Yogyakarta - Masyarakat di Yogyakarta, khususnya yang tinggal di sepanjang Pantai Selatan Jawa diminta untuk waspada dan menyiapkan upaya mitigasi bencana. Sebelumnya, dalam penelitian yang dilakukan Seismologi Institut Teknologi Bandung (ITB) disebutkan ada potensi setinggi 20 meter.
Kepala Bidang (Kabid) Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Danang Samsurizal menjelaskan, prediksi potensi tsunami telah muncul sejak 2019 yang disampaikan oleh peneliti tsunami, Widjo Kongko. “Kami juga bikin kesiapan mitigasi,” ujarnya, Kamis, 1 Oktober 2020.
Menurut Danang, di kawasan pantai selatan Pulau Jawa memiliki jejak-jejak tsunami. Sehingga memang berpotensi tsunami di masa depan. Prediksi itu perlu menjadi peringatan kepada masyarakat untuk sadar jika saat ini tinggal di kawasan rawan bencana. “Mau tidak mau harus kita sikapi,” katanya.
Upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana yang disiapkan antara lain membuat bangunan tahan gempa, tata ruang, jalur evakuasi, edukasi masyarakat, dan sistem peringatan dini atau early warning system. Meski belum bisa dibilang sepenuhnya siap, DIY telah mulai menyiapkan beberapa upaya tersebut.
Kami juga bikin kesiapan mitigasi.
Ia menyebut, terdapat dua jenis mitigasi yakni struktural dan non struktural. Mitigasi struktural seperti yang dilakukan Jepang dengan membangun tembok. Hal ini tidak cocok di Indonesia, maka mitigasinya diarahkan pada non struktural. "Seperti penanaman pohon di pinggir muka laut, edukasi masyarakat dan lainnya," paparnya.
Danang mengklaim bahwa jalur evakuasi yang sudah ada sudah bagus. Namun untuk sirine, masih perlu dimutakhirkan karena faktor usia. Kemudian untuk edukasi masyarakat, pihaknya telah membentuk beberapa desa tangguh tsunami di kawasan selatan. "Ada beberapa desa yang sudah kami kukuhkan sebagai desa tangguh tsunami," katanya.
Baca Juga:
Ia berharap prediksi tsunami tidak membuat panik masyarakat. Kendati demikian potensi ini tetap harus disampaikan. “Jangan sampai masyarakat abai padahal di situ ada jejak bencana, sehingga korbannya jadi banyak. Kawasan bencana harus disikapi,” tambahnya.
Geolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Gayatri Indah Marliyani menyatakan yang perlu digarisbawahi dari hasil-hasil studi itu adalah masih berupa skenario kejadian gempa dan tsunami. Sehingga masih berupa potensi bukan prediksi.
Baca Juga:
“Untuk menjadi prediksi, informasi yang disampaikan harus meliputi waktu, besaran magnitudo, dan lokasi kejadian. Potensi terjadinya tsunami memang ada di selatan Jawa, tapi kapan terjadinya kita belum tahu," ujarnya.
Meski kajian penelitian mengungkap potensi tersebut namun Gayatri meminta masyarakat tidak anik. Sebab skenario yang disampaikan tidak serta merta memberikan informasi kejadian gempa dan tsunami di selatan Jawa akan terjadi besok atau lusa. []