Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyebutkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah, berdampak pada perekonomian masyarakat.
"Dampak karhutla saya lihat sangat besar. Pertama, ekonomi sangat terhambat dari sisi produksi pertanian, perkebuhan dan kehutanan yang ikut terbakar," kata Tauhid Ahmad kepada Tagar, Selasa, 24 September 2019.
Dia mengatakan karhutla juga berdampak pada perekonomian berbagai sektor seperti, perdagangan dan jasa, dan pariwisata.
"Kegiatan ekonomi masyarakat untuk perdagangan dan jasa, termasuk pariwisata juga sangat terdampak. Termasuk pula transportasi juga terhambat," ucapnya.
Varma (2003) pernah menghitung dampak Karhutla di Indonesia tahun 1997/1998 berdampak pada kerugian ekoniomi sebesar US$20,1 miliar. Mungkin sekarang angkanya bisa lebih besar dan perlu juga dihitung kembali.
Dampak karhutla kedua, kata dia, juga dapat menghambat supply barang dan jasa, sehingga membuat inflasi di daerah tersebut menjadi meningkat.
"Misalnya saja biaya transportasi yang semakin meningkat, ataupun naiknya harga kebutuhan pangan pokok karena supply terhambat. Bahkan, biaya yang ditanggung masyarakat untuk kesehatan juga semakin meningkat," ujarnya.
Sementara dampak ketiga, dilihat dari sisi lingkungan terkait emisi CO2 (karbon dioksida) semakin meningkat. "Stok karbon, tutupan lahan dan sebagainya juga berdampak ke kesehatan dan lingkungan," tuturnya.
Akibat dampak karhutla ini, dia mengkhawatirkan kerugian ekonomi di Indonesia akan semakin besar dibandingkan yang pernah terjadi pada tahun 1997-1998.
"Varma (2003) pernah menghitung dampak Karhutla di Indonesia tahun 1997/1998 berdampak pada kerugian ekoniomi sebesar US$20,1 miliar. Mungkin sekarang angkanya bisa lebih besar dan perlu juga dihitung kembali," ujarnya.[]
Baca juga: