Kalangan Muda di Bawah Usia 30 Tahun Paling Kesepian di Canberra

Kalangan dewasa berusia di bawah 30 tahun adalah kelompok yang paling kesepian di Canberra
Ilustrasi - Muda-muda Australia berkumpul dalam sebuah acara (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id, Canberra, Australia - Selama lima tahun terakhir, para peneliti di University of Canberra, Australia, telah meneliti seberapa tingkat kesepian warga di Ibu Kota Australia itu.

Hasil survei The Health Research Institute menunjukkan bahwa kalangan dewasa berusia di bawah 30 tahun adalah kelompok yang paling kesepian di Canberra, sementara penduduk berusia 65 tahun ke atas menunjukkan tingkat isolasi sosial paling rendah.

Kehidupan Tori Parker-Lacey sedang dirundung kesulitan selama beberapa bulan terakhir.

Pertama, hubungannya dengan sang kekasih berakhir. Hal itu membuatnya menjadi seorang tunawisma, yang pada gilirannya berdampak besar pada kesehatan mentalnya.

“Selama sembilan bulan terakhir sejak saya berpisah, ada malam-malam yang sangat sulit untuk dilalui karena saya sendirian.” Kata Parker-Lacey.

Parker-Lacey mengatakan, kegiatannya menjadi sukarelawan di lembaga amal Roundabout Canberra menyelematkannya. Di sana, ia menemukan hubungan dan tujuan hidup baru.

Lebih lanjut Parker-Lacey mengatakan, “Orang-orang tersenyum pada Anda, Anda ikut mengobrol, saya bisa memberikan apa yang saya bisa kepada orang lain dan mereka menghargainya.”

Relawan-relawan Roundabout Canberra mengatakan, salah satu alasan utama mereka ikut serta yaitu untuk mengatasi masalah kesepian yang mereka hadapi.

Koordinator sukarelawan Di Zivkovich mengatakan, “Mereka orang-orang yang luar biasa, semuanya sangat ramah dan hangat.”

Penelitian University of Canberra terhadap penduduk dewasa di Canberra itu menemukan bahwa orang-orang yang berusia di antara 18 hingga 29 tahun paling banyak mengeluh merasa kesepian. Kelompok usia antara 30 hingga 49 tahun menyusul di belakangnya.

Yang mengejutkan, orang-orang berusia 65 tahun ke atas justru melaporkan tingkat isolasi sosial yang paling rendah.

Jacki Schirmer, dosen Institut Riset Kesehatan University of Canberra, mengatakan, “Mayoritas warga lansia kita cukup bersosialisasi, mereka suka bergaul, mereka suka keluar rumah untuk mengobrol dengan teman dan mereka seringkali mendapatkan lebih banyak koneksi sosial ketimbang kelompok dewasa muda.”

Namun, survei kilat terhadap warga Canberra yang ditemui Kantor Berita AP di lapangan justru mengatakan hal berbeda. “Apa saya kesepian? Saya tidak merasa demikian,” kata seorang warga perempuan muda Canberra.

“Nggak terlalu kesepian kok. Dalam skala 10, nilainya empat atau lima,” kata pemuda Canberra yang lain.

“Saya baik-baik saja. Saya tidak merasa terlalu kesepian,” ujar perempuan muda Canberra lainnya.

“Saya belum pernah merasa kesepian. Saya suka bertemu orang dan menjalin hubungan dengan sangat baik,” kata seorang pemuda Canberra.

Swifties di Sydney AustraliaPenggemar penyanyi AS Taylor Swift, juga dikenal sebagai Swifties, berlindung dari hujan saat mereka tiba untuk menyaksikan konser Swift di Sydney, Australia, 23 Februari 2024. (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Dua mahasiswa Australian National University (ANU) yang ditemui AP menjalin pertemanan mereka karena sama-sama fans atau penggemar Taylor Swift.

Mereka bertemu di komunitas Swifty Society di ANU dan mengaku belum pernah merasa kesepian pada tahun pertama mereka di Canberra.

Mikayla Simpson, presiden Taylor Swift Society, menuturkan, “Sangat menyenangkan bisa mendapat teman sebaik Cate dan saya rasa ini semua berkat kecintaan kami pada Taylor.”

Mikayla dan Cate menekankan pentingnya menemukan kesamaan agar bisa lebih nyambung dengan satu sama lain.

Survei Institut Riset Kesehatan itu mengukur tingkat kesepian penduduk dewasa Canberra pada lima masa berbeda, yaitu akhir 2019, awal 2020 ketika karantina wilayah COVID-19 pertama diberlakukan, akhir 2020 di tengah-tengah lockdown, akhir 2020 dan awal 2023. (rd/lt)/AP/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Robot Jadi Teman Lansia untuk Lawan Kesepian di Usia Senja
"Saya sangat menikmatinya. Menurut saya interaksinya seru," ujar Joyce Loazia kepada Kantor Berita Associated Press (AP)