Kapitra Sebut Jokowi Alumnus 212, Prabowo Bukan

Kapitra Ampera menyebut Presiden Joko Widodo adalah alumnus 212, sedangkan Prabowo Subianto bukan.
Jokowi dan Prabowo pelukan pada momen Asian Games 2018. (Foto: Instagram/Kantor Staf Presiden RI)

Jakarta, (Tagar 4/12/2018) - Mantan penasihat hukum Rizieq Shihab, Kapitra Ampera menyebut Presiden Joko Widodo adalah alumnus 212, sedangkan Prabowo Subianto bukan. Karena, kata Kapitra, Jokowi hadir pada acara demonstrasi 212 tahun 2016, sedangkan Prabowo tidak. 

Kapitra lebih lanjut mengatakan, Panitia Reuni 212 batal mengundang Presiden Joko Widodo memperkuat fakta reuni 212 merupakan unjuk kekuatan capres nomor urut 02 menjelang pilpres.

Baca juga: Kapitra Ungkap Ceramah Politik dalam Reuni 212

"Panitia reuni batal mengundang Jokowi karena dianggap anti 212 dan tidak mensyukuri anugerah 212. Itu merupakan penilaian yang salah, karena reuni sejatinya berkumpulnya kembali para peserta atau alumni Aksi Bela Islam 212, yang mana Presiden Jokowi hadir pada saat itu. Di sisi lain justru Capres 02 Prabowo Subianto tidak hadir pada saat itu, malah memberi kata sambutan. Mengapa bersembunyi di balik jubah agama untuk kepentingan politik," kata Kapitra Ampera melalui keterangan tertulis diterima Tagar News, Selasa sore (4/12).

Apabila reuni 212 murni merupakan aksi keagamaan, "Mengapa tak satukan saja kedua capres pada panggung yang sama, menunjukkan Islam yang Rahmatan lil A’lamin, dapat merangkul semua pihak untuk duduk bergandeng bersama, memperlihatkan ukhuwah islamiyah, mengenyampingkan egoisme dan panasnya suhu politk," kata Kapitra.

"Seperti beberapa waktu lalu, begitu bahagianya melihat kedua capres berpelukan takkala salah seorang atlet nasional berhasil memperoleh medali emas dalam Asian Games. Suasana tersebutlah yang diharapkan dari wajah 212, siapa pun yang terpilih nantinya, umat Islam mengawasi dan menjaganya," lanjut Kapitra.

Kapitra mengatakan, Ketua GNPF-U walau berdalih hanya menjanjikan acara itu bukan untuk agenda politik, namun ia tidak pernah menjamin tidak akan ada kata yang menyangkut politik dalam acara itu. 

"Katakanlah panitia tidak ingin disebut menggiring untuk memilih Prabowo untuk menghindari dugaan kampanye, maka lebih tepat disebut penggiringan untuk tidak memilih Jokowi pada Pilpres mendatang," ujar Kapitra.

Penggunaan reuni 212 sebagai wadah politik, kata Kapitra, dengan secara terbuka mendukung salah satu pasangan capres, "Maka tema utama reuni 212 untuk persatuan dan kesatuan umat Islam itu kontraproduktif dengan fakta karena justru umat Islam akan terpecah, antara peserta reuni yang mendukung pasangan capres cawapres 02 dengan umat Islam yang tidak ikut reuni 212."

Sebelumnya, Kapitra mengungkap fakta-fakta ceramah dalam reuni 212 berisi materi politik. Tentang apakah yang disampaikan para penceramah dalam reuni 212 tersebut telah melanggar aturan kampanye yang tertuang dalam Peraturan Perundang-undangan atau tidak, kata Kapitra, menjadi wewenang Bawaslu yang memeriksa dan menilai. []

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.