Untuk Indonesia

Kenapa Din Syamsuddin Gemar Menakut-nakuti Umat Islam

Din Syamsuddin dan kelompoknya ingin umat Islam benci pemerintah, terus meniupkan kebohongan agar umat Islam percaya, mereka harus benci Jokowi.
Din Syamsuddin. (Foto: Tagar/Wikipedia)

Oleh: Ade Armando*

Astaghfirullah. Kok Din Syamsuddin tidak kunjang tobat ya? Dan kok tidak kunjung berhenti menyebarkan kebencian dan ketakutan? Ini yang terbaru, Din menakut-nakuti masyarakat bahwa saat ini terjadi aksi teror yang mengancam nyawa para pemuka Islam. Ini tertuang dalam surat terbukanya kepada Presiden Jokowi pada 5 Oktober 2020, yang kemudian juga disebarluaskan kepada masyarakat.

Suratnya berjudul: "Mari Ciptakan Kehidupan Nasional yang Tidak Gaduh dari Diri Sendiri". Dalam siaran persnya, Din menyatakan isi surat itu merupakan respons Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) terhadap berbagai isu kekinian yang mengundang keprihatinan bersama.

Isu yang diangkat sebenarnya beragam. Din bicara soal keprihatinan terhadap pandemi covid, terhadap pilkada, UU Cipta Kerja, RUU Haluan Ideologi Pancasila, dan kasus Jiwasraya. Tapi kalau hanya itu yang diangkat, surat itu tentu tidak bermasalah. Wajar kan bila ada warga Indonesia mengkritik pemerintah secara terbuka terkait rangkaian isu besar tersebut. Tapi yang jadi persoalan, di antara isu yang diangkat itu, Din juga menyebut bahwa ada teror terhadap pemuka Islam.

Din dalam suratnya menyatakan ada rentetan tindak kekerasan, penganiayaan hingga upaya pembunuhan dan pembunuhan terhadap ulama atau imam atau dai atau tokoh agama, dan ada penodaan masjid atau musala oleh orang yang mengaku gila atau mengalami gangguan jiwa. Din menyebut kejadian beruntun itu menjadikan Islam atau umat Islam atau lambang-lambang Islam sebagai sasaran. Kemudian Din menyatakan bahwa kejadian serupa itu sebenarnya pernah terjadi pada saat pilpres yang lalu dan kini terjadi lagi dengan modus operandi yang sama.

Agar lebih meyakinkan, Din menegaskan bahwa kejadian-kejadian tersebut sungguh dirasakan oleh pihak-pihak ormas Islam sebagai bentuk teror mental terhadap umat Islam. Din mengeluh bahwa sementara kejadian pada 2018 belum terjelaskan, kini terulang kembali dengan dugaan tidak akan ada penjelasan dan penyelesaian.

Din memohon agar peristiwa itu tidak diabaikan. Tulis Din dalam suratnya dan saya kutip sekarang: "Kiranya Bapak Presiden perlu turun tangan sendiri, dengan menjamin keamanan dan keselamatan para ulama atau dai atau tokoh Islam." Bahkan di ujung surat, Din bicara dengan nada mengancam: "Jika dibiarkan, tidak mustahil mereka (maksudnya para ulama) akan kehilangan kesabaran untuk menegakkan hukum dengan caranya sendiri."

Mereka ini memang ingin saja agar umat Islam Indonesia membenci pemerintah.

Baca juga: Menakar Motif Din Syamsuddin Deklarasikan KAMI

Pertanyaan saya, dan saya yakin pertanyaan banyak orang, yang dimaksud dengan rentetan tindak kekerasan, penganiayaan hingga upaya pembunuhan dan pembunuhan terhadap ulama atau imam atau dai atau tokoh agama itu yang mana ya? Kalau memang ada rentetan teror terhadap ulama di Indonesia, tentu sudah jadi berita. Apalagi Din menyebut kata 'pembunuhan'? Kok kita bisa tidak tahu ada pembunuhan ulama? Satu-satunya kasus yang mungkin kita semua pernah dengar adalah penusukan ulama moderat Syekh Ali Jaber pertengahan September 2020. Dan penusuknya sudah ditangkap.

Memang masih banyak pertanyaan yang mengganggu tentang motif penusukan tersebut. Ada yang menyebut si penusuk mengalami gangguan jiwa. Tapi kalau dilihat profilnya di medsos sih, dia terkesan sehat-sehat saja. Tapi pendek kata, penusukan tersebut masih menyimpan misteri. Tapi apakah kasus itu bisa dijadikan indikasi bahwa memang ada rentetan kekerasan, upaya pembunuhan, atau pembunuhan ulama di Indonesia?

Jelas sekali Din sedang kembali berusaha menggiring publik agar umat Islam mencurigai pemerintah dengan tuduhan bahwa Jokowi membiarkan terjadinya kezaliman terhadap ulama. Tapi, kayaknya Din memang tidak sendirian. Menurut pengamatan saya, kampanye ini dilakukan secara terencana.

Kalau kita periksa medsos, penusukan Syekh Ali Jaber memang sudah digoreng KAMI. Misalnya saja, salah seorang deklarator KAMI Adhie M Massardi seusai penusukan sudah langsung mencuitkan Twitter yang menuduh bahwa kekerasan terhadap tokoh agama di Indonesia dikendalikan oleh oknum tertentu. Adhie menulis, kejadian penusukan tersebut tidak berdiri sendiri dan terkait dengan sejumlah peristiwa di seantero Indonesia kemarin-kemarin dan yang akan datang.

Siapa oknum yang dituduh? Tidak jelas. Apa sejumlah peristiwa lain yang terkait dengan penusukan tersebut? Juga, tidak jelas. Pokoknya Adhie berusaha membangun ketakutan bahwa ada pihak-pihak yang sedang dan akan terus melanjutkan teror terhadap pemuka agama.

Seusai penusukan, Sekretaris Badan Pekerja KAMI Syahganda Nainggolan juga menyatakan bahwa telah terjadi kekerasan terhadap ulama atau ustaz selama lima tahun belakangan ini. Menurut Syahganda, ulama yang dijadikan sasaran kekerasan adalah ulama yang kritis terhadap kekuasaan zalim, bukan penjilat.

Karena itu mereka akan terus meniupkan kebohongan terus-menerus agar umat Islam benar-benar percaya bahwa mereka harus membenci Jokowi.

Baca juga: Deklarasi Din Syamsuddin Cs, EWI: Itu Lucu-lucuan Saja

Dia lantas mengaitkan kekerasan terhadap ulama saat ini dengan keadaan pada zaman penjajahan Belanda. Dulu pun, katanya, Snocuk Hugronye menyerukan bahwa ulama yang menjadi panutan umat dan anti-kolonial harus dibasmi Belanda. Karena itu menurut Syahganda, ulama harus melakukan pembalasan. Tujuan Syahganda jelas: ia ingin membangun kesan bahwa di Indonesia, ulama yang berani bersikap kritis terhadap pemerintah mengalami kekerasan selama Jokowi berkuasa. Syahganda seolah menyamakan pemerintah Indonesia saat ini dengan pemerintah Belanda. Dan karena itulah Syahganda menyerukan agar ulama dan umat Islam harus melakukan perlawanan.

Seluruh narasi yang berusaha dibangun KAMI dan Din Syamsudin ini jahat, tapi berantakan. Misalnya saja, kalaulah penusukan Syekh Ali Jaber dijadikan bukti, ya tidak kloplah dengan tuduhan bahwa ulama yang kritis terhadap penguasa yang dijadikan sasaran.

Syekh Ali Jaber adalah ulama moderat yang sejuk dan sangat percaya kepada pemerintah. Lalu apa pula contoh lain yang bisa digunakan untuk menunjukkan bahwa terjadi rangkaian kekerasan, upaya pembunuhan, dan pembunuhan terhadap ulama di Indonesia? Dan karena itu, karena memang tidak ada teror terhadap ulama, kenapa pula pemerintah dituduh membiarkan.

Kenapa Jokowi harus menjamin keselamatan para ulama? Kalau Syahganda menyatakan harus ada pembalasan, pertanyaan saya, pembalasan terhadap apa dan kepada siapa? Tapi kalau dipikir-pikir, buat Din dan KAMI, urusan logika memang tidak penting. Mereka ini memang ingin saja agar umat Islam Indonesia membenci pemerintah. Karena itu mereka akan terus meniupkan kebohongan terus-menerus agar umat Islam benar-benar percaya bahwa mereka harus membenci Jokowi.

Ahli propaganda Nazi, Josehp Goebbeis pernah menyatakan: "Kebohongan yang diucapkan satu kali, akan berhenti sebagai kebohongan. Tapi kebohongan yang diulang-ulang akan diterima sebagai kebenaran." Itulah yang dilakukan Din Syamsuddin dan kawan-kawannya di KAMI. Mereka akan terus menyebarkan kebohongandan kebencian.

Beberapa bulan lalu Din sudah menyatakan bahwa menurut teori Islam, sudah cukup syarat yang diperlukan untuk menggulingkan pemerintahan yang zalim. Kini, konsisten dengan pernyataan itu, dia kembali seperti berusaha membangun opini bahwa Jokowi memang zalim.

Saya selalu heran dengan orang seperti Din yang adalah mantan Pemimpin Muhammadiyah dan masih menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia. Dia adalah ulama. Dia adalah tokoh Islam. Tapi kok dia bisa begitu mudah menyebarkan kebencian dan bahkan fitnah seperti itu?

Mudah-mudahan Pak Din, Mas Adhi, dan Bang Syahganda masih mau bertobat. Kembalilah gunakan hati nurani dan akal sehat. Karena hanya dengan menggunakan hati nurani dan akal sehat, negara ini akan selamat.

*Pemerhati Politik dari Universitas Indonesia

Berita terkait
Moeldoko Akan Beri Perhitungan Jika KAMI Memaksa Kepentingan
Moelkodo imbau bahwa siapa saja yang ingin memaksakan kehendak politik di luar dari konstitusi akan mendapatkan perhitungan, tak terkecuali KAMI.
Moeldoko ke KAMI: Ganggu Stabilitas Politik Ada Risikonya
Moeldoko mengingatkan bahwa akan ada risiko jika tujuan yang dilakukan kelompok Din Syamsudin, melalui KAMI mencoba mengganggu stabilitas politik.
Irma NasDem Heran dengan Rocky Gerung - Din Syamsuddin
Bentuk KAMI, Politisi Partai NasDem non aktif Irma Suryani Chaniago mengungkapkan keprihatinannya terhadap Rocky Gerung dan Din Syamsuddin.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.