Kemarau Panjang di Flores NTT Sopir Truk Ketiban Pulung

Kemarau berkepanjangan di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dimanfaatkan sopir truk tangki untuk menjual air. Omzetnya Rp 1 juta per hari.
Pengisian air untuk dijual ke warga yang kekeringan di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin, 29 Oktober 2019. (foto: Tagar/Yos Syukur).

Borong - Musim kemarau berkepanjangan di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebabkan beberapa wilayah kecamatan mengalami krisis air. Sampai akhir Oktober 2019, hujan tidak kunjung turun. Imbasnya, para petani terancam gagal panen.

Musim kemarau ini, membuat warga harus mengambil air di sungai. Pantauan Tagar, Senin, 28 Oktober 2019, banyak kendaraan roda empat, seperti pick-up dan truk mengambil air di sungai Wae Bobo demi kebutuhan rumah tangga.

Di hulu Wae Bobo, ada sopir yang mencuci kendaraan dan beberapa orang terlihat sedang mandi dan mencuci pakaian. Sementara di hilir, terdapat mobil pengangkut air mulai dari yang 50-5.000 liter sedang menyedot air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Seorang sopir truk tangki air, Hieronimus Mo'i, 33 Tahun dan kondektur Turibius Bika, 25 Tahun, sudah berkeliling wilayah Kelurahan Kota Ndora, untuk mengantar air pesanan warga setempat.

Penghasilan kami sehari bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta.

"Kami baru selesai mengisi air di bak penampungan warga Wejang Kalo, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong. Saat ini kami mengambil air juga untuk melayani pesanan warga di sana," ujar Heri ketika ditemui Tagar di lokasi pengambilan air di sungai Wae Bobo, Senin, 28 Oktober 2019.

Menurut dia, saat musim kering ini banyak warga yang memesan air untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga sehari dia bisa melayani 7 hingga 10 pesanan dengan harga Rp 100 ribu per tangki yang berukuran 5.000 liter khusus untuk wilayah Borong.

Kekeringan NTTKekeringan di Flores, NTT dimanfaatkan menjadi bisnis oleh sopir pada Senin 28 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Yos Syukur).

"Kami mengantar air sesuai pesanan warga, biasanya kalau musim kering pesanan lebih banyak bisa mencapai 10 reit, sedangkan pada musim hujan air sungai menjadi kotor," kata dia.

Dia mengatakan, mobil tangki air yang dikendarainya adalah milik orang lain. Heri menyetor Rp 1 juta per Minggu kepada pemilik kendaraan. Pendapatan hariannya tentu tidak sedikit.

"Penghasilan kami sehari bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta, namun semuanya sesuai pesanan warga. Kalau sepi hanya 7 reit saja, dikali Rp 100.000. Standar penghasilan kami per hari sekitar Rp 500-700 ribu," ujar Heri.

Selama menjalani usaha tangki air, Heri cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan anak.

Dia menjelaskan, harga air tergantung ukuran tangki mobil, semisal ukuran 5.000 liter biayanya Rp 100 ribu. Harga air tangki juga tergatung jarak dan kondisi jalan, bahkan apabila jalur menuju pemesan cukup jauh, susah ditempuh atau jalannya tanjakan, maka harganya menjadi Rp 175-300 ribu.

"Pemesan air dengan truk tangki biasa dipakai untuk keperluan rumah tangga dan pengerjaan bangunan," tutur Heri.

Menurutnya, kondisi air sungai yang menjadi sumber utama usaha mereka belum tentu bebas dari kuman. "Kondisi air ini belum tentu sehat, namun sungai ini saja yang dekat dan mudah dijangkau," ucapnya.

NTT TrukTruk mengisi air di Flores NTT, Senin, 28 Oktober 2019. (foto: Tagar/Yos Syukur).

Dia menambahkan, penyedot air ke tangki mobil memiliki saringan, agar batu dan plastik tidak ikut tersedot, sedangkan lumpur dan butiran pasir pasti ikut disedot.

Lama waktu penyedotan, sekitar 20-25 menit. Kemudian, setelah tangki full dengan air kondektur, dia membereskan semua perlengkapan termasuk selang air.

"Pekerjaan ini tidak mudah, apalagi ketika menyalurkan air ke bak penampungan warga. Kalau dekat jalan raya atau halaman rumah agak sedikit mudah, namun kalau jarak bak penampung lumayan jauh dari jalan raya, maka kami harus menyambung selang untuk sampai ke bak penampungan," kata Heri.

Usai pengisian air, kondekturnya harus bersusah payah, membuka sambungan selang, menggulung, dan membereskan semua perlengkapan. Namun, semua demi hidup dan mereka harus berjuang untuk itu.

Menurut Heri, pemerintah daerah setempat sedang berusaha melalui Perusahaan Air Minim (PAM) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Seperti di wilayah Wejang-Kalo Tanggo, Flores NTT, ada proyek pemasangan instalasi air bersih. "Namun sampai saat ini airnya belum muncul dan kondisi ini sama saja, masyarakat tetap mengambil air di sungai untuk memasak, mandi dan mencuci pakaian," kata dia. []

Berita terkait
Pria di Manggarai NTT Hajar Istri Hingga Tewas
MH tanpa sebab yang jelas mengambil sebatang kayu api dan memukulkannya ke bagian kepala istrinya.
EO Sail Komodo NTT Tersangka Korupsi Rp 1,6 Miliar
Kejari Manggarai Barat Flores NTT menetapkan AAN sebagai tersangka kasus korupsi Sail Komodo tahun 2013.
Angelius Wake Kako Anggota DPD Sederhana Asal NTT
Angelius Wake Kako, Senator muda asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) didampingi orang tuanya dengan busana sarung dan alas kaki sendal jepit.
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.