Kesaksian Penonton Seventeen di Pantai Tanjung Lesung

Ombak melemparkannya ke tengah laut, ombak di tengah laut menghempaskannya kembali ke bibir pantai.
Kapal rusak yang karam akibat tsunami di Kampung Nelayan Teluk, Labuan, Pandeglang, Banten (26/12/2018). (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Pandeglang, (Tagar 28/12/2018) - "Tsunami itu tidak akan pernah hilang dari ingatanku. Semuanya masih jelas terbayang," kata Ahmad Mubarok (22), warga Kampung Babakan Bungur, Desa Tarumanegara, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang.

Mubarok, merupakan salah seorang penyintas yang selamat dari ganasnya tsunami Selat Sunda yang terjadi akibat letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) pada Sabtu (22/12), sekitar pukul 21.30 WIB itu.

Pria yang biasa dipanggil Mumu itu, sedang menyaksikan konser Seventeen Band pada acara gethering PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Pantai Tanjung Lesung, Kecamatan Panimbang.

Baca juga: Ifan Seventeen, Berenang dengan Kotak Meja Belajar Selama 1,5 Jam

"Saya bersama teman-teman sedang nonton konser Seventeen Band saat kejadian," kata Mumu yang sempat menjalani perawatan medis di Klinik Alinda, Panimbang.

Ia menuturkan, setelah vokalis Seventeen Band, Ifan menyelesaikan lagu pertama, tiba-tiba terdengar dentuman suara dari arah laut, di mana Gunung Anak Krakatau berada.

"Tiba-tiba ada suara dentuman sangat keras dari arah Gunung Anak Krakatau dan kemudian disusul datangnya air dengan ketinggian sekitar dua meter," kata Mumu yang sampai saat ini kepalanya masih dibalut kain perban berwarna putih itu.

Terbawa Ombak ke Tengah Laut

Suara gemuruh sangat kencang terdengar di telinga Mumu yang berakhir dengan datangnya gelombang pasang tsunami yang menerjang panggung yang sedang digunakan konser oleh Seventeen Band di pantai yang akan menjadi pusat pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, Tanjung Lesung itu.

Saat gelombang menerjang panggung dan penonton di pantai itu, terdengar teriakan histeris meminta tolong.

"Suara 'tolong... tolong... tolong' banyak sekali. Semua yang hadir minta tolong," katanya.

Mumu pun sempat terbawa ombak ke tengah laut, namun atas pertolongan Tuhan datang ombak dari tengah laut yang menghempaskannya kembali ke bibir pantai.

Setelah tiba di pantai dengan pertolongan yang didatangkan Tuhan melalui "ombak laut", Mumu pun langsung lari menjauh dari hamparan pasir.

"Saat itu ada orang, mungkin wisatawan, yang langsung mengajak saya ke Klinik Alinda di Panimbang," kata anak ketiga dari Sepudin itu.

Suasana Mencekam, Porak Poranda

Mumu menjelaskan, kondisi tubuhnya sesaat setelah kejadian dan mendapat perawatan di Klinik Alinda. "Kepala saya pecah, tubuh, kaki dan tangan saya penuh luka," ujarnya sambil berbaring lemas di atas kasur di rumahnya.

Di tempat yang sama, Engkos kakak kandung Mumu mengaku sebelum terjadi tsunami mendapat firasat tidak enak akan keadaan adiknya tersebut, sehingga memutuskan berangkat ke Tanjug Lesung.

Saat dalam perjalan tiba di Kampung Kemuning, Desa Citeureup, Panimbanng ia mendengar kabar telah terjadi tsunami.

"Masyarakat berlari-lari ketakutan sambil berteriak Tanjung Lesung kena tsunami, mendengar itu saya percaya tidak percaya, karena sebelumnya kondisi air laut begitu tenang," katanya.

Namun, Engkos pun segera sadar dan langsung meneruskan perjalannya ke Pantai Tanjung Lesung, karena mendengar adiknya hilang.

"Sampai ke Tanjung Lesung suasananya mencekam. Porak poranda, saya mencari Mumu tidak ketemu. Tapi alhamdulillah dia selamat," katanya.

Banyak Korban 

Tsunami Selat Sunda yang melanda Lampung dan Banten telah menelan banyak korban. Badan SAR Nasional (Basarnas) seperti dilansir kantor berita Antara mencatat 420 orang korban tsunami ditemukan meninggal dunia di wilayah Provinsi Banten dan Lampung Selatan.

"Kita terus optimalkan evakuasi dan pencarian jenazah atas korban yang belum ditemukan," kata Kepala Basarnas Provinsi Banten, Zaenal di Posko Penanggulan Tsunami di Labuan, Pandeglang.

Kemungkinan jumlah korban meninggal maupun luka-luka terus bertambah karena saat ini petugas dan relawan melakukan evakuasi dan pencarian jenazah.

Mereka petugas dan relawan memfokuskan wilayah Kecamatan Panimbang dan Sumur, karena banyak korban yang belum ditemukan.

Selain itu juga dilakukan evakuasi di wilayah Pulau Badul dan Oar.

Berdasarkan laporan di pulau tersebut terdapat warga korban tsunami dan dilaporkan hilang.

"Kami berharap cuaca di perairan itu normal, sehingga bisa ditemukan jenazah maupun korban yang masih hidup," ujar Zaenal.

Call Center Bidhumas Polda Banten

Zaenal menjelaskan, jumlah korban meninggal dunia sampai pukul 13.00 WIB tercatat 420 orang, luka-luka 1.042 orang dan hilang 5 orang.

Dari 420 orang itu, kata dia korban meninggal yang ditemukan di Banten sebanyak 306 orang dan Lampung Selatan 114 orang.

Sedangkan, jumlah korban luka-luka untuk Banten 757 orang dan Lampung Selatan 284 orang.

Korban menghilang di wilayah Banten 44 orang dan Lampung Selatan 11 orang. Kebanyakan korban bencana tsunami itu dari pesisir Pantai Pandeglang.

Bahkan, Pantai Panimbang mencapai 74 orang, Carita 71 orang, Tanjung Lesung 53 orang dan Sumur 43 orang.

Tim dari Polri telah berhasil mengindentifikasi 231 jenazah korban tsunami Selat Sunda di Kabupaten Pandeglang, yang ditampung di RSUD Berkah Pandeglang.

"Dari 242 jenazah yang kita identifikasi, sebanyak 231 diantaranya sudah berhasil diindentifikasi dan 11 lainnya masih dalam proses indentifikasi," kata Kabid Humas Polda Banten, AKBP Edy Sumerdi dalam konferensi pers di Wira Carita.

Dalam keterangan pers yang disampingi Dansat Brimob Kombes Pol Reza M SIK dan Kabid Dokes, dr Nuriyana itu, ia menjelaskan sebagian jenazah telah diambil oleh kerabatnya.

"Bagi keluarga serta masyarakat di seluruh Indonesia yang membutuhkan informasi terkait tsunami di Pandeglang dan Serang dapat menghubungi Call Center Bidhumas Polda Banten, dengan nomor 087880052760, 085211672708 dan 0852 1167 2721," katanya.

Bupati Pandeglang, Irna Narulita menyatakan masih fokus pada pencarian dan evakuasi para korban tsunami pada daerah terdampak musibah itu.

"Kita masih fokus pada pencarian dan evakuasi korban, sambil melakukan inventarisasi kerusakan pada daerah terdampak," katanya. []

Berita terkait
0
Pemimpin G7 Janjikan Dana Infrastruktur Ketahanan Iklim
Para pemimpin dunia menjanjikan 600 miliar dolar untuk membangun "infrastruktur ketahanan iklim" perang Ukraina juga menjadi agenda utama