Jakarta - Jalan bagi Papua melakukan referendum atau jajak pendapat untuk memisahkan diri dari NKRI hampir sudah tertutup total.
Penilaian itu disampaikan rohaniawan Katolik sekaligus budayawan Romo Franz Magnis Suseno, Sabtu 7 September 2019.
Menurut Magnis, sikap pemerintah secara tegas sudah menyatakan tidak akan melepas wilayah Bumi Cenderawasih itu.
"Saya berpendapat, bahwa meminta referendum, mengharapkan Papua merdeka itu jalan buntu total," ujar Magnis di Jakarta, dikutip dari Antara.
Dikatakanya, upaya yang dilakukan sejumlah pihak untuk tetap memperjuangkan kemerdekaan Papua hanya akan berakhir sia-sia. Korban jiwa yang justru akan berjatuhan dari masyarakat asli Papua sendiri.
"Memperjuangkan kemerdekaan dengan kekerasan paling-paling hanya bisa berakhir dengan kematian fisik orang asli Papua," kata Guru Besar Filsafat STF Driyarkara itu.
Magnis memahami kekecewaan yang dirasakan oleh masyarakat Papua setelah insiden rasisme yang terjadi di Surabaya beberapa waktu lalu.
Saya minta kita semua jadi orang Papua
Saat ini, kata dia, yang dibutuhkan Papua adalah rasa keadilan yang dihadirkan oleh pemerintah atas berbagai pelanggaran HAM yang selama ini terjadi di Papua.
Oleh karena itu, dia mengusulkan pemerintah membentuk komisi independen untuk mengungkap fakta mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Papua, sembari terus melakukan pemerataan pembangunan di wilayah paling timur Indonesia itu.
"Orang Papua harus bisa merasakan bahwa mereka sebagai manusia itu diakui. Dan semua program lain dari pemerintah yang sudah berjalan di Papua tentu diteruskan," kata dia.
Kesempatan berbeda, penyanyi kawakan dari Bumi Cendrawasih, Papua, Edo Kondologit mendeklarasikan dirinya sebagai putra asli Papua, sebagai bagian dari bangsa dan negara Indonesia.
"Saya Papua, saya bagian dari bangsa Indonesia. Kita Papua," ujar dia saat mengisi acara "Papua adalah Kita" di Taman Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta Barat, Jumat 6 September 2019 malam.
Ia menyatakan turut prihatin dengan kerusuhan yang terjadi di Papua. Luka Papua juga merupakan luka bagi Indonesia.
"Saya minta kita semua jadi orang Papua. Artinya kita kulit hitam, kulit putih, rambut keriting, rambut lurus, mata sipit, mata menyala, kita semua Indonesia, betul to?" kata dia.
Setelahnya, Edo membawakan tembang perekat kebangsaan, "Aku Papua", dan mengajak seluruh lapisan masyarakat di lokasi itu untuk bernyanyi bersama.
"Terima kasih betul-betul, kita semua bersaudara, kita semua satu kesatuan Bineka Tunggal Ika, kita dari suku, agama, dan kebudayaan yang berbeda, kita semua Indonesia," kata dia.[]