Medan - Sejumlah tenaga medis di rumah sakit rujukan Covid-19, yakni Rumah Sakt GL Tobing yang terletak di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, mendapat perlakukan kurang baik.
Tersiar kabar mereka diusir oleh pihak manajemen hotel tempat menginap selama ini, sebuah hotel yang berlokasi tak jauh dari RS GL Tobing.
Kejadian pengusiran diunggah di media sosial dan menjadi perhatian warganet pada Sabtu, 2 Mei 2020 lalu. Tak hanya diusir, para tenaga medis juga disebut telah diberhentikan dari tugasnya.
Merespons itu, Gugus Tugas Covid-19 Sumatera Utara mencoba memfasilitasi agar tidak gaduh di tengah penanganan para pasien suspek Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sumatera Utara, dr Aris Yudhariansyah menyebut, semula para tenaga medis tidur di kamar hotel, satu orang satu kamar. Namun pasca kejadian Sabtu lalu, saat ini satu kamar untuk dua orang tenaga medis.
Setiap bulannya kita melakukan pembaruan sumber daya manusia
"Awalnya tenaga kesehatan yang bertugas di RS GL Tobing satu kamar satu orang. Tapi sekarang satu kamar dua orang. Itu sesuai dengan kesepakatan bersama," kata Aris, Senin, 4 Mei 2020.
Menurut Aris, seluruhnya tenaga medis sebanyak 80 orang. Dengan diberlakukannya satu kamar dua orang, maka akan menghemat pengeluaran atau pembiayaan.
"Awalnya, biaya hotel mencapai Rp 500 juta sesuai dengan tagihan yang dikirim pihak hotel. Anggaran itu selama dua minggu, untuk makan dan fasilitasnya. Kemudian, kita melihat satu kamar di hotel itu cukup digunakan untuk dua orang, makanya diterapkan itu," ungkapnya.
Aris mengaku telah melihat sendiri Hotel Wings di mana para tenaga kesehatan menginap. "Mereka menerima satu kamar diisi oleh dua orang, jadi tidak ada masalah lagi. Sedangkan masalah kemarin, hanya miskomunikasi saja, sehingga terjadi insiden itu," ungkapnya.
Dia menyebut, untuk para tenaga kesehatan selalu dilakukan screening, guna meminimilasi penularan yang kemungkinan terjadi di hotel.
Sedangkan jadwal kerja para tenaga medis hanya untuk dua minggu setiap bulannya. Karena itu berdasarkan aturan yang telah ditetapkan.
"Mereka kita buat kerja pakai shift, setiap dua minggu kerja. Seminggu dikarantina, seminggu pulang ke rumah. Bulan berikutnya mereka mendaftar kembali, dan kita rekrut kembali, seperti itu. Setiap bulannya kita melakukan pembaruan sumber daya manusia, kalau gak mereka gak pulang pulang ke rumah mereka. Kasihanlah," tuturnya. []