Jakarta- Presiden Jokowi mengingatkan perkembangan geopolitik kawasan Asia Tenggara di masa pandemi Covid-19. Hal ini ia sampaikan kepada Peserta Program Kegiatan Bersama Kejuangan secara daring.
"Hati-hati, ini sudah mengimbas geopolitik global, semua harus tahu di Laut Cina Selatan mulai memanas, Cina dan Amerika (Serikat) semakin memanas," kata Presiden Jokowi dari Istana Bogor yang disiarkan langsung Youtube Sekretariat Presiden, Selasa, 28 Juli 2020
Semua harus tahu di Laut Cina Selatan mulai memanas
Presiden mengingatkan ketegangan antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tirai Bambu itu usai membeberkan terpuruknya ekonomi di hampir semua negara akibat pagebluk. Jokowi sendiri mengaku belum mengetahui angka pertumbuhan ekonomi riil negaranya terkini usai dihantam pandemi sejak Maret lalu.
"Kita menghadapi masa sulit, krisis kesahatan sekaligus ekonomi. Ini melanda hampir semua negara, 215 negara. Yang kecil sulit, yang tengah sulit, dan gede juga sulit," ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Prancis tahun ini, misalnya, diperkirakan berada di minus 17,2 dan Inggirs di angka minus 15,4. "Minus dan minus," ujarnya.
Baca juga:
Pada 14 Juli 2020, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengeluarkan pernyataan keras terhadap Cina. Ia bilang, klaim Tiongkok terhadap kepemilikan 90 persen Laut Cina Selatan tak memiliki dasar.
"Klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar wilyah Laut Cina Selatan sepenuhnya melanggar hukum," ujarnya.
Ini bukan yang pertama bagi Negeri Paman Sam menentang klaim Beijing di Laut Cina Selatan. Amerika Serikat juga telah berulang kali mengirim kapal perangnya di kawasan perairan ini.
Sementara Beijing merasa heran dengan Washington yang selalu saja cawe-cawe di Laut Cina Selatan. Menurutnya, AS tak punya hak ikut campur di sana.
"Amerika Serikat bukan negara yang terlibat langsung dalam perselisihan. Namun pihaknya terus mencampuri masalah ini," kata Kedutaan Besar Tiongkok di Washington dalam situs resminya.
Beijing berpendapat kehadiran militer AS di Laut Cina Selatan justru memperkeruh keadaan. "Amerika Serikat memicu konfrontasi," katanya.[]