Kepada Maris Anak Pangkep, Apa Kamu Takut Disunat?

Maris 9 tahun, anak Pangkep, tak henti membaca salawat dan surat-surah pendek Alquran yang ia hapal di luar kepala. Wajahnya pucat pasi.
Ditemani ibunda (kanan), Maris 9 tahun, menutupi wajah dengan kedua tangan, sesaat akan disunat di tenda di lingkungan SMP Negeri 1 Liukang Tupabbiring, Pulau Balang Lompo, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu, 1 September 2019. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Pangkep - "Apakah kamu takut disunat?" tanya saya kepada Muhammad Maris, anak laki-laki berusia 9 tahun. Dengan wajah datar Maris bilang, "Saya tidak takut, hanya gugup saja karena akan disunat."

Percakapan saya dengan Maris itu terjadi Minggu pagi, 1 September 2019. Maris satu di antara 150 anak berasal dari lima kepulauan di Pangkep. Yaitu Pulau Balang Lompo, Pulau Satappo Lompo, Pulau Balang Caddi, Pulau Karampuang, dan Pulau Sanane.

Mereka berkumpul di SMP Negeri 1 Liukang Tupabbiring, Pulau Balang Lompo, Kabupaten Pangkep. 

Muhammad Maris ditemani ibunda, datang dari jauh, dari Pulau Karanrang, menumpang perahu kecil yang disebut jolloro. Pulaunya itu 30 menit perjalanan dari Pulau Balang Lompo.

Duduk bersisian dengan ibunda, Maris bersabar menunggu panggilan dari tim sunat gratis.

Selama menunggu panggilan, Maris kelas IV SD Pulau Karanrang itu tak henti mengucapkan salawat.

Dengan lilitan sarung di pundak, sesekali raut wajahnya menunjukkan rasa takut. Ibundanya mengerti, mengucapkan kata-kata semangat agar anaknya kuat dan berani.

Maris bercita-cita menjadi pemain bola.

"Mama bilang disunat tidak sakit, tapi saya lihat anak-anak yang lain keluar dari tenda sunat, berteriak kesakitan. Itu juga yang membuat saya tegang," ujarnya.

"Apalagi saya lihat ada teman yang menangis," lanjut Maris dengan wajah pucat karena tegang.

Beberapa saat kemudian tim dokter memanggil nama Maris, pertanda ia dipersilakan masuk ke bilik mempersiapkan diri untuk disunat.

Mama bilang disunat tidak sakit, tapi saya lihat anak-anak yang lain keluar dari tenda sunat, berteriak kesakitan.

Maris bangkit dari tempat duduk dengan perasaan berat, menyeret langkah, didampingi ibunda.

Di dalam bilik berupa tenda, Maris berbaring di atas ranjang berukuran 2x1 meter. 

Ia masih tegang dan terus saja mengucapkan sawalat. "Subhanallah, walhamdulillah, walailahaillahu allahu akbar."

Saat seorang perempuan dokter mendekat, Maris menutup wajah dengan kedua tangan. Ibundanya menarik ujung jilbab untuk menutup mulut. Sang ibu sepertinya merasakan kengerian Maris.

"Maris udah siap disunat?" kata dokter. 

Maris menjawab dengan setengah hati, "Sudah siap, dokter."

Dokter menyiapkan peralatan untuk melakukan tindakan sunat. 

Saat pertama dokter memberikan suntikan ke kelaminnya, Maris yang sedari tadi mengucapkan salawat, menggantinya dengan membaca surah-surah pendek yang ia hapal.

Terdengar dengan jelas mulai dari Surah Al Fatihah, An Nas, Al Ikhlas, Al Falaq, secara berulang diucapkan Maris hingga prosesi sunatan berakhir.

Usai disunat, Maris mendapatkan bingkisan dari pihak penyelenggara sunat gratis.

***

PangkepSyaiful 11 tahun (kiri) didampingi ayah, tampak tenang sesaat akan disunat. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)

Seperti Maris, seorang anak bernama Syaiful 11 tahun datang ke tempat ini juga untuk sunat gratis. Syaiful berasal dari Pulau Balang Caddi, berjarak sekitar 15 menit dari Pulau Balang Lompo. Ia didampingi ayah. 

Berbeda dengan Maris, Syaiful tampak lebih tenang, bisa bercanda dengan anak-anak lain.

Siswa Sekolah Dasar 1 Pulau Balang Caddi itu bahkan memperlihatkan wajah sangat antusias ingin segera disunat. 

Saat ditanya kenapa sangat semangat ingin disunat, ternyata Syaiful sebelumnya pernah ingin mengikuti kegiatan sunat gratis, tapi pada saat itu kuotanya sudah penuh.

"Jadi dengan adanya kesempatan ini, rasa takutku hilang sudah. Apalagi teman-temanku yang lain sudah banyak yang disunat, jadinya ingin segera juga disunat," kata Syaiful yang ingin kelak jadi guru.

Teman-temanku yang lain sudah banyak yang disunat, jadinya ingin segera juga disunat.

Syaiful yang kini duduk di kelas V SD ini mengatakan, melihat banyak anak keluar-masuk ruangan 'eksekusi' atau bilik sunat, tidak membuatnya gentar. Walau begitu, ia kadang mengucapkan selawat.

Saat namanya dipanggil, Syaiful melangkah dengan yakin. Ia berjalan tegak beriringan dengan ayahnya.

Sampai berbaring di ranjang 'eksekusi', wajah Syaiful tampak tenang.

Barulah saat suntikan bius menembus tubuhnya, wajah Syaiful berubah ketakutan. Ia menenangkan diri dengan membaca surah-surah pendek yang dihapal di luar kepala, dengan suara melengking.

Ia juga sesekali memejamkan mata ketika dokter akan 'mengeksekusi' alat kelaminya, menusukkan jarum untuk menjahit area yang telah dipotong.

Meski merasa sakit saat disunat, Syaiful kembali tersenyum lebar saat diberi bingkisan berisi makanna ringan, minuman, baju, celana khitan, obat-obatan, dan kitab suci Alquran.

***

Sunat gratis itu digelar Muslim Tarqiyah Taqwa (MTT) Foundation dan Rumah Zakat.

Kepala MTT Foundation regional Sulawesi, Bambang Mulyadi, mengatakan bersyukur bisa menyalurkan dana Infaq dan sedekah para karyawan Telkomsel di lima pulau ini, di antaranya dengan menggelar sunat gratis. 

Bambang berharap bantuan itu bisa meringankan beban warga setempat.

Ia bercerita, di lima pulau ini seorang anak harus membayar Rp 300 ribu untuk sunat.

"Saya berharap anak-anakku sekalian setelah disunat harus lebih rajin salat. Utamanya salat lima waktu tidak boleh tertinggal dan usahakan sekali salat di masjid. Tolong para orang tua diingatkan ya anak-anaknya," ujar Bambang di depan anak-anak peserta sunat dan orang tua.

Ini sangat membantu kami warga yang hidupnya pas-pasan.

Dalam kesempatan sama, Fasilitator Kesehatan Rumah Zakat Sulawesi Selatan, Salmiah Made, mengatakan sunatan massal kali ini merupakan yang terbesar yang pernah dilaksanakan Rumah Zakat Makassar.

Perempuan yang akrab disapa Mia ini senang MTT Foundation mempercayakan program besar ini kepada Rumah Zakat.

“Saya mewakili tim Rumah Zakat sangat berbahagia dengan apreasiasi warga setempat yang luar biasa. Terima kasih banyak atas penerimaan bapak dan ibu sekalian,” kata Mia.

Sementara itu, Nursiah, seorang warga yang anaknya disunat mengaku sangat terbantu.

"Kami sangat bersyukur ada kegiatan sunat gratis yang terlaksana. Ini sangat membantu kami warga yang hidupnya pas-pasan," ujar Nursiah.

Ia berharap akan ada kegiatan serupa untuk anak-anak yang lain pada masa mendatang.

"Kalau bisa dilangsungkan secara berkelanjutan, itu sangat membantu warga, apalagi kalau mau sunat sendiri biayanya cukup besar," katanya.

Harapan Nursiah langsung dijawab Penanggungjawab Program Sunat Gratis, Ramli. Bahwa kegiatan serupa akan digelar lagi.

Ramli mengatakan pihaknya telah dua kali melaksanakan kegiatan sunatan gratis di pulau ini.

"Minat warga sangat besar dan masih banyak yang mengaku anaknya belum disunat, maka kami selenggarakan lagi," ujar Ramli.

Dalam setiap kegiatan sunat gratis, kata Ramli, pihaknya dibantu seorang dokter ahli, 10 asisten, dan 10 operator terdiri dari dokter dan perawat. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Filosofi Pesawat Terbang BJ Habibie
Bacharuddin Jusuf Habibie mengundang decak kagum dunia, satu di antaranya karena kecerdasannya. Sebenarnya bagaimana cara berpikirnya?
14 Tahun Lumpuh Kaki, Ande di NTT Baru Punya Kursi Roda
Ande Umar sudah 14 tahun terbaring di kasurnya karena kelumpuhan yang diakibatkan terjatuh dari pohon setinggi 9 meter di Nusa Tenggara Timur.
Puasa Senin-Kamis dan Salat Malam yang Membawa Berkah
Puasa Senin-Kamis dan salat malam memang berat dijalankan, tapi ternyata manfaatnya sangat besar dalam melindungi diri dari celaka dan penyakit
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.