Jepara - Momen tahun baru biasanya ramai dengan maraknya penjual terompet di pinggir jalan. Namun tidak demikian yang terjadi di Jepara, Jawa Tengah. Penjual terompet susah dicari dan kalaupun ada omzetnya menurun.
Lesunya bisnis aksesoris Tahun Baru ini ditengarai karena minat bocah meniup terompet tergantikan dengan aktifitas nge-game. Tak heran, tak banyak penjaja terompet yang menggelar lapak di pasar-pasar Jepara.
Seorang perajin terompet, Zalis Cahyono mengaku hanya dapat pesanan sekitar 2000 buah. Jumlah itu menurun drastis bila dibandingkan momen jelang tahun baru 2019.
"Saya mulai membuat awal Desember, pesanan masih ada tapi ya turun. Tahun lalu, di bulan yang sama, saya sudah bisa membuat sekitar 6.000 buah. Tapi tahun ini ya cuma segitu, 2.000-an," tutur pria 35 tahun itu, Senin, 30 Desember 2019.
Biasanya seminggu sebelum Tahun Baru, sudah banyak kan yang berjualan di pinggir-pinggir pasar dan alun-alun. Kini tidak.
Kepada Tagar, Zalis bilang, kerajinannya itu banyak dipesan oleh pedagang di Pasar Mlonggo dan Pasar Jepara Satu. Selain dalam partai besar, terompet karyanya dijual satuan.
"Wah tidak seperti dulu. Sepi. Biasanya seminggu sebelum Tahun Baru, sudah banyak kan yang berjualan di pinggir-pinggir pasar dan alun-alun. Kini tidak. Sebabnya kenapa, saya kira karena anak-anak kecil sudah tidak menyukai terompet seperti dulu. Sekarang sudah sukanya main handphone," papar Warga Kelurahan Ujungbatu itu.
Hal serupa diakui oleh perajin lain, Agus Budianto. Menurutnya, tren penurunan minat terhadap terompet tidak hanya terjadi di Jepara. "Saya dari Wonogiri, ke Jepara untuk setor bahan baku terompet. Di Wonogiri juga sama minatnya juga turun," ungkapnya.
Terkait harga, terompet bikinan Zalis dijual dengan harga terjangkau. Mulai dari ribuan rupiah sampai Rp 15 ribu rupiah, bergantung besar kecil dan bahan pembuatnya.
"Kalau bahannya kertas dan sejenis gabus gampang dapatnya. Tidak ada masalah, kan ada beberapa bahan yang limbah juga," kata Zalis.
Seorang warga Jepara, Akhmad Ikhsan mengaku sempat kesulitan mencari pedagang terompet. Padahal, ia dapat pesanan dari kantornya, sejumlah 200 buah, untuk perayaan tahun baru.
"Biasanya banyak yang berjejer di pasar atau di Alun-alun Jepara, tapi ini sepi. Untung ketemu perajinnya setelah tanya-tanya teman. Ini pesan dua ratus terompet, dari yang kertas sampai yang naga-naga. Untuk nanti perayaan Tahun Baru teman-teman sekantor," ucap pemuda berambut klimis itu. []
Baca juga:
- TNGM Perketat Jalur Pendakian Merapi Saat Tahun Baru
- Silakan Pilih 5 Tempat Perayaan Tahun Baru di Solo
- Ratusan Botol Miras Gagal Racuni Tahun Baru di Jogja