Kecelakaan Tol Cipularang Karena Tidak Ada Pengawasan

Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi di Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), Jabar, disebabkan 4 faktor saling berkaitan
Pekerja menyelesaikan proyek penahan dinding jalan di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Proyek tersebut ditujukan untuk menahan dinding tol yang retak akibat tanah labil di sekitar KM 91 Tol Cipularang. (Foto: Antara/Raisan Al Farisi)

Bandung - Kecelakaan yang banyak terjadi di Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padarang), Jawa Barat, menimbulkan berbagai asumsi publik, mulai dari mistis sampai kesalahan struktur jalan.

Dari segi mistis, sejumlah tragedi kecelakaan yang terjadi di ruas Tol Cipularang, khususnya di kilometer 90-an, banyak diasumsikan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh gangguan mahluk tak kasat mata. Tidak sedikit orang mempercayai bahwa para korban kecelakaan merupakan tumbal bagi mahluk penunggu Tol Cipularang.

Bukan tanpa alasan hal tersebut meruak ke permukaan. Pasalnya, banyak cerita rakyat yang bertebaran di masyarakat akan mitos-mitos di kawasan tersebut.

Batas Kecepatan

Namun, terlepas dari segala mitos yang ada tentang penyebab kecelakaan yang kerap terjadi di Tol Cipularang, para ahli dan akademisi berpendapat bahwa kecelakaan yang terjadi merupakan hal yang biasa karena kontur jalan di wilayah tersebut merupakan kontur tanah perbukitan sehingga banyak tanjakan dan turunan yang curam. Ini bisa jadi faktor yang mengakibatkan terjadi kecelakaan kendaraan bila para pengemudi tidak berhati-hati.

Hal tersebut dijelaskan oleh pakar yang juga konsultan pembangunan jalan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Eka Satria. Menurut Eka, kecelakaan yang banyak terjadi di wilayah Tol Cpularang, khususnya di wilayah Purwakarta, berkaitan dengan kontur tanah yang cukup eksrim. Eka juga menjelaskan mengapa suatu kontruksi jalan bisa jadi ekstrim.

Secara garis besar, untuk daerah Purwakarta termasuk kontur yang tinggi, perbedaan kontur yang terlalu jauh menyebabkan perencanaan trase jalan diharuskan disesuaikan dengan standar perencanaan yang sudah ditetapkan.

"Untuk kasus ini, kecepatan kendaraan juga diperhitungkan, secara standar Bina Marga, terdapat kelas jalan yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan, semua standar terdapat pada perencanaan geometrik jalan dari DPU (Dinas Pekerjaan Umum)," kata Eka kepada “Tagar”, Rabu 4 September 2019.

Selain faktor jalan harus juga ditumbuhkan kesadaran masyarakat agar berkendara sesuai aturan. Artinya masyarakat harus paham terkait dengan rambu-rambu yang terpasang di bahu jalan, seperti batas kecepatan kendaraan, dll.

Faktor kesadaran dari para pengendara sangat penting. Selain itu harus juga ada penambahan rambu, baik rambu mati, maupun rambu aktif seperti pemberitahuan lampu led. "Yang tak kalah penting yakni pengecekan beban muatan, khusus truk dengan muatan besar, sangatlah diperlukan," ujar Eka.

Terkait dengan perbaikan kontur jalan, dia merasa itu amat sangat sulit dilakukan, namun bukan juga tidak mungkin perbaikan kontur jalan tersebut akan memakan anggaran yang sangat besar.

Untuk perbaikan kontur jalan, itu sudah tertuang pada perencanaan jalan atau ada perbaikan jalan agak sulit. “Perbaikan kontur akan menelan banyak biaya karena akan ada pekerjaan cut and fill atau potong kontur atau potong gunung istilahnya," kata Eka.

Sedangkan akademisi di Institut Tekhnologi Bandung (ITB), Dr Sony Sulaksono Wibowo, dosen di Program Studi Teknik Sipil, mengatakan kecelakaan lalu lintas bukan karena salah satu faktor namun banyak faktor pendukung yang menyebabkan kecelakaan.

"Setiap kecelakaan lalu lintas selalu melibatkan satu atau beberapa faktor dari empat faktor, yaitu manusia, kendaraan, jalan, dan kondisi alam," kata Sony.

Kendali Kendaraan

Dia juga menjelasakan bahwa saat ini kondisi jalan di wilayah Tol Cipularang terbilang cukup baik. Namun, ada yang harus  jadi catatan yaitu muatan kendaraan yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan merusak jalan.

"Dalam banyak kasus kecelakaan di jalan tol di Indonesia, faktor manusia dan kendaraan cukup dominan sebagai penyebab kecelakaan dibandingkan dengan faktor kondisi jalan serta kondisi alam," kata Sony mengingatkan.

Terkait dengan kondisi jalan, saat ini infrastruktur jalan di segmen tersebut relatif cukup baik. Rambu batasan kecepatan dan pita pengaduh (rumble strips) sudah cukup tersedia dan itu sebenarnya sudah cukup. Sedangkan flashing yellow light (lampu kuning yg kelap kelip) kurang lazim di ruas jalan tol karena relatif bebas hambatan.

Jalan Tol Cipularang di Km 90-an arah Jakarta umumnya lurus dan menurun. Kondisi ini cenderung mendorong pengemudi untuk memacu kendaraannya. Pelajaran yang dapat diambil dari kejadian tersebut adalah bahwa jalan tol bukan untuk memacu kendaraan. 

Aturan batasan kecepatan dan menjaga jarak kendaraan sangat penting diperhatikan, khususnya jika ada kendaraan besar di depan. Jalan lurus dan menurun harus diwaspadai karena kendali kendaraan lebih sulit daripada kondisi jalan mendatar, serta masalah over dimension over loading (ODOL) .

"Hal yang menjadi perhatian utama pada kecelakaan tersebut adalah kelaikan kendaraan (truk) yang overloading. Saat ini,  ODOL jadi perhatian utama karena selain menyebabkan percepatan kerusakan jalan  juga rawan jadi penyebab kecelakaan. 

Truk ODOL umumnya adalah truk modifikasi yang belum tentu modifikasinya, termasuk penyesuaian komponen-komponen, sesuai dengan standar keselamatan, seperti kapasitas rem, kekuatan as, sudut kaca spion, jenis ban, dll. 

Masalah ODOL tidak murni kewenangan Kementerian Perhubungan. Yang bisa dilakukan Kementerian Perhubungan hanya masalah di hilir. Sedangkan di hulu lebih banyak dalam kewenangan Kementerian Perindustrian dan juga Kementerian Perdagangan.

Sony dengan tegas mengatakan bahwa kecelakaan yang banyak terjadi di Tol Cipularang  karena overloading. “Jika berbicara masalah teknologi untuk perbaikan jalan rasanya kurang tepat dan tidak ada yang spesifik,” ujar Sony.

"Prinsipnya, teknologi yang terkait dengan jalan tidak ada yang spesifik. Isu kecelakaan tersebut sudah berkembang ke masalah kendaraan yang overloading,” kata Sony. []

Berita terkait
Jalur Darurat di Tol Cipularang Sangat Minim
Keberadaan jalur darurat di sepanjang Tol Cipularang masih sangat minim. Seharusnya lebih dari satu.
DPR Desak Pemerintah Audit Geometrik Tol Cipularang
Desakan ini menyusul terjadinya kecelakaan maut tabrakan beruntun di KM 91 tol tersebut.
Sen Hu Sop, Terluka di Cipularang Ingin Pulang ke Korea
Sen Hu Sop 61 tahun, warga negara asing asal Korea menjadi korban kecelakaan beruntun di jalan Tol Cipularang. Ia mengalami luka bakar.