Kepedulian Komunitas Buntut Wedus Dlingo Bantul

Komunitas Buntut Wedhus di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, peduli kepada sesama, khususnya janda lansia dan miskin.
Komunitas Buntut Wedhus memeberikan bantuan kepada mbah Pawiro (tengah), seorang janda dan lansia di Bantul. (Foto: Istimewa)

Bantul - Komunitas Buntut Wedhus di Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki cara unik untuk menyalurkan kepedulian kepada sesama. Komunitas ini beranggotakan para pedagang kambing se-Kecamatan Dlingo.

Buntut Wedhus menyisihkan hasil penjualan kambing tiap hari pasaran untuk didonasikan kepada para janda lansia dan tidak mampu. Seperti yang mereka lakukan kemarin pada Sabtu, 22 Agustus 2020 di Pasar Dlingo.

Setelah pasar usai, mereka konvoi bermotor lengkap dengan kronjot atau bronjong khas para pedagang kambing menyalurkan donasi kepada penerima.

Koordinator donasi, Walidi mengatakan tradisi ini biasa mereka lakukan sebulan sekali tiap Senin Kliwon. Para pedagang kambing yang berjumlah sekitar 40 orang itu biasa berdagang kambing di Pasar Dlingo pada hari pasaran Kliwon dan Pahing.

Setiap hari pasaran itu mereka mengumpulkan donasi. Komunitas ini menargetkan para janda tidak mampu untuk menjadi sasaran penerima. "Karena Senin Kliwon kemarin pas 17-an (HUT RI), maka kami lakukan hari ini (kemarin)," kata Walidi.

Komunitas Buntut Wedhus menilai di seputaran Dlingo yang terdapat banyak warga berstatus janda lansia. Mereka sudah tidak mendapatkan nafkah. Kehidupan mereka akan sangat bergantung pada uluran tangan tetangga maupun saudaranya.

"Padahal dengan usia yang lanjut, para janda itu sudah tidak memungkinkan untuk bekerja. Belum lagi jika kondisi fisiknya sudah terganggu. Mbah Pawiro yang kami datangi hari ini, beliau janda dan lansia, sudah tidak bisa melihat atau buta karena faktor usia," kata Walidi.

Ditemui saat menemani penyaluran bantuan, Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengakui kepedulian komunitas ini bisa menjadi contoh bagi komunitas yang lain.

Padahal dengan usia yang lanjut, para janda itu sudah tidak memungkinkan untuk bekerja. Belum lagi jika kondisi fisiknya sudah terganggu.

Meskipun setiap hari mereka disibukkan dengan kegiatan dagang kambing, namun setiap hari juga mereka masih berupaya menyisihkan hasilnya untuk membantu sesama. Apalagi untuk menentukan target penerima donasi komunitas ini cukup selektif.

Menurut Halim, komunitas ini menyampaikan calon penerima donasi harus betul-betul membutuhkan. "Pemerintah ini tidak bisa sendiri dalam mengatasi masalah dan kondisi sosial, harus bekerja sama dengan masyarakat yang peduli seperti teman-teman pedagang kambing Pasar Dlingo ini," kata Halim.

Bertemu di Pasar Dlingo sebagai titik kumpul, Halim dan anggota komunitas ini berangkat berboncengan dengan motor. Kronjot atau bronjong yang biasa dipakai untuk membawa kambing, kali ini diisi dengan berbagai jenis sembako yang akan didonasikan.

Pria yang sekaligus sebagai Ketua DPC PKB Bantul ini berharap tradisi donasi yang sudah berjalan hampir setahun terakhir itu dapat ditingkatkan. "Tadi disampaikan kalau November nanti tepat dihari ulang tahun komunitas, mereka akan melakukan donasi kepada 200 janda tidak mampu dan lansia, ini kan contoh yang baik dan alangkah bagusnya jika kemudian komunitas-komunitas lain dapat melakukan konsep yang sama," terangnya.

Sementara itu, salah satu anggota komunitas, Wahyu Katemun mengaku senang karena bisa ditemani oleh orang nomor dua di Bantul tersebut. Baginya kebersamaan pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama membangun menjadi kunci utama dalam peningkatan kesejahteraan.

Pihaknya juga membuka donasi kepada siapapun yang ingin ikut membantu dengan menyalurkan bantuan melalui Komunitas Buntut Wedhus. Menurutnya sudah ada sejumlah calon penerima yang menjadi target donasi selanjutnya. "Kondisinya seperti Mbah Pawiro, warga Tekik Temuwuh yang kita datangi tadi. Bahkan ada yang lebih memprihatinkan yang sudah jadi prioritas kami," ungkapnya. []

Berita terkait
Bantuan untuk Devi, Bocah Tanpa Ibu di Kulon Progo
Bantuan untuk Devi berdatangan. Dia merupakan bocah piatu, yang hidup miskin bersama neneknya di Kulon Progo. Bapaknya menikah lagi di Jawa Barat.
Kisah Badut Jalanan Berhati Mulia di Yogyakarta
Rinno, si badut jalanan di Yogyakarta ini berhati mulia. Relawan ini ikhlas berbagi penghasilan Rp 20 ribu per hari dengan orang yang membutuhkan.
Kisah Pemulung Perawat Kucing Jalanan di Yogyakarta
Pemulung ini berhati mulia, tapi mungkin dipandang biasa. Dia rela mengobati kucing jalanan yang tak bertuan yang sedang sakit.