Surabaya - Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Wahid Wahyudi meragukan data Badan Pusat Statistik (BPS) soal pengangguran didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dispendik Jawa Timur meragukan data tersebut karena menilai ada perbedaan standar pencatatan waktu bekerja.
Wahid mengaku lulusan SMK banyak bekerja secara freelance, sehingga tidak tercatat dalam data BPS. Dengan begitu, lulusan SMK di Jawa Timur banyak terserap di pasar kerja.
Mereka punya keahlian service AC, mobil kulkas dan freelance. Jangan salah, meski mereka pekerja freelance tapi gajinya cukup tinggi.
"Data BPS pengangguran terbesar lulusan SMK karena hitungannya kerjanya minimal 36 jam dalam Seminggu. Padahal kenyataannya lulusan SMK banyak bekerja freelance," ujar Wahid, dikonfirmasi Tagar, Kamis, 16 Juli 2020.
Wahid mencontohkan lulusan SMK bekerja sebagai tenaga perias, salon dan bengkel. Maka, fenomena ini tidak tercatat BPS sebagai pekerja formal. Padahal lulusan SMK ini mayoritas mempunyai keahlian sehingga layak memperoleh gaji yang cukup besar. Berbeda halnya dengan pekerja formal.
Baca juga:
- Dispendik Jatim Belum Terima Surat Mendikbud Soal UN
- Penyebab Angka Kemiskinan di Jatim Meningkat Tajam
- Surat Edaran Dindik Jatim Meresahkan
"Mereka punya keahlian service AC, mobil kulkas dan freelance. Jangan salah, meski mereka pekerja freelance tapi gajinya cukup tinggi. Namun, BPS menganggap tidak bekerja," tuturnya.
Mantan Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur ini berharap agar BPS juga memasukkan para pekerja freelance dalam angka angkatan kerja. Dengan begitu, nantinya bisa memacu semangat para siswa menempuh studi di SMK, bahwa lulusannya bisa bekerja.
Untuk diketahui, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di wilayah Provinsi Jawa Timur pada Februari 2020 tercatat sebesar 3,69 persen. Artinya, terjadi penurunan 0,14 persen poin dibanding TPT Februari 2019 yang sebesar 3,83 persen.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistika (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengungkapkan dilihat dari tingkat pendidikan, TPT di Jatim masih didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Dilihat dari tingkat pendidikan ditamatkan, pada Februari 2020, TPT untuk SMK masih mendominasi di antara tingkat pendidikan yang lain, yaitu 8,04 persen. Dibanding Februari 2019, TPT lulusan SMK mengalami kenaikan 1,20 persen," katanya beberapa waktu sebelumnya.
Selain itu, TPT tertinggi berikutnya disumbang lulusan SMA sebesar 6,12 persen. Menurutnya, situasi ini menggambarkan masih terjadi permasalahan titik temu antara tawaran tenaga kerja lulusan SMK/SMA di Jatim dengan tenaga kerja yang diminta di pasar kerja.
Rinciannya, penduduk bekerja dengan pendidikan SD ke bawah sebanyak 9,65 juta orang atau 45,28 persen. Kemudian lulusan SMP 3,75 juta orang atau 17,61 persen, SMA sebanyak 3,22 juta orang atau 15,10 persen, dan SMK 2,50 juta orang atau 11,74 persen. []