Jakarta - Menggunakan masker di dalam mobil mengantisipasi penyebaran virus Covid-19, ternyata menjadi sebuah keharusan. Meski dinilai lebih aman, ketimbang menggunakan angkutan massal, namun peluang terpapar di dalam mobil tetap terbuka.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia Profesor Zubairi Djoerban menjelaskan bagaimana keharusan memakai masker di mobil.
"Harus kah pakai masker di mobil? Begini. Ada anggapan mobil pribadi lebih aman di banding transportasi umum. Belum tentu. Tetap saja mobil adalah ruang kedap. Beberapa partikel kecil bisa lolos dari masker ketika ada lebih dari satu orang di dalamnya," papar Prof Zubairi dilihat di Twitter, Minggu, 21 Februari 2021.
Dia menerangkan, berbagi tempat di mobil dengan orang yang beda rumah memiliki risiko. Maka itu kata dia, lebih baik pakai masker dan membuka kaca. Membuka kaca adalah cara efektif. Menurut studi, hal itu bisa membersihkan partikel yang mengandung virus di dalam mobil.
"Ketika semua kaca ditutup, maka 8 hingga 10 persen partikel kecil yang diembuskan orang itu dapat mencapai ke orang lain. Angka itu turun menjadi 0,2 hingga 2 persen ketika semua kaca mobil dibuka," ungkapnya.
Di cuitan yang sama, dia juga menjelaskan soal efektifitas pemakaian masker dobel. Menurutnya, mengenakan masker kain berlapis masker bedah adalah perlindungan substansial.
Namun, tidak harus memakai dua masker tiap saat. Itu dilakukan kalau berada di dalam ruangan yang ramai atau wilayah dengan tingkat penularan tinggi. "Tapi bukankah lebih baik menghindari tempat-tempat seperti itu?" tukas dia.
Intinya, masker itu alat penting yang memperlambat penyebaran virus korona, sampai cukup banyak populasi yang divaksinasi
Diingatkan Prof Zubairi, kuncinya adalah pakai masker yang fit, pas dan melindungi hidung dan mulut sepenuhnya. Jika ada celah di sekitar hidung, dagu atau pipi, tujuan perlindungan itu tidak akan berfungsi.
"Bagaimana dengan orang yang merasa nyaman memakai masker tapi bagian hidungnya tetap terbuka? Apalagi yang begitu. Makin tidak ada gunanya. Hidung kan merupakan salah satu titik masuk utama virus korona," jelasnya.
Soal apakah masker itu memengaruhi kemampuan bernapas, Prof Zubairi menyebut, masker medis dan kain tidak akan memengaruhi oksigenasi dan kualitas pernapasan.
"Lihat saja tenaga medis. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam memakai masker dan tidak jadi masalah," tutur dia.
Baca juga:
- Agen Federal Amerika Sita Lebih 10 Juta Masker N95 Palsu
- Masker Kain Efektif Cegah Penularan Korona Jika Berlapis Ganda
Menyinggung apakah masker masih layak setelah terkena semburan bersin, Prof Zubairi mengatakan, masker yang sudah basah kurang efektif. Baik itu basah karena air minum, keringat atau apapun.
"Sebaiknya ganti yang baru, karena masker sudah tidak lagi ideal. Intinya, masker itu alat penting yang memperlambat penyebaran virus korona, sampai cukup banyak populasi yang divaksinasi. Harap diingat, virus korona masih terus dipelajari. Sehingga saran-saran seperti ini bisa saja berubah karena temuan studi-studi baru," pungkasnya.[]