Indo Barometer Sebut Penanganan Covid-19 Sudah Baik

Dari hasil analisis Indo Barometer upaya pencegahan dan penangaan Covid-19 oleh pemerintah pusat maupun daerah sudah cukup baik
Peneliti senior dari Indo Barometer Asep Saepudin (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati)

Bandung - Peneliti senior dari Indo Barometer, Asep Saepudin, menilai langkah pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menangani virus corona tipe baru atau Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) sudah cukup baik, dimana upaya penanganan terutama pencegahan semakin intensif terutama dalam menekan penyebarannya.

“Seperti sosialisasi tata cara mencegah Covid-19 terhadap manusia (masyarakat), update jumlah pasien terinfeksi, koordinasi dengan berbagai pihak, jaminan fasilitas kesehatan (dokter, puskesmas, dan rumah sakit), tersedianya call center bagi masyarakat, terutama yang terinfeksi, isolasi bagi pasien positif COVID-19, penyemprotan anti virus, membuat aturan larangan berkerumun, memberikan penyuluhan kesehatan dan sebagainya,” tuturnya, di Bandung, Senin, 16 Maret 2020.

Namun demikian, menurut Asep, pemerintah pusat maupun daerah kurang begitu responsif terhadap dampak non kesehatan dari epidemi Covid-19 ini, salah satunya, aspek ekonomi. Harga bahan pokok (sembako) menjadi kurang stabil di beberapa daerah. Kemudian barang kesehatan seperti masker yang terbatas bahkan langka, belum lagi harganya yang naik meroket. Obat-obatan yang fungsinya mengobati sakit batuk, demam, flu, sakit kepala atau semua jenis penyakit yang mirip dengan Covid-19 mendadak diburu masyarakat. Termasuk dengan obat untuk meningkatkan dan daya tahan tubuh.

“Kemudian lakunya produk cuci tangan seperti hand wash, sanitizer, dettol dan lain sebagainya. Hingga masalah munculnya oknum yang memanfaatkan epidemi Covid-19 ini sebagai lahan bisnis,” jelas dia.

Belum lagi dampak sosialnya, dari hasil analisa terjadi perubahan perilaku masyarakat terutama setelah banyaknya pemberitaan dan pembahasan di berbagai media, salah satunya media sosial seperti FB, instagram, twitter, youtube. Media komunikasi WhatsApp chat, WhatsApp group, line chat, line group, telegram, wechat dan lain sebagainya.

“Di masyarakat secara langsung banyak pembahasan tentang Covid-19 sudah menjadi perbincangan serius dan masif. Kekhawatiran masyarakat pun sangat terlihat di banyak kondisi. Seperti sepinya angkutan umum, di bioskop, kunjungan ke mall dan pasar. Keramaian justru nampak di rumah sakit dan tempat lainnya yang berhubungan dengan kesehatan,” terang dia.

Media Arus Utama dan Media Sosial Sangat Berpengaruh

Menurut Asep, perubahan perilaku masyarakat terhadap epidemi Covid-19 ini sangat dipengaruhi oleh media (media arus utama) dan media sosial. Sejak pemberitaan diumumkannya 2 WNI asal Depok positif Covid-19 oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 langsung membuat panik, resah dan khawatir. Memang bagi media, isu Covid-19 menjadi bahan menarik tersendiri yang mempunyai nilai jual berita. Dilihat dari banyaknya pemberitaan terkait Covid-19 oleh berbagai media.

“Sejak berita diumumkan virus corona masuk Indonesia tersebut, pusat perhatian media dan masyarakat fokus terhadap isu Covid-19 ini. Hal tersebut, berpengaruh signifikan terhadap perubahan perilaku masyarakat di berbagai sektor kehidupan khususnya sosial dan ekonomi. Sosial lebih kepada perubahan perilaku masyarakat, sedangkan ekonomi lebih kepada perubahan perilaku terhadap stok dan harga produk,” kata Asep.

Hal yang sangat berdampak lainnya akibat Covid-19 ini yakni, sektor wisata dan pendidikan. Banyak sekolah mulai tingkat PAUD, TK, SD, SMP dan SMA hingga beberapa kampus diliburkan sementara. Kegiatan umum yang melibatkan banyak massa langsung sepi. Seperti, car free day, pasar malam, kegiatan workshop, training, penyuluhan, acara keagamaan (tabligh akbar), olah raga bersama, bazar, hajatan menjadi berkurang drastis.

“Dampaknya, APBD pemda dari sektor pariwisata dan hiburan menurun akibat sepinya pengunjung. Para pengusaha atau pebisnis perhotelan, bioskop, tempat hiburan, wisata rekreasi mengeluh drop akibat sepinya pengunjung,” tegas Asep.

Mengingat Covid-19 menjadi epidemi global dan kasusnya terus muncul di Indonesia. Saat ini masyarakat tidak hanya membutuhkan sosialisasi pencegahan Covid-19, tetapi diharapkan pemerintah pun bertindak tegas bagi oknum yang memanfaatkan isu Covid-19 ini demi bisnis, terutama sembako yang langsung dirasakan masyarakat.

“Masyarakat sangat berharap pemerintah bisa menjaga stabilitas harga bahan pokok, memberikan kemudahan atau memfasilitasi bagi pasien positif Covid-19 (termasuk yang masih dalam pengawasan dan pemantauan). Media pun diharapkan tetap menjaga nama baik identitas pasien. Sebab sampai saat ini, wabah Covid-19 masih menjadi hantu yang menakutkan karena penularannya yang sangat cepat dan mematikan,” ujar Asep. []

Berita terkait
Achmad Yurianto, Jubir Penanganan Virus Corona
Agar informasi soal virus corona tidak simpang siur Presiden Jokowi menunjuk Achmad Yurianto sebagai juru bicara (jubir) khusus virus corona
Jubir Corona Sebut Kasus Positif Corona Tambah Dua
Jubir Corona, Achmad Yurianto, mengatakan ada tambahan dua kasus infeksi virus corona di Indonesia yang disebut kasus nomor 3 dan nomor 4