Jatim Alami Krisis Dokter

Provinsi Jawa Timur mengalami krisis dokter khususnya di daerah pelosok atau perdesaan
Anggota DPRD Jatim Agung Mulyono. (Foto: Adi Suprayitno)

Jawa Timur - Provinsi Jawa Timur mengalami krisis dokter khususnya di daerah pelosok atau perdesaan. Hal ini dampak dari tidak meratanya penyebaran dokter, baik dokter umum maupun spesialis.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Kohar Hari Santoso mengatakan, jika dibandingkan jumlah dokter dengan masyarakat, rasionya 1 banding 5900. Dengan rasio itu, satu dokter di Jatim harus melayani 5900 orang.

"Padahal idealnya 1 banding 3000, satu dokter melayani 3000 orang,” ujar Kohar, dikonfirmasi, Minggu 22 September 2019.

Untuk Surabaya yang padat penduduknya tidak ada masalah karena jumlahnya terpenuhi. Ironisnya lagi, Madura yang memprihatinkan karena rasio 1:10.000, yakni satu dokter melayani 10.000 pasien.

“Ini bisa dibilang karena kurang meratanya distribusi dokter. Karena  sebagian besar buka praktek di perkotaan. Akibatnya di pedesaan rasio jumlah dokter yang ada tidak seimbang dengan jumlah penduduk,” katanya.

Kohar berharap agar kedepannya dokter yang baru lulus akademik tidak terfokus di perkotaan, tetapi juga di desa. Mengingat di daerah pinggiran kekurangan banyak dokter umum,” tutur Kohar.

Untuk dokter spesialis yang ada di rumah sakit daerah,  standarnya sudah terpenuhi. Begitu juga persebaran dokter spesialis sudah tercukupi.

“Kalau mencari dokter spesialis jantung di ujung Madura ya tidak ada. Makanya kami melakukan review kelas rumah sakit beberapa waktu lalu. Jadi rumah sakit tipe C, dokter spesialis untuk penyakit dasar itu sudah ada,” terangnya.

Sementara itu anggota DPRD Jatim Agung Mulyono mengatakan untuk menyikapi kekurangan dokter, Dinkes harus melakukan pendataan atau pemetaan. Setelah mendapatkan data, kemudian harus dikelompokkan daerah-daerah mana yang paling kekurangan hingga yang sudah terpenuhi. Selanjutnya dicarikan solusinya.

Dinkes harus melakukan komunikasi dan sosialisasi ke seluruh Perguruan Tinggi di Jatim terkait tenaga dokter. Ia meyakini seluruh Perguruan Tinggi ingin agar lulusannya segera bekerja.

“Kalau sampai saat ini banyak lulusan yang kerja setelah enam bulan hingga setahun lulus kuliah, sedangkan tenaga dokter dianggap kurang, ini jelas kontradiktif,” pungkas Agung. []

Baca juga:

Berita terkait
Sibowo, Aplikasi Belajar Bahasa Jawa untuk Milenial
Sibowo, aplikasi belajar Bahasa Jawa untuk anak milenial yang jarang menggunakan Bahasa Jawa padahal tinggal di Jawa. Ini sejarah kelahiran Sibowo.
BMKG Sebut Dua Gempa di Laut Jawa Kejadian Langka
BMKG memberikan keterangan perihal dua gempa yang terjadi di Laut Jawa dengan selisih waktu 25 menit, pada hari ini.
FPI Jawa Barat Tolak Film The Santri
FPI Jawa Barat senada dengan FPI pusat, menolak dan memboikot film The Santri. Ini alasannya.