Kata Pengamat soal Klaster Rumah Makan di Semarang

Tidak hanya Rumah Makan Bu Fat, semua tempat di Kota Semarang yang abai protokol kesehatan potensial menjadi klaster baru Covid-19.
Petugas kesehatan melakukan rapid test Covid-19 di Balai Kota Semarang, beberapa waktu lalu. Munculnya klaster baru di Kota Semarang, klaster rumah makan, patut menjadi kewaspadaan semua pihak. (Foto: Taga/Yulianto)

Semarang - Munculnya klaster baru penyebaran Covid-19 di Kota Semarang, yakni klaster rumah makan, patut menjadi perhatian semua pihak. Pengamat kesehatan masyarakat menyatakan semua tempat yang mengabaikan protokol kesehatan berpotensi menjadi klaster baru.   

Pengamat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Dr MG Catur Yuantari mengatakan di semua tempat, tidak hanya di Rumah Makan Bu Fat, bisa berpotensi menyebabkan penularan Covid-19

Hal ini seiring makin banyaknya masyarakat melakukan ragam aktivitas, termasuk berkumpul, seperti saat sebelum pandemi. "Sehingga konsekuensinya tingkat kasus Covid-19 di Kota Semarang juga makin meningkat," kata dia, Minggu, 13 September 2020.

Potensi penularan Covid-19 melalui dropet besar jika ada pengunjung yang bersin.

Menurut Yuantari, penularan Covid-19 di saat melakukan aktivitas makan, terlebih di warung makan, sangat tinggi. Sebab masker dipastikan akan dibuka. Kerentanan penyebaran muncul saat pengunjung warung makan juga ngobrol dengan kawannya atau sesama pembeli. 

"Apalagi, kursi meja makannya tidak diatur dan tidak ada jarak antar pengunjung. Potensi penularan Covid-19 melalui dropet besar jika ada pengunjung yang bersin," ujar perempuan yang juga Kepala Prodi SI Fakultas Kesehatan Udinus ini.

Ia memberi saran jika ada karyawan atau pemilik usaha merasa tidak enak badan atau sakit, segera istirahat atau mengkarantina diri terlebih dulu. 

"Kalau merasa sakit flu ya istirahat dulu, sampai sembuh setelah dikarantina selama 14 hari. Namun masih ada pandangan di masyarakat orang yang terkena Covid-19, sesuatu aib. Padahal pasien covid jika ditangani dengan baik akan sembuh," ucapnya. 

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr M Abdul Hakam mengungkapkan hingga saat ini pihaknya sudah melakukan tracing terhadap 30 orang kontak erat klaster Bu Fat. Mereka telah diambil sampel swab dan hasil uji laboratorium menunjukkan 20 di antaranya terpapar corona. 

"Iya, sejumlah 30 kontak erat sudah kami swab. Hasilnya 20 konfirm positif," tutur dia.

Dari 20 yang positif tersebut, 18 orang sudah ditangani Dinas Kesehatan, yakni dikarantina di rumah isolasi di rumah dinas Wali Kota Semarang. "Dua orang lainnya dirawat di rumah sakit karena ada keluhan sesak nafas,” ujarnya.

Baca juga: 

Dengan adanya 20 positif baru ini, lanjut Hakam, kasus Covid-19 di wilayahnya juga bertambah. Hingga Minggu, 13 September 2020, tercatat di website siagacorona total ada 540 kasus positif.

Diberitakan sebelumnya, klaster baru Rumah Makan Bu Fat di Jalan Ariloka, Kelurahan Krobokan, Semarang Barat, muncul setelah salah satu karyawannya dirawat di rumah sakit. Hasil uji swab yang bersangkutan memperlihatkan positif covid. 

Tracing awal menemukan lima kontak erat juga terpapar. Hakam mengimbau masyarakat yang berkunjung ke tempat kuliner khas masakan mangut kepala manyung segera memeriksakan diri ke puskesmas terdekat. Utamanya untuk pembeli yang berkunjung dalam waktu 14 hari sejak ditemukannya kasus di klaster tersebut. [] 

Berita terkait
Rumah Makan Bu Fat, Klaster Baru C-19 Kota Semarang
Klaster baru Covid-19 ditemukan Kota Semarang. Yakni Rumah Makan Bu Fat yang terkenal dengan masakan mangut kepala manyung.
Nasib Pengunjung Rumah Makan Bu Fat Kota Semarang
Pengunjung Rumah Makan Bu Fat Semarang, dipersilakan datang ke puskesmas untuk di-swab. Menyusul tempat kuliner itu jadi klaster baru Covid-19.
Viral Balap Lari Liar di Jalan Pahlawan Semarang
Aksi balap lari liar menggejala di Kota Semarang. Malah digelar di Jalan Pahlawan, tepat di depan Kantor Gubernur Jateng.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.