Implementasi LUCIS, Upaya Penyelesaian Konflik Agraria

Rakor GTRA mengedepankan implementasi strategi LUCIS sebagai upaya penyelesaian konflik agraria yang sering terjadi di Tanah Air.
Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (Wamen ATR/Waka BPN) Surya Tjandra. (Foto: Tagar/Dok Kementerian ATR/WBPN)

Jakarta – Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Provinsi Jawa Timur menggelar Rapat Koordinasi GTRA Jawa Timur yang  mengedepankan implementasi strategi Land-Use Conflict Identification Strategy (LUCIS) serta penguatan koordinasi antar para pemangku kepentingan agar tercipta langkah konkret pada kegiatan Reforma Agraria dan penanganan serta penyelesaian konflik agraria.

Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (Wamen ATR/Waka BPN), Surya Tjandra mengatakan bahwa selama ini pembahasan soal konflik masih menjadi suatu yang tabu. 

Ia berkata bahwa konflik adalah sebuah kenyataan sosial yang diterima, terlebih jika soal pembangunan, karena apapun tujuan pembangunan, pasti ada dampak yang ditimbulkan dari sebuah kegiatan pembangunan. 


Perubahan pola pikir dalam memandang konflik menjadi hal yang krusial, karena sebelumnya konflik menjadi hal yang tabu namun kemudian dapat didiskusikan dengan rileks dan terbuka.


“Terlebih soal konflik agraria, sedetail apapun perencanaan pembangunan kita, pasti akan tetap ada permasalahan tersebut. Hal yang kita bisa lakukan, bagaimana kita bisa memahami konflik tersebut dengan lebih sensitif, merangkul dengan lebih bijaksana,” ucapnya melalui keterangan tertulis yang diterima, Kamis, 26 Agustus 2021.

Dalam arahannya, Surya Tjandra juga menjelaskan terkait beberapa pendekatan pola pikir dalam menangani suatu konflik. Hal pertama adalah menanamkan keyakinan jika konflik adalah suatu hal yang tak perlu dihindari namun tetap dihadapi. 

Surya Tjandra menjelaskan konflik ada karena perbedaan persepsi terkait suatu hal, terjadi karena apa yang dirasa ternyata beda dengan yang diterima, perbedaan antar pihak inilah yang menciptakan konflik. 

“Perubahan pola pikir dalam memandang konflik menjadi hal yang krusial, karena sebelumnya konflik menjadi hal yang tabu, namun kemudian dapat didiskusikan dengan rileks dan terbuka,” ucapnya.

Tak hanya itu, menurut Surya Tjandra, konflik juga timbul karena sikap menunggu alih-alih berinisiasi jemput bola untuk segera mencari solusi atau melakukan mitigasi awal sebelum konflik itu terjadi. Tak hanya itu, menurut Surya Tjandra, konflik tidak akan terjadi jika administrasi yang ada dilaksanakan dengan benar. 

“Jika kita ingat, Pak Menteri berkali-kali mengingatkan kita semua bahwa jangan sampai apa yang kita kerjakan saat ini ternyata memberi masalah di masa depan, makanya kualitas layanan administrasi yang diutamakan,” ujarnya.

Oleh karena itu, Surya Tjandra beserta pihaknya kini tengah berusaha melakukan implementasi strategi LUCIS, sebuah model sistem informasi geospasial yang dapat menganalisis pola perkembangan dan hubungan historis penggunaan lahan untuk menunjukkan kecocokan suatu area untuk penggunaan tertentu. 

LUCIS mengombinasikan penataan ruang dengan pengetahuan penatagunaan tanah untuk menjadi dasar kegiatan Reforma Agraria dan penyelesaian konflik agraria. 

“Karena memakai data geospasial ini, sehingga dapat mengetahui potensi konflik, bagaimana potensi solusinya, bagaimana mitigasi yang perlu disiapkan,” katanya. []

Berita terkait
Wamen ATR/BPN Dorong Kerja Sama Sukseskan Program Strategis
Wamen ATR/BPN Surya Tjandra mengunjungi Kantor Pertanahan (Kantah) Kota Tegal membahas terkait permasalahan pertanahan dan tata ruang kota.
Wamen ATR/BPN: Jadikan Tantangan sebagai Peluang Pembangunan
Wamen ATR/BPN Surya Tjandra mengatakan untuk menjadikan tantangan sebagai peluang dalam pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Kementerian ATR/BPN Gelar Sosialisasi Pengadaan Tanah
Kementerian ATR/BPN menyelenggarakan sosialisasi terkait pengadaan tanah serta dukung kemudahan dalam melakukan investasi di tengah pandemi.