Kasus Pemilu 2019 di Empat Negara

Begini kasus Pemilu 2019 di luar negeri yang mengalami permasalahan.
Polisi Diraja Malaysia (PDRM) Kajang bersama Relawan Prabowo-Sandi (PADI) Malaysia berjaga di lokasi penemuan surat suara Pemilu 2019 yang diduga sudah dicoblos di sebuah rumah toko Jalan Seksyen 2/11 Kajang Selangor, Kamis (11/4/2019). (Foto: Antara/Agus Setiawan)

Jakarta - Pemilihan Umum (pemilu) 2019 di luar negeri telah berlangsung lebih awal ketimbang di Indonesia. Dilaporkan, dalam prosesnya mengalami banyak permasalahan. Kekacauan terjadi antara lain di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Sydney, Australia, Malaysia, Belanda dan Jepang.

Berikut Tagar News rangkumkan permasalahan yang terjadi di Pemilu 2019 luar negeri dari berbagai sumber:

1. Sydney

Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di Sydney, Australia mengeluhkan tak dapat menyalurkan hak pilihnya, meski telah mengantre berjam-jam karena TPS sudah ditutup. Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Sydney dilaporkan kelabakan menampung jumlah pemilih yang mengantre untuk mencoblos di ajang Pemilu 2019.

Komisioner KPU Ilham Saputra mengatakan, pihaknya masih menunggu rekomendasi dari panitia pengawas di Sydney, agar persoalan itu segera ditindaklanjuti. Dia juga menyebut kemungkinan untuk  menggelar pemungutan suara ulang jika memang diperlukan.

2. Malaysia

Hal sama terjadi di tiga TPS di Malaysia. Yakni di KBRI Kuala Lumpur Tun Razak, Sekolah Indonesia Kuala Lumpur di Jalan Tun Ismail dan Wisma Duta di Jalan U Thant. Tiga TPS yang dibuka PPLN Kuala Lumpur tidak sanggup menampung jumlah pemilih yang membludak.

Dikutip dari Antara, PPLN Kuala Lumpur awalnya membuka 225 TPS di sejumlah titik yang berada di Kuala Lumpur. Namun satu hari menjelang pemilihan, TPS hanya dibuka di tiga tempat.

Untuk informasi, Malaysia menjadi negara dengan pemilih WNI di luar negeri terbanyak dengan jumlah 558.873 orang.

3. Belanda

Permasalahan terjadi pada pemungutan suara melalui metode pos di Belanda. Dari jumlah total 2.044 surat suara pemilih yang sudah dikirim ke Warga Indonesia di Belanda, banyak yang tidak kembali ke PPLN. Surat suara yang sudah dicoblos justru kembali ke alamat si pengirim.

Sementara seorang WNI yang tengah menempuh pendidikan di Belanda juga mengeluhkan buruknya sistem pemungutan suara di TPS. Kepada Tagar News dia mengatakan, bahwa pemilih harus mengantri selama 4 jam untuk dapat menyalurkan pilihannya di bilik suara.

"Gue antri 4 jam berdiri. TPS (bilik suara) ada 5, tapi masuknya satu jalur, padahal kita semua udah ada form C yang isinya ada tulisan harus masuk TPS mana," kata mahasiswi yang tidak mau disebutkan namanya itu.

4. Jepang

Kekacauan proses pemungutan suara juga terjadi di Jepang. Dalam sebuah video viral, mantan plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau BTP, terlibat perdebatan sengit dengan petugas PPLN di salah satu TPS di Osaka, Jepang.

Dalam keterangannya di video viral lain, BTP menyebut ada oknum yang berusaha mengerjainya agar tidak dapat menyalurkan hak pilih. Padahal, dirinya mengaku telah mendapatkan dokumen perpindahan DPT.

"Hampir mau dikerjain oknum tadi. Udah dapat DPT yang pindah ya, malahan dia bilang nggak boleh. (disuruh) Ngantri, nanti kalau ngantri kalah sama orang (hak pilih) bisa hilang. Wah itu percuma dong saya dua bulan ngantri dong," kata dia. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi