Kementerian ESDM: Hilirasi Nikel Bisa Hindari Gejolak Harga

Kementerian ESDM menyebutkan, keberadaan hilirisasi nikel dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.
Seorang pekerja memperlihatkan bijih nikel di smelter feronikel yang dimiliki oleh perusahaan tambang negara Aneka Tambang Tbk di distrik Pomala, 30 Maret 2011. ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad/aa.

Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, keberadaan hilirisasi nikel dapat memberikan dampak positif bagi perkonomian nasional. Selain dapat meningkatkan nilai rantai pasok produksi, hilirisasi dapat menyelamatkan komoditas bijih nikel dari gejolak harga.

Menurut Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin, di hulu pertambangan itu praktis lebih mudah dilakukan dengan keuntungan yang lebih besar. Namun ketika tarik di hilir muncul istilah keekonomian bahwa nilai tambah keuntungan tidak seimbang dengan investasi besar). "Inilah sedang kita coba sehingga keseimbangan itu terjadi," ucapnya dalam keterangan, Kami, 14 Oktober 2020.

Aspek keekonomian, menurutnya, merupakan aspek krusial atas keputusan kebijakan hilirasasi nikel di Indonesia. Ketika keekonomian itu dikaitkan dengan pohon industrinya atau rantai pasok dari produk-produk hilir belum berjalan sesuai harapan.

Ridwan mengakui, perencanaan keberadaan kawasan industri nikel selama ini tumbuh berkat dorongan dari pelaku industri. Ini menyadari industri nikel itu penting. "Dorongan tumbuhnya industri pengolahan berdasarkan besarnya potensi nikel kadar rendah yang dimiliki oleh Indonesia," ucapnya.

Hal senada dikatakan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif. Menurutnya, konsep hilirisasi tidak berhenti ketika mineral diproses menjadi setengah jadi (intermediate product). "Hilirisasi harus lebih dikembangkan lebih jauh sampai produk menjadi bahan dasar atau pelengkap tahapan paling akhir dalam pohon industri," katanya.

Menurut Irwandy, konsep nilai tambah itu juga bukan semata rasio antara harga produk terhadap harga bahan baku. "Jangan hanya untuk diri kita sendiri, tapi berbagi kepada masyarakat," ucapnya.

Ia menggambarkan proses bijih nikel menjadi FeNi atau konsentrat, lalu diolah menjadi Ni-sulfat dan Co-sulfat. Setelah itu diproses lagi menjadi precursor yang menjadi bahan dasar material baterai. Dari bahan dasar baterai inilah dihasilkan baterai jenis lithium-ion battery.

Apabila hilirisasi ini dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi akan mendukung kekuatan industri dalam negeri. "Tanpa hilirisasi industri dalam negeri akan selalu bergantung pada impor bahan baku, sehingga sangat rapuh dan mudah goyah oleh faktor non teknis dalam bentuk nilai tukar rupiah," kata Irwandy.

Neraca Sumber Daya Nikel

Berdasarkan pemetaan Badan Geologi pada Juli 2020, Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel sebesar 11.887 juta ton (tereka 5.094 juta ton, terunjuk 5.094 juta ton, terukur 2.626 ton, hipotetik 228 juta ton) dan cadangan bijih sebesar 4.346 juta ton (terbukti 3.360 juta ton dan terikira 986 juta ton). Sedangkan untuk total sumber daya logam mencapai 174 juta ton dan 68 juta ton cadangan logam.

"Area Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara punya potensi yang terbesar di Indonesia sampai dengan saat ini," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono.

Menurutnya, kegiatan eksplorasi nikel harus terus berjalan agar Indonesia bisa lebih mandiri dalam produksi nikel. Eko menegaskan, melalui proses hilirisasi maka bisa menambah nilai tambah bagi negara.

"Kami di Badan Geologi juga giat ekplorasi (nikel) ini untuk rekomendasi wilayah baru laporkan ke Ditjen Minerba sebagai Wilayah Usaha Pertambangan. Potensi logam ikutan pada endapan nikel laterit perlu evaluasi dan identifikasi untuk bisa memanfaatkan nikel dengan lebih baik," ujar Eko.

Berdasarkan rekomendasi Badan Geologi Kementerian ESDM, eksplorasi cebakan nikel lebih mudah diarahkan pada endapan mineral logam tipe laterit dibandingkan tipe primer karena potensinya lebih ekonomis. "Sejauh ini cadangan di laterit itu jauh lebih besar daripada yang primer," kata Eko.

Indonesia menempatkan diri sebagai produsen bijih nikel terbesar di dunia pada tahun 2019. Dari 2,67 juta ton produksi nikel di seluruh dunia, Indonesia telah memproduksi 800 ribu ton, jauh mengungguli Filipina (420 ribu ton Ni), Rusia (270 ton Ni), dan Kaledonia Baru (220 ribun ton Ni). []

Berita terkait
Daerah Penghasil Nikel Terbesar di Indonesia
Nikel merupakan salah satu sumber daya alam (SDA) terkaya di Indonesia. Berikut daerah penghasilnya yang terbesar di Indonesia.
Stop Ekspor Nikel, Luhut: Jangan Dikte Indonesia
Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan akan melawan gugatan dari UE atas kebijakan Indonesia stop ekspor nikel.
Bijih Nikel Digugat Uni Eropa, Jokowi: Hadapi
Jokowi mengatakan Indonesia tak perlu ragu menghadapi Uni Eropa yang akan menggugat Indonesia ke WTO karena kebijakan larangan ekspor bijih nikel.
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja