Jimly: Tes Baca Alquran? Ini Kan Bukan Mau Masuk Pondok Pesantren

'Tes Alquran apa kaitannya dengan pilpres? Sebaiknya tes yang diberlakukan adalah debat secara akademis antarkedua capres.'
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie. (Foto: Instagram/Jimly Asshiddiqie)

Jakarta, (Tagar 16/1/2019) - Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie memiliki pandangan berbeda soal tes mengaji Alquran bagi capres-cawapres.

Jimly mengatakan tidak jarang isu agama dipolitisasi untuk kepentingan politik tertentu. Ia khawatir isu tes mengaji membuat gaduh.

Baca juga: Wawancara Ketua MUI Terkait Tes Baca Alquran

Jimly tidak menganjurkan pemberlakuan tes semacam itu dijadikan perdebatan politik.

"Tes Alquran apa kaitannya dengan pilpres. Ini kan bukan mau masuk pondok pesantren," ujar Jimly beberapa waktu lalu mengutip kantor berita Antara.

Ia mengatakan sebaiknya tes yang diberlakukan adalah debat secara akademis antarkedua capres, seperti yang akan dijalani Kamis 17 Januari 2019.

"Saya tidak menganjurkan isu-isu persyaratan seperti ini dijadikan perdebatan politik untuk kepentingan kelompok masing-masing. Saya mengaji juga kurang fasih, kan begitu, terbuka saja," jelas Jimly. 

Sementara itu, Ikatan Dai Aceh menyambangi KPU RI untuk membicarakan peluang mengadakan tes membaca Alquran atau mengaji bagi kedua pasangan capres-cawapres.

"Ke sini buat ngomongin masalah kemarin itu (tes membaca Alquran). Lebih kurang soal itu," kata Ketua Ikatan Dai Aceh Tengku Marsyuddin Ishak di Gedung KPU RI, Jakarta, Rabu (16/1).

Marsyuddin mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan KPU RI terlebih dulu. 

Sebelumnya Ikatan Dai Aceh sudah menemui tim sukses kedua pasangan capres soal tes tersebut.

Ia mengatakan tes mengaji merupakan permintaan masyarakat Aceh yang juga didukung Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh. []

Berita terkait
0
Presiden Biden Tiba di Eropa untuk KTT G7 Bahas Ukraina dan Ekonomi
KTT negara-negara G-7 dengan para pemimpin negara-negara sekutu AS bahas sikap mereka terhadap Rusia dan ekonomi dunia yang melemah