Israel Lancarkan Serangan Udara Hancurkan Sekolah

Serangan udara Israel menghancurkan bangunan sekolah di Gaza Barat, Palestina.
Dokumentasi: Seorang pemuda Palestina mencari barang miliknya di bawah reruntuhan sebuah bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Senin (6/5/2019). (Foto: Antara/REUTERS/Mohammed Salem/wsj/cfo)

Jakarta - Serangan udara Israel menghancurkan bangunan sekolah di Gaza Barat, Palestina. Demikian pernyataan badan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) pada Kamis, 13 Agustus 2020.

Dikutip dari Antara, penasihat media UNRWA di Gaza, Adnan Abu Hasna, mengatakan kepada media Xinhua bahwa serangan udara Israel yang menghantam kamp pengungsi Al-Shati pada Kamis subuh meluluhlantakkan sekolah setempat yang dijalankan oleh badan tersebut. 

"Kami mengevakuasi para murid, sementara pihak kepolisian sedang berupaya membersihkan sisa-sisa rudal dan menyingkirkan ancaman yang ditimbulkan," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas di Gaza, Eyad al-Bozzom. 

Pihak Israel berdalih bahwa serangan mereka terhadap lokasi Hamas di Jalur Gaza diluncurkan setelah gerilyawan di kantong wilayah Palestina mengirim balon pembakar ke Israel selatan. 

Di samping itu, Israel juga menghentikan pasokan bahan bakar dan gas ke Jalur Gaza yang sangat dibutuhkan oleh warga Palestina sebagai upaya membalas tindakan pengiriman balon yang bisa menghanguskan kawasan pertanian di Israel itu.[]

Berita terkait
Presiden China Xi Jinping Dukung Keadilan Palestina
Presiden China Xi Jinping mendukung tuntutan keadilan bagi rakyat Palestina termasuk upaya kondusif untuk menyelesaikan konflik dengan Israel.
PBB Desak Israel Hentikan Serangan ke Palestina
Pakar HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Michael Lynk meminta Israel segera menghentikan tindakan kejahtan terhadap rakyat Palestina.
Negara Palestina Hilang dari Google Maps
Keberadaan label Palestina hilang dari semua peta digital, salah satunya di Google Maps.
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja