik buat menyalakan perangkat, dibuat memakai tenaga surya alias sinar matahari.

"Kalau pakai listrik PLN tentu akan kesulitan merentangkan kabel ke sini. Sebab, posisi tower kita jauh di tengah hutan. Jadi, sumber listriknya kita pakai tenaga surya," katanya.

Menurutnya, ide merancang menara tower BTS dari batang pohon pinus bermula dari banyaknya persoalan yang timbul di kampungnya akibat tidak adanya akses internet. Mengingat, Koto Tinggi termasuk salah satu titik blankspot area di Kabupaten Limapuluh Kota.

Limapuluh Kota

Metrizal, 48 tahun, seorang pegiat media sosial dan penyedia layanan internet di Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, Limapuluh Kota. (Foto: Tagar/Aking Romi Yunanda)

Sekitar Juli 2018, dia banyak mendengar keluhan dari para orang tua, karena banyak anak-anak pelajar terkait persoalan internet. Terutama dalam hal proses belajar yang mulai menggunakan internet.

Untuk memenuhi kebutuhan, banyak anak sekolah asal Koto Tinggi yang terpaksa mencari internet ke Limbanang di Kecamatan Suliki. "Jarak dari Koto Tinggi ke Limbanang sekitar 20 kilometer," tuturnya.

Persoalan lain, pelajar yang pulang balik ke Limbanang tentu saja tidak terpantau penuh oleh orangtua. Bahkan, tak jarang terlibat musibah seperti kecelakaan lalu lintas. Korban pun meninggal dunia, hanya akibat kebutuhan internet.

Berawal dari niat ingin menuntaskan masalah, Metrizal yang terbilang aktif di masyarakat, kemudian menemukan gagasan merancang tower BTS sendiri. Ia kemudian mempelajari teknis pemancar itu secara mandiri.

Beruntung, ia memiliki adik bernama Aan Rizal, seorang mahasiswa yang kuliah bagian Software (perangkat lunak) di Universtitas Muhammadiyah Pekanbaru, Riau. Bermodal keahlian seadanya serta rasa optimis, dia kemudian mencoba merancang menara pemancar sinyal.

Biaya operasionalnya tentu lebih sedikit, karena kami kerjakan sendiri.

Alhasil, hanya berselang dua bulan tower hijau itu sudah dapat digunakan. "Ide saya ini oleh sebagian orang di kampung waktu itu, dianggap gila dan konyol. Namun, saya tetap teguh pendirian, tower itu berfungsi," tuturnya.

Dari segi keamanan, ia menyebut sejak empat tahun berdiri, belum ditemukan kendala berarti. Seperti ketahanan atau sambaran petir, ia menyebut jika gelombang internet hanya berfrekwensi rendah.

"Kalau sambaran petir aman. Yang paling banyak itu, cuma serangan binatang seperti beruk dan monyet. Makanya setiap hari tugas, saya menjaga agar perangkat, tidak dirusak binatang," katanya.

Saat ini, dirinya sudah melayani lebih dari 1.000 pelanggan termasuk instansi pemerintah hingga sekolah-sekolah. Setiap hari, ia memberi pelayanan dengan menjual voucher atau memasang reuter. Voucher yang dijual mulai dari harga Rp 5 ribu, Rp 10 ribu hingga paket bulanan.

Namun, dia tidak terlalu berorientasi ke bisnis dan lebih ingin membantu kebutuhan internet masyarakat luas. "Bayangkan, di zaman era industri 4.0 sekarang, apa-apa serba online. Dan nagari kami masih tertinggal dari sisi teknologi jaringan," katanya.

Saat ini, Metrizal sudah membuat manajemen pengelolaan jaringan dengan menggandeng perusahaan yakni PT Sumidash yang sudah memilki lisensi resmi dari pemerintah. Perusahaan itu berkantor di Pekanbaru.

Namun, manajemen yang digunakan masih manajemen keluarga. Dua adiknya menjadi pemodal dan enginer, sementara ia bertugas sebagai teknisi merangkap pemasaran.

"Biaya operasionalnya tentu lebih sedikit, karena kami kerjakan sendiri," tuturnya.

Metrizal mengaku akan terus mengembangkan teknologi yang dimilikinya untuk membantu masyarakat mengatasi persoalan kebutuhan internet di wilayah blankspot. Seperti ke Soriak, di Kecamatan Guguak, Buluh Kasok dan Landai, Kecamatan Harau.

Warga Bersyukur

Sejak internet lancar di kampungnya, masyarakat Koto Tinggi mulai lancar memanfaatkan teknologi. Seperti mencari informasi, memasarkan produk hingga berselancar di media sosial. Situasi itu, menjadikan Koto Tinggi yang kini sudah memiliki Monas PDRI, bisa dibilang tidak terpinggirkan dari sisi teknologi.

Andra Putra, 31 tahun, salah seorang warga Koto Tinggi mengaku sangat terbantu dengan akses internet saat ini. Berbeda dengan empat tahun lalu, yang mana memiliki akses internet buruk, bahkan belum terjangkau internet sama sekali.

Mengingat, Koto Tinggi merupakan daerah paling ujung di Kecamatan Gunuang Omeh, dan tercatat sebagai titik blankspot. Bahkan, sinyal telepon seluler dari provider seketika hilang saat memasuki Koto Tinggi.

"Desa kami ini ini berada sekitar 40-50 kilometer di Utara pusat Kabupaten Limapuluh Kota, dengan jalur dan medan naik turun. Jalan dan pemukiman juga berda diantara perbukitan. Jadi, mungkin wajar sudah tersentuh jaringan," cerita Andra.

Sejumlah warga lain, juga bercerita harus mencari tempat tinggi atau naik bukit untuk bisa menelpon atau mengirim pesan singkat atau SMS dengan telepon selulernya. Adapun satu tower Telkomsel yang berada di Koto Tinggi, sinyalnya masih 'edge'.

“Bantuan pemancar internet dari tower Bukit Puncak Kubu sungguh terasa. Mudah-mudahan ke depan, bisa makin lancar lagi," ujar warga lainnya.

30 Titik Blankspot

Di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota, masih tercatat sekitar 30 titik blankspot alias belum memiliki layanan internet. Salah satunya termasuk wilayah Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh.

"Ada sekitar 30 titik blankspot di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota yang masih belum tersentuh jaringan komunikasi. Terletak di 19 nagari di 10 wilayah kecamatan," kata Kepala Dinas Kominfo Limapuluh Kota, Fery Chofa.

Pecinta AlamMetrizal bersama sejumlah pecinta alam di Bukit Puncak Kubu. (Foto: Tagar/Aking Romi Yunanda)

Dia mengakui, internet saat ini memang sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat. Mengingat era teknologi, seluruh aktifitas hampir internet. Apalagi, setelah merebaknya wabah Covid-19 yang mengharuskan masyarakat menjaga jarak sosial.

Pihaknya menyebut, tengah mengupayakan pembebasan 30 titik blankspot di Limapuluh Kota. Pemkab melalui Dinas Kominfo, katanya, sudah mengirimkan surat usulan dan rekomendasi ke Kemenkominfo.

"Sebelum ini, ada program penambahan jaringan ke seluruh OPD di kecamatan. Artinya, seluruh wilayah dekat kantor camat, sudah punya akses internet. Opsi lain, kita juga sudah coba usulkan dalam program Bhakti Kominfo bernama Program Satria," katanya.

Termasuk dengan pihak perusahaan provider, juga dibangun komunikasi. Hanya saja, untuk penambahan jaringan ke wilayah terluar, perusahaan provider tentunya mempertimbangkan kost dan sisi ekonomisnya.

Kendati demikian, Fery Choha mengaku tetap optimis, seluruh area blankspot di Limapuluh Kota, dalam waktu dekat akan terbebas dari kesenjangan akses. "Supaya warga kita juga mendapat akses internet yang sama seperti wilayah kota. Sama-sama kita upayakan," tuturnya. []

Berita terkait
Ribuan Sapi Pemakan Sampah Jelang Idul Adha di Bantul
Jelang Idul Adha di Bantul, Yogyakrta, ribuan sapi makan sampah di tempat pembuangan sampah. Di antara sapi disembelih ditemukan kawat dalam perut.
Apri, Barber di Manggarai yang Biayai Sekolah 2 Adik
Apri, sosok remaja putus sekolah yang punya rasa tanggung jawab tinggi terhadap nasib sekolah dua adiknya. Ia bekerja sebagai barber di Manggarai.
Nenek Penjual Lopis dengan Nomor Antrean di Yogyakarta
Pagi masih berselimut sunyi, saat Satinem, 75 tahun, tiba di persimpangan Jalan Pangeran Diponegoro dan Jalan Bumijo, Yogyakarta. Ia penjual lopis.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.