Ifan Seventeen, Berenang dengan Kotak Meja Belajar Selama 1,5 Jam

Ifan berenang ke pinggir, sempat terseret, hampir menyerah. Ia berpegangan kotak meja belajar selama 1,5 jam.
Ifan Seventeen. (Foto: Instagram/Ifan Seventeen)

Bogor, (Tagar 28/12/2018) - Ifan Seventeen berenang selama 1,5 jam di laut dengan menggunakan kotak meja belajar, saat tsunami menerjang kawasan Selat Sunda. Ia terseret dan hampir menyerah, tapi ia tidak panik sehingga bisa menyelamatkan diri.

Hal itu diungkap Wakil Ketua BEM Keluarga Mahasiswa (KM) IPB, Surya Bagus seperti dilansir kantor berita Antara.

"Saat itu Mas Ifan bilang dia juga korban, baru berenang dari laut 1,5 jam menggunakan kotak meja belajar. Dia berenang ke pinggir, sempat terseret juga, hampir menyerah, tapi dia tidak panik sehingga bisa menyelamatkan diri meraih apa yang bisa diraih," tutur Surya Bagus.

Sesampai di pinggir, Ifan langsung berupaya mencari teman-teman dan istrinya. Dibantu mahasiswa BEM KM IPB, hingga akhirnya berhasil menemukan jenazah Bani basis Seventeen, dan Aa Jimmy.

"Total ada 15 jenazah yang kami evakuasi, semua ditaruh di loby dekat lokasi," kata Surya.

Pertemuan Ifan dan Mahasiswa IPB

Surya Bagus menceritakan kejadian malam tsunami, Sabtu (22/12), saat tim relawan dadakan bentukan mahasiswa IPB bertemu vokalis band Seventeen tersebut.

Pada saat itu, kata Surya, sekitar 120 mahasiswa IPB tergabung dalam pengurus BEM KM IPB sedang melakukan kegiatan pembubaran pengurusan di Blue Ocean Hotel Tanjung Lesung. 

Lokasi itu berjarak sekitar 2,8 km dari lokasi panggung band Seventeen di Tanjung Lesung Beach Hotel tempat bencana tsunami terparah.

Baca juga: Element dan Seventeen Seperti Bertukar Tempat

Surya mengatakan, sebelum tsunami menerjang, ia dan teman-temannya sudah ada firasat kurang enak, karena sekitar pukul 21.00 WIB ada getaran kecil, disusul mati lampu sebanyak dua kali.

"Tapi kami tidak terlalu memikirkannya, hanya saja saat tsunami terjadi kami melihat kapal yang siang tadi berada di tengah laut, tiba-tiba sudah sampai ke pinggir, air sudah meluap, kapal sampal di daratan," kata Surya.

Melihat air laut yang meluap hingga ketinggian satu meter, seluruh mahasiswa berupaya menyelamatkan diri mengikuti gelombang masyarakat yang berlari ke arah jalan raya menuju bukit tertinggi.

Upaya penyalamatan diri dilakukan dengan komando yang dilakukan oleh Ketua dan Wakil Ketua BEM KM IPB. 

Seluruh mahasiswa yang berjumlah sekitar 120 orang berhasil menyelamatkan diri.

"Suasana waktu itu sudah chaos warga berlarian di jalanan, mobil-mobil jalan dengan kondisi panik, ada pintunya dibiarkan terbuka, semua berlari menyelamatkan diri, menghindar dari pantai," katanya.

Setelah berhasil mencapai bukit terdekat, sekitar pukul 23.00 WIB bertahan sampai ada seorang ibu menawarkan tempat tinggalnya kepada seluruh mahasiswa IPB untuk bermalam.

Surya mengatakan, pada malam itu jaringan komunikasi masih bagus, dan mereka mencari informasi terkait peristiwa yang terjadi. Informasi yang didapatkan dari BMKG bahwa gelombang tinggi karena purnama.

Malam itu juga, setelah membantu menyelamatkan seorang ibu yang dievakuasi dari lokasi ghatering PLN di Tanjung Lesung, mahasiswa IPB memutuskan untuk menjadi relawan ikut membantu para korban.

"Karena ibu tadi bilang, banyak korban di sana, dia tidak bisa membantu karena kondisinya sendiri sedang terluka, tangannya patah dan tubuhnya dilumuri lumpur," tutur Surya.

BEM KM IPB menurunkan tiga tim untuk bergabung dengan relawan PMI menuju lokasi Tanjung Lesung Beach Hotel tempat acara ghatering PLN yang banyak ditemukan korban meninggal dunia.

Surya mengatakan, saat itulah dua orang anggota BEM KM IPB yakni Dimjar dan Ali bertemu Ifan Seventeen yang selamat dari musibah, dan meminta tolong untuk dibantu mencari teman-teman dan juga istrinya.

Upaya evakuasi korban berlangsung hingga pukul 04.00 WIB, Ifan dan mahasiswa BEM KM IPB baru menyadari kejadian tersebut adalah tsunami, sehingga seluruh tim evakuasi dan masyarakat yang menolong meninggalkan lokasi untuk menghindari tsunami susulan.

"Saat itu Mas Ifan ikut menumpang mobil relawan yang kami tumpangi, juga sempat meminjam telepon salah satu teman untuk mengabari keluarganya," kata Surya.

Malam itu mahasiswa BEM KM IPB memutuskan bertolak ke Bogor, dan menawarkan Ifan untuk ikut. Tetapi suami Dylan Sahara tersebut memilih tetap berada di lokasi untuk mencari teman dan istrinya yang masih hilang.

"Kami melihat sosok Mas Ifan yang begitu tegar, hanya dengan menggunakan baju kaos dan celana pendek, ada luka lecet di badannya, tapi masih kuat mencari dan mengevakuasi korban," ujar Surya. 

Ifan Ucapkan Terima Kasih

Ifan melalui unggahan laman media sosial Instastory miliknya, Kamis (27/12) menyampaikan ucapan terima kasih kepada mahasiswa BEM KM IPB yang telah membantunya pada malam kejadian tsunami yang melanda Selat Sunda.

Dalam laman Instastory miliknya tersebut, Ifan menulis catatan:

"Aku lupa ucapin makasih buat temen2 BEM KM IPB yang lagi 'farewell' di sekitar kejadian malah mutusin jadi relawan dadakan. Makasih udah kasiin pulsanya buat nelfon ngabarin orang rumah pertama kalinya, udah numpangin 'pick up' nya hujan2 sama2, udah kasih 'support'pas di sana makasih ya temen2," tulis Ifan.

Dalam unggahannya tersebut, Ifan melingkari komentar seorang netizen bernama Yazidah-ziya yang menulis komentar, "Masih terbayang, malam itu Mas Ifan, temen-temen BEM KM IPB ikut evakuasi korban. Beliau enggak mau kita ajak bareng naik bis kami untuk pulang, karena beliau mau mencari istrinya dulu." []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.