Kain Ulos dari Silahisabungan Dairi Tampil di Belgia

Kain tenunan (ulos) dari Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, ditampilkan di Eco Fashion Indonesia 2019, di Belgia.
Ketua Dekranasda Dairi (depan kanan) dan CEO Eco Fashion Indonesia, bersama peragawan peragawati Belgia, menggunakan busana berbahan dasar kain tenun Silahisabungan (Foto: Tagar/istimewa).

Dairi - Kain tenunan (ulos) dari Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, ditampilkan di Eco Fashion Indonesia 2019, di Belgia Antwerpen, Belgia, Jumat 4 Oktober 2019.

Kain tenun itu, diaplikasikan menjadi busana, bertajuk Silahi, rancangan Merdi Sihombing. Dipamerkan peragawan dan peragawati dari Belgia, di salah satu mal mewah di negara itu. Acara dibuka Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Yuri Octavian Thamrin.

Hal itu dikatakan Plt Kabag Humas dan Protokoler Setdakab Dairi, Palti M Pandiangan, Minggu 6 Oktober 2019.

Disebutkan, Silahi adalah koleksi yang terlahir dari program pengembangan komunitas perempuan di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Terinspirasi dari kain warisan budaya marga Silalahi.

Sebuah proyek kolaborasi antara Merdi Sihombing dan Eco Fashion Indonesia, dengan Dekranasda Kabupaten Dairi serta didukung oleh PT Inalum.

Merdi Sihombing, CEO Eco Fashion Indonesia, memaparkan koleksi Silahi yang ditampilkan di Belgia tersebut memiliki potensi untuk mendunia.

Perempuan berperan paling besar dalam benteng pertahanan kebudayaan Indonesia

Karena, prosesnya menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan, dari tumbuh-tumbuhan di Silahisabungan, serta ditenun penenun terampil di daerah pinggiran Danau Toba itu.

"Perempuan berperan paling besar dalam benteng pertahanan kebudayaan Indonesia. Profesi penenun atau penganyam, dua hal yang sangat membutuhkan ketekunan dan ketelitian. Perempuan dilahirkan dengan kelebihan multitasking untuk itu," kata Merdi, yang dikenal sepanjang kariernya aktif menggeluti fashion ramah lingkungan.

Sementara, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Dairi, Ny Romy Mariani Eddy Berutu, yang hadir pada acara itu, berharap dengan ditampilkannya hasil tenun Silahisabungan di Belgia, desainer Belgia maupun Eropa pada umumnya, akan tertarik untuk memakai hasil tenunan Dairi.

"Membawa hasil tenun ulos ramah lingkungan dari Dairi ke Eco Belgia, bagi kami ibarat mengetuk pintu, memperkenalkan potensi yang kita miliki," katanya.

Diharapkannya, program pengembangan ulos Silahisabungan sebagai gerakan women empowerment, yang membawa manfaat penting untuk membina perempuan agar mandiri secara ekonomi.

"Mengingat bahwa mereka juga punya kapasitas untuk berperan dalam memberikan manfaat ekonomi, baik bagi keluarga maupun sosial," tambahnya.

Direncanakan, tenun ulos Silalahi dengan desain khusus, akan dipakai sebagai seragam Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Dairi, dikenakan satu kali dalam seminggu.

"Para penenun juga akan dipersiapkan untuk membuat runner, hanging dan aneka suvenir lainnya sebagai penunjang program pariwisata. Dengan sendirinya, meningkatkan pendapatkan Kabupaten Dairi dari UMKM dan sektor ekonomi kreatif," kata Romy.

Adapun Eco Fashion Indonesia, pertama kali digelar tahun 2018 di Gedung Stovia, Jakarta. Diinisiasi Merdi Sihombing, Rita Darwis, dan Myra Suraryo. Berkomitmen untuk melestarikan budaya nasional.[]

Berita terkait
Komunitas Batak Ulosi GM Geopark Kaldera Toba
Telah membuahkan hasil dengan dinyatakan lulus sebagai Geopark Kaldera Toba Unesco di Lombok, pada 31 Agustus 2019.
Desainer Wignyo Rahadi Kembangkan Ulos Harungguan
Ulos Harungguan disebut sebagai "Raja Ulos" di Tanah Tapanuli, karena di masa lampau hanya dipakai oleh Raja dan kalangan terpandang.
Kain Ulos Sadum Pukau Orang Korea Selatan
Kain ulos Batak menyita perhatian masyarakat dunia di Korea Selatan.