Kasus Kejahatan Bermotif Kebencian di AS Meningkat Terjadi di Sekolah

10% kejahatan bermotif kebencian di AS pada tahun 2022 terjadi di sekolah, menempatkannya pada peringkat ketiga
Anggota masyarakat AS, beberapa di antaranya Muslim, ikut serta dalam aksi protes menuntut penghentian kejahatan bermotif kebencian (hate crimes) di New York, AS. (Foto: Dok/Reuters/voaindonesia.com)

TAGAR.id, Washington DC, AS - Sekolah-sekolah di Amerika Serikat (AS) tidak luput dari kejahatan bermotif kebencian yang meningkat drastis di seantero negeri Paman Sam itu.

Laporan Biro Penyelidik Federal (FBI) yang diterbitkan hari Senin (29/1/2024) menemukan bahwa 10% kejahatan bermotif kebencian di AS pada tahun 2022 terjadi di sekolah, menempatkannya pada peringkat ketiga lokasi paling umum terjadinya kejahatan berdasar kebencian.

Peringkat satu adalah rumah (27%), sementara peringkat dua adalah jalan tol, jalan raya atau gang (16%).

Laporan itu menemukan bahwa jumlah kasus kejahatan berdasar kebencian yang dilaporkan di sekolah, dari jenjang taman kanak-kanak sampai universitas – terus meningkat sejak tahun 2020, ketika pemerintah hanya mencatat 500 kasus di sekolah. Pada 2021, jumlah itu meningkat menjadi 896 dan mencapai lebih dari 1.300 pada 2022.

Peningkatan tersebut sejalan dengan apa yang digambarkan FBI sebagai peningkatan secara keseluruhan yang mengkhawatirkan, di mana tercatat 11.643 insiden pada 2022, melampaui rekor sebelumnya sebanyak hampir 11.000 insiden pada 2021.

unjurk rasa anti kebencian di nySejumlah warga turut serta dalam aksi unjuk rasa untuk meningkatkan kesadaran mengenai peningkatan jumlah kejahatan berbasis kebencian terhadap warga keturunan Asia di AS. Aksi digelar di Times Square, New York City, 16 Maret 2022. (Foto: voaindonesia.com/AFP/Timothy A. Clary)

Laporan yang dirilis pada hari Senin itu adalah yang pertama kalinya diterbitkan oleh FBI, yang mengatakan belum jelas apakah mereka akan menerbitkan laporan tambahan khusus mengenai kejahatan bermotif kebencian di lingkungan sekolah ke depannya.

“Tujuannya adalah untuk menarik perhatian terhadap data dan peristiwa kejahatan bermotif kebencian di sekolah yang mungkin memberi pihak lain

kesempatan untuk memberikan tanggapan,” kata salah seorang pejabat FBI kepada wartawan hari Senin, yang memberikan keterangan secara anonim berdasarkan aturan dasar yang ditetapkan lembaga tersebut.

“[Ini] bukan situasi di mana pihak biro akan mengambil tindakan segera mengenai hal ini,” pejabat tersebut menambahkan. “Namun dengan memberikan informasi ini, kami pikir hal ini memungkinkan mitra penegak hukum kami untuk melakukannya.”

Laporan yang didasarkan pada data selama periode 2018 hingga 2022 itu menemukan bahwa bentuk kejahatan bermotif kebencian yang paling sering terjadi adalah intimidasi, disusul vandalisme dan penyerangan.

unjuk rasa komunitas asia di NYAnggota dan pendukung komunitas Asia di Amerika Serikat menggelar aksi unjuk rasa menentang kekerasan bermotif kebencian di Columbus Park di Kota New York, pada 21 Maret 2021. (Foto: voaindonesia.com - AFP/Ed Jones)

Sementara itu, kejahatan bermotif kebencian yang paling sering dilakukan adalah kejahatan anti-kulit hitam (12,6%), kejahatan anti-Yahudi (5,6%) dan anti-LGBT (2,6%).

Kejahatan anti-Muslim sendiri mencapai 0,5%.

Laporan FBI itu juga menemukan bahwa kejahatan bermotif kebencian di sekolah lebih sering terjadi pada bulan Oktober, November dan Desember, di mana sepertiga kejahatan yang tercatat terjadi pada bulan-bulan tersebut.

Secara keseluruhan, laporan itu menyebutkan bahwa lebih dari 30% anak-anak yang menjadi korban kejahatan bermotif kebencian selama periode lima tahun tersebut diserang di sekolah. Sementara hampir 36% pelaku anak-anak melakukan kejahatan itu di sekolah.

Hampir dua pertiga kejahatan bermotif kebencian yang dilaporkan terjadi di taman kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah atas, menurut data FBI. (rd/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Sepanjang Tahun 2022 Kejahatan Bermotif Kebencian di AS Meningkat
Kejahatan bermotif kebencian atau dikenal dengan sebutan hate crime, di sejumlah kota besar di AS meningkat selama paruh pertama tahun 2022