Jayapura Terancam Krisis air Bersih. Ini Penyebabnya

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan perambahan hutan di kawasan Gunung Cyclops di Jayapura membuat Kota Jayapura terancam krisis air bersih.
Direktur PDAM Jayapura, Entis Sutisna. (Foto: Tagar/Paul Manahara Tambunan)

Jayapura - Kerusakan lingkungan yang diakibatkan perambahan hutan di kawasan Gunung Cyclops di Jayapura, membuat masyarakat terancam krisis air bersih. Fakta ini menyusul pembalakan liar yang terus berlanjut, baik di kawasan Angkasa Pasir VI, hulu Kloofkamp, Waena Kota Jayapura, hingga Sentani di Kabupaten Jayapura.

Debit air di sejumlah penampungan milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura mengalami penurunan 50 persen, sejak Januari hingga September 2020. Hal ini disebabkan curah hujan yang rendah dan kondisi daerah resapan air yang rusak akibat pembalakan liar.

Ini merupakan tahun terparah sepanjang sejarah PDAM. Sumber air kering dan curah hujan tidak seperti tahun sebelumnya.

Akibatnya, layanan ketersediaan air bagi masyarakat Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura tersendat. Dari lima kali biasanya air mengalir ke rumah-rumah warga dalam seminggu, kini hanya dua sampai tiga kali. Itu pun tidak maksimal.

Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura, Entis Sutisna mengatakan, penurunan debit air di intake-intake PDAM disebabkan adanya alih fungsi lahan di kawasan penyangga sebagai sumber cadangan air. Misalnya, pembangunan rumah warga, pembukaan ladang, dan pembalakan liar.

"Ini merupakan tahun terparah sepanjang sejarah PDAM. Sumber air kering dan curah hujan tidak seperti tahun sebelumnya," kata Entis saat ditemui di Tagar di ruang kerjanya, Rabu 23 September 2020.

Karenanya, Entis meminta semua pihak untuk menghentikan aktifitas yang merusak ekosistem di kawasan cagar alam Gunung Cyclops, mulai dari Angkasa Jayapura, Entrop, Waena, hingga Sentani.

"Sebab, itu akan merusak sumber air bersih dan lingkungan. Jangan sampai kita mewariskan air mata bagi anak cucu nantinya, tetapi mari kita warisi air kehidupan," ujarnya.

Entis menuturkan, pendapatan PDAM sepanjang sembilan bulan terakhir ini menurun 10 persen. Animo masyarakat untuk membayar tagihan air pun rendah. Hal ini disebabkan dampak ekonomi yang ditimbulkan pandemi Covid-19.

Kini, PDAM Jayapura melayani 35.700 pelanggan air bersih. Jumlah itu terdiri dari 31.700 konsumen di Kota Jayapura, dan 4.000 pelanggan di Kabupaten Jayapura.

"PDAM rata-rata membutuhkan kecepatan 895 liter per detik ketersediaan air untuk kota dan kabupaten. Untuk kota sendiri butuh 805 liter per detik, tetapi saat ini hanya 50 persen yang jalan," kata Entis menjelaskan.

Minimnya cadangan air di sejumlah intake PDAM, membuat warga mengeluh. Seperti warga perumahan Grand Kotaraja, Kompleks Asrama Haji, Tanah Hitam, Abe Pantai, Kawasan STT dan Trikora Uncen, Perumnas IV Padangbulan.

Menyikapi itu, PDAM Jayapura tengah mencari sumber mata air baru untuk memasok tambahan 300 liter per detik air bersih bagi masyarakat Kota dan Kabupaten Jayapura.

Selain itu, bekerjasama dengan Kementerian PUPR dan Balai Wilayah Sungai untuk mengelola pemanfaatan air bersih dari Danau Sentani yang telah dibangun di batas kota dan Perumnas III Waena.

"Sebagai pihak ketiga dan punya sumber daya khusunya di bidang air bersih, kami siap mengelolanya," kata Entis. []

Berita terkait
Lima Kelompok Bersenjata Berkumpul di Intan Jaya Papua
Polisi menyebut lima kelompok bersenjata yang kerap menggangu keamanan di Timika, Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak, dan wilayah pegunungan tengah.
Jelek Waker Disebut Aktor Penembakan di Intan Jaya Papua
Polisi menyebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di bawah komando Jelek Waker aktor penembakan di Intan Jaya Papua.
Dewan Adat Papua Minta TNI Ditarik dari Intan Jaya
Dewan Adat Papua (DAP) meminta kepada pemerintah pusat agar menarik pasukan TNI dari tanah Papua. Ini alasannya.
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.