BMKG Sebut Dua Gempa di Laut Jawa Kejadian Langka

BMKG memberikan keterangan perihal dua gempa yang terjadi di Laut Jawa dengan selisih waktu 25 menit, pada hari ini.
Ilustrasi kerusakan Gempa(Foto: Antara/Asep Fathulrahman)

Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan keterangan perihal dua gempa yang terjadi di Laut Jawa dengan selisih waktu 25 menit, pada hari ini, Kamis, 19 September 2019. Menurut BMKG, gempa seperti ini merupakan kejadian yang langka.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, berdasarkan titik pusatnya, gempa ini tergolong gempa dalam atau deep focus earthquake yang dipicu deformasi batuan pada slab lempeng Indo-Australia.

Gempa pertama diketahui terjadi pada pukul 14:06:31 WIB di 6,40 LS dan 111,84 BT (58 kilometer barat laut Tuban-Jawa Timur). Sedangkan gempa kedua terjadi pada pukul 14:31:58 WIB di 6,43 LS dan 111,82 BT (56 kilometer barat laut Tuban-Jawa Timur).

"Gempa hiposenter dalam yang melebihi 300 km dinilai sebagai fenomena alam yang menarik karena jarang terjadi," kata daryono melalui keterangan tertulis, Kamis, 19 September 2019.

"Gempa ini dirasakan dalam wilayah yang luas dari Bandung hingga Lombok. Hal ini disebabkan hiposenternya yang dalam sehingga spektrum guncangan dirasakan dalam wilayah yang luas," kata dia.

Baca juga: Gempa 6 SR di Tuban, Pegawai di Surabaya Berhamburan

Daryono mengatakan, kedalaman hiposenter gempa yang sangat dalam patut disyukuri lantaran artinya, kejadian tidak berdampak merusak. Ia juga mengatakan gempa langka yang terjadi menjadi menarik untuk dikaji lantaran bisa menjadi bukti masih aktifnya subduksi lempeng Indo-Australia pada kedalaman 500 km di bawah Laut Jawa.

"Di bawah Laut Jawa tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam dan menukik curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer," kata dia.

Lebih lanjut, Daryono mengatakan ada beberapa teori terkait penyebab gempa yang terjadi dalam waktu yang berdekatan tersebut.

Baca juga: Gempa Halmahera, Warga Berhamburan ke Luar Rumah

Ada teori yang menjelaskan kaitannya dengan perubahan sifat kimiawi batuan pada suhu dan tekanan tertentu. Namun juga ada dugaan bahwa lempeng tektonik di kedalaman 410 km mengalami gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah). Sedangkan pada bagian lempeng di kedalaman lebih dari 600 kilometer terjadi gaya apung lempeng yang menahan ke atas (slab buoyancy)," kata dia. []

Berita terkait
Gempa Tektonik 5,1 Magnitudo Guncang Halmahera Selatan
Gempa bumi tektronik berkekuatan 5,1 magnitudo mengguncang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara,
Gempa 6,2 Magnitudo Guncang Maluku Utara
Gempa tektonik berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang wilayah Pulau Obi dan Labuha, Maluku Utara.
Rentan Diterpa Gempa Tsunami, Sumbar Berbenah
Rawan diterpa gempa dan tsunami BPBD Sumatera Barat siap berbenah dan berupaya memitigasi bencana dengan gencar melakukan sosialisasi.