Kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) di kuartal I 2020 semakin menurun, laba bersih turun signifikan sebesar -26,6% dari 65,1 juta dolar AS di Q1 2019 lalu menjadi 47,8 juta dolar AS di Q1 tahun ini.
Dari sisi pendapatan netto, sebenarnya PGAS hanya mengalami penurunan tipis yaitu dari 876,2 juta dolar AS menjadi 873,8 juta dolar AS atau setara dengan -0,28%. Bahkan laba operasi dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) masih mampu bertumbuh 5,95% karena pendapatan lain-lain yang naik sebesar 9,43 juta dolar AS. Sementara total beban distribusi transmisi, beban umum administrasi, dan beban lain-lain hanya naik 1,63 juta dolar AS.
Baca juga: PGN Terancam Rugi Tahun 2020, Saham PGAS Terpuruk
Yang menjadi faktor penyebab utama penurunan laba bersih PGAS adalah kenaikan rugi selisih kurs – netto senilai 40 juta dolar AS, dari -23,2 juta dolar AS di Q1 2019 menjadi -63,2 juta dolar AS di Q1 2020. Rugi selisih kurs ini terutama berasal dari penyesuaian aset dan liabilitas dalam mata uang asing dan perbedaan nilai tukar transaksi dari kegiatan usaha perusahaan dalam mata uang asing. Dimana kurs rupiah memang melemah di sepanjang kuartal I 2020 yang lalu, dari Rp 13.901 per dolar AS di akhir Desember 2019 menjadi Rp 16.367 per dolar AS di akhir Maret 2020. Demikian juga Yen Jepang yang mengakibatkan peningkatan posisi liabilitas neto dalam mata uang asing dari PGAS.
Sumber Pendapatan dan Efisiensi PGAS
Jika dirinci, maka pendapatan terbesar PGAS di Q1 2020 yaitu 79% dari total pendapatan diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar 693,5 juta dolar AS. Lalu 9% dari penjualan minyak dan gas sebesar 81,4 juta dolar AS, dan 8% dari transmisi gas sebesar 65 juta dolar AS. Sisanya 4% dari pendapatan usaha lainnya sebesar 33,85 juta dolar AS.
Dari sisi efisensi, kinerja manajemen PGAS masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan bahkan jika disetahunkan dengan TTM, Net Profit Margin (NPM) dari PGAS semakin turun dengan hanya 1,3% dan Return on Equity (ROE) hanya 1,9%. Inilah yang menjadi kekhawatiran kami bahwa kinerja PGAS tahun ini masih akan sulit menunjukkan perbaikan, dan besar kemungkinan lebih buruk dibanding tahun lalu. Apalagi dengan tantangan kondisi pandemi wabah virus corona saat ini yang menekan sektor energi.
Prospek dan Tantangan PGAS
Hingga akhir tahun ini, permintaan komoditas energi tentu masih berada dalam tekanan dan oleh karenanya manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk harus mempersiapkan berbagai langkah antisipasi, baik bersifat strategis maupun operasional. Apalagi dari data BPS terakhir bahwa untuk kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,97% year-on-year, dan potensi untuk turun lebih rendah lagi di kuartal II tahun ini masih besar.
Artinya penjualan PGAS selama tahun 2020 ini, kami prediksi akan lebih rendah dari 3,87 miliar dolar AS. Demikian juga laba bersih PGAS berpotensi lebih kecil dari 50 juta dolar AS.
Berdasarkan data Proyeksi Wood Mackenzie, sebenarnya permintaan gas di negara Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Dan Indonesia sebagai negara dengan cadangan gas yang besar, seharusnya dapat memperbesar prospek bisnis gas bumi ke negara-negara Asia Pasifik terutama Asia Tenggara, misalnya Myanmar dan Filipina.
Baca juga: Penyebab Harga Saham PT Perusahaan Gas Negara Anjlok
Namun tentu PGAS perlu melakukan perubahan yang strategis dan mulai fokus memperkuat bisnis inti perusahaan di bidang pengelolaan gas bumi. Seperti yang pernah kami bahas di tulisan sebelumnya bahwa PGAS masih memiliki banyak anak usaha di luar bisnis utamanya.
*Yossy Girsang, Pengamat Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal
Tim Ekonomi Tagar