Jakarta - Penyelenggara jasa transportasi PT Kereta Api Indonesia (KAI) memperkirakan bakal terjadi lonjakan pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek mulai pekan depan. Pasalnya, sejumlah besar perusahaan di wilayah ini sudah mewajibkan pekerjanya untuk hadir secara fisik di kantor.
Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan KRL sudah menjadi moda transportasi favorit warga Jabodetabek untuk kegiatan mobilitas harian mereka. Oleh sebab itu tidak heran jika peningkatan pengguna KRL akan cukup meningkat pada mulai 15 Juni 2020 mendatang.
“Jumlahnya pasti naik signifikan,” ujarnya dalam sebuah teleconference yang diadakan oleh Institut Studi Transportasi atau Instran, Sabtu, 13 Juni 2020.
Didiek menambahkan, jumlah penumpang harian KRL pada masa PSBB transisi DKI Jakarta melonjak signifikan dari sekitar 100.000 penumpang menjadi hampir 300.000 penumpang perhari. Adapun, puncak kepadatan terjadi pada jam berangkat kerja atau pagi hari dengan catatan sekitar 69.000 penumpang.
“Karena ada protokol physical distancing kami menambah jumlah perjalanan KRL dari sebelumnya 770 perjalanan menjadi 938 perjalanan,” tutur dia.
Guna memastikan penerapan physical distancing, pihak pengelola hanya memperbolehkan 74 penumpang pada setiap gerbongnya. Jumlah itu terdiri dari 32 orang duduk dan 42 lainnya berdiri dengan jarak tertentu.
Selain itu, penumpang juga diminta untuk mematuhi sejumlah ketentuan dalam menggunakan transportasi massal itu, diantaranya tidak boleh berbicara selama di dalam kereta. Aturan ini melengkapi kebijakan baku sebelumnya, yakni larangan makan dan minum.
Sementara itu untuk penumpang kereta api jarak jauh, PT KAI mengharuskan calon penumpang untuk membawa dokumen kesehatan bebas Covid-19. Selain itu, ditetapkan pula penumpang harus menggunakan pelindung wajah atau face shield selama di dalam kereta.
Baca juga :
- Bos Garuda Indonesia Prediksi Tarif Naik 20 Persen
- Garuda Indonesia Jawab Okupansi Melebihi 50 Persen
- Garuda Indonesia Tergelincir di Banjarmasin