Jangan Sampai Salah Pilih, Ini Ciri – Ciri Saham yang Sehat

Di pasar modal, ada banyak perusahaan yang terlihat dari luar baik-baik saja produknya, tapi ternyata kondisi bisnisnya buruk, hutangnya menumpuk.
Ilustrasi beli saham. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Pernahkah kamu merasa bingung saat memilih saham, sedangkan saham yang terdaftar di bursa ada 600-an? Kebanyakan investor pemula mencari rekomendasi atau bocoran saham yang besok bakal naik, seharusnya jangan beli saham karena ikut-ikutan.

Bisnis yang sehat sederhananya perusahaan yang terus bertumbuh, keuntungan besar, mengelola biaya dan kewajiban finansialnya dengan efisien dan perusahaan yang bisa ngelola utang produktifnya supaya bisa menghasilkan bisnis yang lebih baik lagi.

Di pasar modal, ada banyak perusahaan yang terlihat dari luar baik-baik saja produknya ternyata kondisi bisnisnya hutang menumpuk sebaliknya ada juga yang jarang orang yang tahu tapi ternyata profitnya besar dan manajemennya juga bagus.

Idealnya supaya bisa menganalisis bisnis perusahaan perlu baca laporan keuangannya tapi tentu saja bakalan cukup merepotkan, baca satu per satu laporan keuangan setiap kuartal.

Satu cara sederhana buat ngelakuin proses seleksi terhadap saham yang kamu incar dengan inspeksi saham perusahaan sehat. Grafik sebagai visualisasi dari angka-angka yang ada di laporan keuangan bisa kamu akses di aplikasi investasi, yaitu:


1. Income statement atau laporan laba rugi

Dalam laporan ini, kita bisa lihat rekam jejak penjualan dari suatu perusahaan selama beberapa tahun ke belakang. Ada revenue yang menggambarkan berapa banyak uang yang masuk dari hasil penjualan produknya.

Ada juga net income, seberapa besar sih keuntungan perusahaan setelah semua pemasukan dikurangi seluruh biaya seperti biaya produksi, biaya operasional, pajak, depresiasi, dll.

Selain itu, ada profit margin atau persentase keuntungan bersih. Semakin tinggi tentu makin bagus, laba atau keuntungan perusahaan tebal banget artinya perusahaan itu tuh bisa ngelola biayanya jadi lebih efisien.


2. Balance sheet atau laporan neraca

Ada tiga istilah dalam laporan ini. Total aset menggambarkan seluruh nilai kekayaan perusahaan mulai dari banyaknya modal yang dimiliki sampai banyaknya kewajiban yang harus dipenuhi.

Liabilitas menggambarkan total kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan mencakup hutang atau biaya yang harus dibayar di masa depan ke pihak lain.

Selain itu ada juga Debt Equity Ratio atau DER, rasio hutang terhadap nilai ekuitas atau modal bersih perusahaan. Semakin besar DER, apalagi sampai menembus 100% artinya rasio utang perusahaannya itu semakin besar bahkan bisa melebihi modal bersih yang dimiliki perusahaan tersebut.


3. Casual Statement atau laporan Arus Kas

Singkatnya menggambarkan aliran uang masuk dan keluar. Operating Cashflow, menunjukan perusahaan bisa menghasilkan dana kas dari kegiatan operasional untuk profit. Jika positif artinya perusahaan bisa menghasilkan dana kas.

Investing Cashflow, kalau positif artinya perusahaan masih melakukan penjualan pada aset-asetnya. sementara kalau negatif artinya ada uang untuk dibelanjakan aset perusahaan misalnya beli tanah, beli mesin, perawatan aset produksi, dll. Pada umunya, Investing Cashflow yang positif itu justru dianggap sebagai hal yang kurang bagus kalau diihat dari sisi bisnis karena perusahaan melakukan efisiensi atau lagi butuh dana. Sampai harus menjual aset-aset yang dimiliki, bisa berpengaruh sama tingkat produksi yang jadi menurun sementara investing Cashflow yang negatif justru dianggap sebagai hal yang wajar.

Financing Cashflow, menggambarkan arus kas yang berhubungan sama pinjaman atau hutang dan suntikan modal dari pemegang saham. Kalau positif, perusahaan dapat pinjaman baru atau utang atau bisa juga setoran modal dari pemegang saham. Sementara kalau negatif, perusahaan lagi membayar hutangnya atau dividen.

Semua perusahaan punya kasusnya sendiri-sendiri setiap data keuangan, punya interpretasi yang unik. Bisa jadi sebuah perusahaan yang berutang buat ekspansi bisnis sekilas bakalan kelihatan jelek kalau dalam data tapi kita bisa lihat juga bagaimana mereka mengeksekusi hutang tersebut supaya bisa jadi profit di masa depan. Inilah hal yang seru dalam analisis sebuah perusahaan.

(Vidiana Lihayati)


Baca Juga










Berita terkait
Berniat Investasi? Ketahui Dulu Sejarah dari Saham
Bursa efek pertama di Indonesia didirikan pada tahun 1912 di Batavia pada masa penjajahan Belanda. Berikut sejarah saham yang perlu diketahui.
Cara Menganalisa Bid dan Offer dalam Saham
Bid dan offer tidak pernah bertemu di garis yang sama karena seorang investor pasti ingin mendapatkan untung.
Belajar Saham : Apa Itu Stock Split ?
Stock split diharapkan akan meningkatkan daya beli investor terhadap saham.