Apri, Barber di Manggarai yang Biayai Sekolah 2 Adik

Apri, sosok remaja putus sekolah yang punya rasa tanggung jawab tinggi terhadap nasib sekolah dua adiknya. Ia bekerja sebagai barber di Manggarai.
Apri, barber asal Manggarai, NTT, tengah mencukur rambut pelanggannya, belum lama ini. Putus sekolah tak membuatnya putus asa. Dari profesinya itu ia mampu membantu biaya sekolah dua adiknya. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Manggarai - Putus sekolah bukan berarti tak bisa bekerja untuk mendapat penghasilan. Apri, remaja dari Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) membuktikannya. Tak hanya berdikari dengan keahlian sebagai barber, ia juga mampu membantu biaya sekolah dua adiknya.   

Matahari tidak terlalu garang menyinari Ruteng di penghujung bulan Juni 2020. Hari belum benar-benar beranjang siang, sekira pukul 10.23 Wita. Suasana kota cukup ramai seperti biasa ramai. Kendaraan roda empat dan roda dua lalu lalang di Kelurahan Lawir, Kecamatan Langke Rembong.

Hari itu Tagar menyempatkan diri mampir ke sebuah tempat barbershop yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No 5, Lawir, Ruteng, Kecamatan Langke Rembong. Nama tempat ini tak asing lagi bagi warga Ruteng dan sekitarnya, yakni El Barbershop.

Seorang remaja menerima dengan ucapan satun. "Mau potong rambut, Pak?," tanyanya. Tanda anggukan kepala disambutnya dengan mempersilakan Tagar ke sebuah kursi yang menjadi tempat duduk konsumen yang hendak potong rambut,

"Mari Pak, langsung di kursi saja," ujarnya menunjuk kursi yang dimaksud. 

Sambil mengambil peralatannya, remaja itu kembali bertanya, "Potong rambutnya biasa saja atau sesuai tren kekinian Pak?" 

Luas ruangan gerai pangkas rambut sederhana itu berukuran 4 x 6 meter. Sudah mencakup ruang tunggu dan ruang cukur. Terbilang lumayan longgar untuk ukuran usaha potong rambut pada umumnya. 

Selama tahun 2019 saya bekerja di Lomes Salon di Manggarai Barat, di sana saya mendapat banyak ilmu sebagai barber.

Barber ManggaraiApri, barber muda di Manggarai tengah mencuci rambut pelanggannya usai cukur rambut rampung. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Peralatan untuk pangkas rambut tersimpan rapi di sebuah rak. Terdiri dari clipper atau mesin kecil untuk memotong rambut, sisir potong, pisau cukur, handuk, sikat rambut, busa, botol spray, sisir kecil, sisir besar, kuas muka, gunting pendek, dan gunting zig-zag.

Ia lantas menyelimuti tubuh Tagar, mulai dari leher sampai kaki dengan kain sejenis celemek. Kain ini gunanya melindungi pakaian dari rambut yang berjatuhan. Tujuannya agar rambut hasil cukur tidak menempel pada pakaian.

Remaja itu memperkenalkan diri. Namanya Gaudensius Apri, usia 21 tahun, berasal dari Dampek, Desa Satar Padut, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur.

Sambil menyemprot rambut, Apri, sapaan akrab si barber, menceritakan kisahnya memilih bekerja sebagai pencukur rambut. Semuanya berawal ketika ia harus mengalami putus sekolah saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) karena faktor ekonomi keluarga. 

Terbersit keinginan untuk bekerja agar bisa membantu penghasilan orang tuanya. Lantas ia memantapkan diri dengan bakat yang sudah terlihat sejak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kala itu, adik dan teman mainnya menjadi obyek awal pelajaran mencukur rambut. 

Kemampuannya sebagai barber kemudian diasah di sebuah salon ternama di Manggarai Barat, yaitu Lomes Salon. Di salon ini, keterampilan Apri meningkat sehingga dipercaya melayani banyak pelanggan.

"Selama tahun 2019 saya bekerja di Lomes Salon di Manggarai Barat, di sana saya mendapat banyak ilmu sebagai barber," ujarnya, Selasa, 30 Juni 2020.

Bantu Dua Adik Sekolah

Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia, Apri terpaksa berhenti dari pekerjaannya dan sadar diri melaksakan pembatasan sosial sesuai arahan pemerintah. 

Setelah transisi menuju new normal masuk ke Kabupaten Manggarai, ia mulai aktif lagi bekerja sebagai baber. Kali ini mencoba peruntungan di El Barbershop milik seorang jurnalisyang berdomisili di Jakarta.

Apri mengaku meski belum lama operasional namun di tempat kerjanya ini sudah mendapat simpati dari banyak warga. Banyak dari konsumen yang datang lagi dan menjadi pelanggan tetap. 

"Banyak tempat cukur rambut di Ruteng, namun pelanggan yang datang ke tempat ini cukup banyak, termasuk Bapak hari ini adalah pelanggan saya," kata dia

Ternyata, Apri sosok yang cukup humoris. Di sela memangkas rambut, ia selalu berusaha membuat hati Tagar senang dengan candaannya. Pun demikian ketika ditanya soal berapa yang didapat dari pekerjaannya sebagai barber itu. 

"Ya cukup lah Pak, untuk hidup di sini. Tapi belum cukup untuk biaya menikahi anak orang," ujarnya sembari tertawa.  

Jauh dari kampung, Apri tinggal di indekos tak jauh dari tempat kerjanya. Selain untuk keperluan hidup di rantau dan biaya sewa kamar, remaja berperawakan kurus ini tak lupa menyisihkan penghasilannya. 

Kedua adik saya sudah bersekolah Pak, SMP dan SD. Semoga hidup mereka kelak lebih dari saya dan bisa membantu orang tua.

Barber ManggaraiDari profesinya sebagai barber di Ruteng, Manggarai, Apri bisa bantu biaya sekolah dua adiknya. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Ia sadar dari keluarga kurang mampu, terganjalnya keinginan sekolah menjadi bukti. Ayah dan ibunya hanya petani biasa yang mengandalkan kebutuhan hidup dari hasil berkebun.

Apri punya mimpi dan tekat, bahwa apa yang terjadi dengannya tak boleh terjadi pada dua adiknya. Terlebih dia adalah anak sulung. Tanggung jawab membantu ekonomi keluarga menjadi beban moralnya. 

Karena itu, sebagian uang hasil kerjanya dikirim ke kampung untuk membantu biaya pendidikan kedua adiknya. Memang tidak terlalu besar nominal yang dikirim namun cukup meringankan beban kedua orang tuanya.

"Saya bersyukur punya talenta sebagai tukang cukur rambut, bisa sedikit meringankan beban orang tua di kampung. Kedua adik saya sudah bersekolah Pak, SMP dan satu lagi sudah lulus SMA. Semoga hidup mereka kelak lebih dari saya dan bisa membantu orang tua," harapnya.   

Tak terasa, potong rambut sudah selesai. Apri lantas menanyakan ada tidaknya kekurangan dari hasil cukurannya. Dan setelah dirasa cukup dan hasilnya baik, ia berlanjut dengan membersihkan potongan rambut di bagian leher menggunakan busa dan bedak. 

"Pakai bedak biar rambut mudah dibersihkan ya Pak," ucap dia. 

Apri kemudian mempersilahkan Tagar ke ruangan belakang. "Silakan ke belakang, rambut mau saya keramas," ujarnya. Rampung dengan aktivitas cuci rambut, berlanjut dengan pengeringan menggunakan handuk kecil yang terasa lembut di kulit kepala.

Rampung sudah pelayanan potong sekaligus kramas rambut ini. Lembaran kertas dengan nominal Rp 20.000 Rp 5.000 Tagar sodorkan dan diterima Apri dengan senyum berucap terima kasih. 

Harapan Pemilik Babershop

Pemilik El Babershop, Hodorikus Holang mengatakan bisnis yang sedang dijalankan Apri merupakan bisnis yang sedang naik daun saat ini.

"Bisnis pangkas rambut alias barbershop menjanjikan karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk merawat rambut sehingga tetap rapi dan sehat, peluang ini harus dijemput," ujar Holang lewat seluler. 

Menurutnya, barbershop adalah bisnis yang sudah ada dari zaman dahulu. Karena tingginya permintaan, maka bisnis ini terus berkembang hingga hari ini.

Usaha yang dirintis Holang, seorang jurnalis asal Manggarai Timur resmi dibuka pada Kamis 27 Februari 2020. "Kami pendatang baru di kota Ruteng. Kami baru memulai usaha di situ," ujar dia. 

 Ini kontribusi kami untuk Manggarai.

Barber Manggarai3Barbershop tempat Apri bekerja di Ruteng, Manggarai. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Menurut Holang, saat ini ada dua barber yang bekerja di salon miliknya, termasuk Apri. Keduanya orang berpengalaman yang mempunyai skill dalam mencukur rambut. "Mereka telah dilatih secara khusus. Di-training di salon ternama," katanya.

Ia pun menyatakan keahlian remaja lokal itu tidak berbeda jauh dengan para barber dari Pulau Jawa yang memiliki bisnis yang sama di Ruteng. Selain memiliki keahlian, Apri dipilih lantaran remaja itu tekun, sabar, fokus.  

"Ia juga punya perhatian besar ke orang tua dan nasib sekolah dua adiknya di kampung," ujar dia. 

Soal harga, Holang menyatakan harganya tergolong murah untuk usaha sekelas. Cocok untuk semua kalangan dengan ragam gaya cukur rambut kekinian. 

"Harga Rp 25 ribu per kepala termasuk cuci rambut dan pomad. Cuci rambut pakai sampo. Ini harga paling murah untuk standar barbershop," sebut dia. 

Di akhir perbincangan, Holang berharap barbershop miliknya bisa membawa berkah untuk Apri, keluarganya dan masyarakat Manggarai secara umum. Bagi dia, menjamurnya tempat cukur rambut bukan semata persaingan, tapi juga berarti terbukanya lapangan kerja yang lebih luas bagi warga.

"Saya harap makin banyak yang percayakan El Barbershop untuk menata rambutnya supaya tetap rapi. Ini kontribusi kami untuk Manggarai," ucap dia. []

Baca cerita lainnya: 

Berita terkait
Haru Tukang Becak dan Ojek Kudus Dapat Bantuan
Polres Kudus membagikan ratusan bingkisan sembako kepada becak dan ojek di wisata religi Sunan Kudus.
Demi Anak Tukang Becak Aceh Bertahan Saat Isu Corona
Larangan aktivitas diluar oleh Pemerintah Kabupaten Abdya untuk mengantisipasi corona berdampak terhadap tukang becak dan pedagang yang mulai sepi.
Belajar Peduli dari Pasutri Tunarungu di Semarang
Suami istri penyandang tunarungu di Semarang membuat masker transparan untuk rekan senasib dan tenaga medis.