Kawasan Danau Toba Butuh Pemimpin Napina Raja

Pilkada 9 Desember 2020 akan berlangsung di beberapa daerah kabupaten termasuk di Kawasan Danau Toba.
Wilmar Eliaser Simandjorang saat mendampingi Presiden Jokowi menyaksikan geosite Pusuk Buhit di Kabupaten Samosir, Sumut pada Juli 2019 lalu. (Foto: Tagar/Facebook Wilmar Simandjorang)

Pematangsiantar - Pilkada 9 Desember 2020 akan berlangsung di beberapa daerah termasuk di Kawasan Danau Toba. Muncul harapan dari masyarakat, kepala daerah yang lahir adalah figur kepemimpinan yang menghargai lingkungan, masyarakat budaya dan Danau Toba itu sendiri.

Aktivis dan pegiat lingkungan Danau Toba dari Kabupaten Samosir, Wilmar Eliaser Simandjorang kepada Tagar saat diminta tanggapannya terhadap figur kepala daerah yang dibutuhkan di Kawasan Danau Toba, mengawalinya dengan menyebut tiga bentuk kepemimpinan, yakni Anak Ni Raja, Napina Raja, dan Napa Raja-rajahon.

Disebutkan, Anak Ni Raja artinya seseorang keturunan raja dalam sejarah kehidupan masyarakat Batak. Di Jawa disebut darah biru atau keturunan raja seperti Sultan Jogja.

Sedangkan Napina Raja adalah sosok pemimpin karena kerja kerasnya menuntut ilmu dan berusaha sehingga dipercayai menduduki jabatan tertentu dalam perusahaan, termasuk yang berhasil menjadi wirausaha atau menduduki jabatan publik.

Adapun yang disebut Napa Raja-rajahon adalah seseorang yang meraih jabatannya dengan menghalalkan segala cara termasuk politik uang atau money politics.

"Menjadi panggomgomi atau sekarang ini menjadi bupati atau gubernur maupun presiden sebaiknya adalah seseorang yang berkarakter pelayan masyarakat dan mensyukuri jabatan menjadi suatu amanah yang dipercayakan oleh rakyat, dan jabatan harus dianggap sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan sebagai pemimpin untuk membawa rakyatnya sejahterah lahir dan batin," kata eks Penjabat Bupati Samosir itu.

Dikatakannya, dalam Habatahon (prinsip Kebatakan) disebut berkarakter 'Si lamlam aek Uruk silamlam aek Toba, na metmet ndang marungut-ungut sude nabalga dohot marlas ni roha'. Menjadi seorang pemimpin dibutuhkan orang yang memahami paradigma Habatahon, yakni 'panghohopon do tudutudu ni hapolinon dohot habonggalon ni sada bangso'.

"Yang bermakna mau berkorban dan bersih, serta jujur untuk membawa kebesaran rakyatnya dan daerahnya di tengah-tengah masyarakat luas," ujarnya, Sabtu, 1 Agustus 2020.

Pemimpin di Kawasan Danau Toba juga harus mengetahui dan menghidupi arti sejarah dan budaya serta lingkungan Toba

Dari pemikiran di atas, terang dia, pemimpin yang dibutuhkan di Kawasan Danau Toba adalah seseorang Napina Raja, yang sudah teruji kepemimpinannya di masyarakat luas sehingga berani maju untuk memimpin dengan niat yang tulus dan sudah cukup akan dirinya, tidak mencari kekayaan dengan jalan penyalahgunaan kekuasaan.

Menjadi pemimpin adalah merupakan panggilan hidup, mengorbankan dirinya untuk masyarakat yang dipimpinnya dan bukan untuk memperkaya diri, keluarga maupun kelompoknya.

Baca juga: 

Jadi untuk memimpin di Kawasan Danau Toba, sambungnya, dibutuhkan sosok yang sudah teruji keberhasilan dan kinerjanya di masyarakat sebelum terjun mencalonkan diri.

Danau TobaDengan penetapan Kaldera Toba, nantinya dapat mendorong pengembangan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di Kawasan tersebut. (Foto: Instagram.com/eksplore_danautoba)

Di atas segalanya adalah orang yang takut akan Tuhan dan mempunyai hati yang rindu berbuat baik serta mengetahui bahwa Kawasan Danau Toba adalah suatu peristiwa geologi dan memiliki sejarah yang luar biasa dengan peristiwa letusan gunung api Toba.

Masyarakat Danau Toba dan Indonesia bahkan dunia tahu bahwa Tuhan dengan kedaulatanNya telah memberi anugerah kepada Kawasan Danau Toba, memiliki kekayaan keanekaragaman lingkungan, kekayaan keanekaragaman hayati dan kekayaan keanekaragaman budaya. Sehingga Kawasan Danau Toba telah mendapat pengakuan dunia menjadi Toba Caldera Unesco Global Geopark.

"Dengan demikian pemimpin di Kawasan Danau Toba juga harus mengetahui dan menghidupi arti sejarah dan budaya serta lingkungan Toba, baik secara regional maupun ekoregion. Selama otonomi daerah berlaku belum dijumpai pemimpin yang memenuhi harapan rakyat dan Kawasan Danau Toba, akan datangkah tahun ini pemimpin untuk Toba yang berhati mulia dan takut akan Tuhan. Semoga," katanya.

Diketahui, sejumlah kabupaten di Kawasan Danau Toba yang mengikuti proses Pilkada 2020, yakni Kabupaten Humbahas, Kabupaten Toba, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Samosir.

Sejumlah figur mulai disebut maju, termasuk tiga petahana, yakni Dosmar Banjarnahor di Kabupaten Humbahas, Darwin Siagian di Kabupaten Toba dan Rapidin Simbolon di Kabupaten Samosir.

Ketiganya saat ini masih menjabat dan memastikan ikut kembali berkontestasi meraih bupati periode ke dua. Sejumlah parpol sudah menyatakan dukungan dan mengusung mereka untuk kembali menjadi pemimpin di Kawasan Danau Toba. []

Berita terkait
Warga Yakin Darwin Siagian Tumbang di Pilkada Toba
Pilkada 2020 di Kabupaten Toba, diperkirakan akan berjalan alot. Sejumlah pendukung Darwin Siagian disebut sudah berpindah ke kandidat lain.
Dosmar Banjarnahor Tak Membawa Perubahan di Humbahas
Dosmar Banjarnahor selama memimpin Kabupaten Humbang Hasundutan dalam lima tahun terakhir belum merepresentasikan perubahan yang lebih baik.
Mantan Anak Buah Ahok Dukung Calon Bupati Samosir
Mantan anak buah Gubernur DKI Ahok mendukung pasangan Rapidin Simbolon-Juang Sinaga dalam Pilkada Kabupaten Samosir 2020.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.