Isra Mi'raj, Ada Burung Buraq Kendaraan Nabi Muhammad SAW di Keraton Yogyakarta

Peringatan Isra Mi'raj, ada burung Buraq kendaraan Nabi Muhammad SAW di Keraton Yogyakarta.
Putri Sultan HB X dan kerabat dekat sedang merangkai hiasan burung Buraq dalam rangka memperingati Isra Mi'raj, Selasa (2/4/2019). (Foto: Keraton Yogyakarta/Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 3/4/2019) - Keraton Yogyakarta menggelar peringatan Isra Mi'raj dipusatkan di Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kauman. Secara rutin, Keraton Yogyakarta sebagai pewaris Mataram Islam, menggelarnya sebagai syiar Islam hingga saat ini.

Seperti tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun, Keraton Yogyakarta pada peringatan Isra Mi'raj tahun ini juga membuat Yasa Peksi Burak. 

"Yasa Peksi Burak yakni membuat hiasan berbentuk seperti burung buraq. Hiasan burung Buraq ini dibuat dari kulit jeruk, buah dan bunga di area Keputren," kata Penghageng Tepas Tandha Yekti, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, Selasa (2/4).

Umat Islam meyakini, burung Buraq menjadi kendaraan Nabi Muhammad SAW pada saat peristiwa Isra Mi'raj, peristiwa di mana Nabi Muhammad SAW menerima perintah salat. Itulah yang melatarbelakangi Keraton Yogyakarta dalam peringatan Isra Mi'raj selalu membuat hiasan burung Buraq.

Isra Miraj YogyakartaRangkaian burung Buraq dibuat dari buah dan kulit jeruk Bali yang diletakkan di bagian paling atas dari tujuh pohon buah lokal seperti salak, sawo, apel malang, jeruk bali, rambutan, manggis, dan pisang raja. (Foto: Keraton Yogyakarta/Tagar/Ridwan Anshori)

GKR Hayu mengatakan, yang membuat hiasan burung Buraq, miniatur pohon buah-buahan, merangkai bunga melati, dan kantil hanya boleh dilakukan oleh perempuan yang merupakan para kerabat dekat Sultan seperti istri pangeran, wayah dalem atau cucu, dan sentana dalem atau kerabat dekat. Sedangkan yang membuat pohon bunga atau taman bunga dilakukan oleh para abdi dalem Keparak atau abdi dalem wanita.

Apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan hiasan burung Buraq ini? Rangkaian burung Buraq dibuat dari buah dan kulit jeruk Bali. Kulit jeruk dibentuk menyerupai badan, leher, kepala, dan sayap burung.

Burung Buraq diletakkan di atas sarang, yang diletakkan di bagian paling atas dari tujuh pohon buah lokal. Tujuh buah lokal tersebut yakni salak, sawo, apel malang, jeruk bali, rambutan, manggis, dan pisang raja.

Isra Miraj YogyakartaPutri Sultan HB X dan kerabat dekat sedang merangkai hiasan burung Buraq dalam rangka memperingati Isra Mi'raj, Selasa (2/4/2019). (Foto: Keraton Yogyakarta/Tagar/Ridwan Anshori)

Bilangan tujuh ada maknanya. Tujuh dalam bahasa Jawa disebut pitu. Pitu dimaksudkan agar memperoleh pitulungan atau pertolongan, keselamatan, dan kesejahteraan.

Setelah pembuatan rangkaian burung Buraq selesai, abdi dalem punokawan kaji mendoakannya. Setelah selesai didoakan, miniatur burung Buraq dibawa ke Masjid Gedhe Kauman dengan dibantu abdi dalem Suranata dan Kanca Abrit. Sesampainya di Masjid Gedhe, abdi dalem Suranata menyerahkannya kepada abdi dalem Pengulon Masjid Gedhe.

Susmono, abdi dalem Pengulon Masjid Gedhe mengatakan, setelah penyerahan hiasan burung Buraq, dilanjutkan doa permohonan keselamatan dan kesehatan bagi Sultan dan keluarganya, kelestarian Keraton Yogyakarta, serta kesejahteraan rakyat dan kawula pada umumnya.

Menurut dia, peringatan Isra Mi’raj dihadiri beberapa lembaga Keraton dan warga umum. Warga yang hadir duduk melingkari burung Buraq. Perempuan duduk di belakang pria. Para abdi dalem Punakawan Kaji duduk di belakang Kiai Pengulu.

Isra Miraj YogyakartaPutri Sultan HB X dan kerabat dekat sedang merangkai hiasan burung Buraq dalam rangka memperingati Isra Mi'raj, Selasa (2/4/2019). (Foto: Keraton Yogyakarta/Tagar/Ridwan Anshori)

Dia mengatakan, Kiai Penghulu lalu mengisahkan peristiwa Isra Mi’raj. Kitab yang dibacakan oleh Kiai Pengulu ini menceritakan latar belakang terjadinya Isra Mi’raj, termasuk dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad SAW.

Susmono menjelaskan, peringatan Isra Mi’raj yang merupakan hajat dalem ini merupakan sarana dakwah yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta kepada masyarakat luas. 

"Melalui Yasa Peksi Burak ini, masyarakat dapat mengambil hikmah dari perjalanan Isra Mi’raj dan perintah salat lima waktu," ujarnya.

Setelah acara selesai, buah-buahan yang ada dalam rangkaian burung Buraq dibagikan kepada warga. 

"Buah yang ada dibagikan kepada warga, bisa dibilang sebagai sedekah," imbuhnya. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.