Pematangsiantar - Gerbang besar vihara itu tertutup rapat. Tak ada penjaga dan tak ada aktifitas yang terlihat. Ketika Tagar masuk melalui gerbang lain, di dalam kompleks vihara itu juga terlihat lengang, sepi. Padahal vihara ini termasuk yang terbesar di Sumatera Utara, apalagi di dalam kompleks berdiri megah Patung Dewi Kwan Im, 22,8 meter. Patung ini merupakan Patung Dewi Kwan Im tertinggi di Asia Tenggara. Ia sudah menjadi objek wisata andalan Kota Pematangsiantar.
Sembahyang itu antara kita dengan Tuhan. Di manapun kita berada, asal dengan hati yang niat dan tulus, sama saja dengan di vihara. Jadi tidak harus ke vihara.
Dua hari menjelang Imlek, tak terlihat banyak aktifitas di vihara yang bernama Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar ini. Sejak pandemi corona menghantam seluruh dunia, vihara ini tertutup untuk umum, termasuk wisatawan yang ingin menikmati kemegahan Patung Dewi Kwan Im. Hanya umat Buddha yang ingin sembahyang di vihara ini yang diperbolehkan masuk, itupun dengan jumlah terbatas dan dengan mengikuti protokol kesehatan secara ketat. Disediakan bilik disinfektan bagi umat yang ingin sembahyang.
Chandra, pengurus Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar, kepada Tagar mengatakan sejak pandemi corona, banyak aktifitas di vihara yang dibatasi. Beberapa kegiatan pun dilakukan lewat media daring.
"Termasuk untuk Imlek ini kita tetap tidak membuka untuk umum hanya bagi umat yang ingin sembahyang dengan jumlah 50 orang satu rombongan. Kalau lebih silahkan menunggu di tempat yang telah kami sediakan untuk bergantian sembahyang," kata Chandra.
Khusus persiapan Imlek di Vihara Avalokitesvara, Chandra mengatakan Imlek tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi corona.
"Namun persiapan Imlek sudah kita mulai sejak 5 Februari 2021 lalu dengan membersihkan patung-patung dewa dan membagikan sembako kepada masyarakat pra-sejahtera yang merayakan Imlek," ucapnya.
"Juga kita memfasilitasi umat yang ingin melakukan sembahyang kepada leluhurnya mulai 5 Februari lalu sampai 11 Februari," ujarnya.
Ia menambahkan perubahan kegiatan yang dilakukan Imlek tahun ini adalah pada tanggal 11 Februari malam, perayaan Sa Cap Meh ditiadakan. (Sa Cap Meh adalah malam sebelum Imlek yang selalu dirayakan dengan perayaan makan besar dan atraksi seperti barongsai).
"Jadi Imlek tahun ini di vihara murni hanya kegiatan ibadah, tidak ada perayaan. Itupun (ibadah) dengan catatan dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi sebelum masuk vihara umat harus cuci tangan, pemeriksaan suhu tubuh, memasuki bilik disinfektan, dan setelah itu baru diperbolehkan ibadah," katanya.
Hal berbeda lainnya dalam Imlek ini di Vihara Avalokitesvara, kata Chandra, adalah mulai 11 Februari sampai hari ke-15 Imlek atau Cap Go Meh, khusus biksu melakukan kebaktian mulai pukul 08.00 - 18.00 WIB, dan tidak diikuti umat.
"Hanya para biksu yang mengikuti kebaktian dan tidak diikuti umat karena kita menghindari pengumpulan massa," katanya.
Chandra mengatakan Imlek tahun ini dilakukan secara sederhana dan kepada umat Buddha, jika tidak perlu lebih baik ibadah di rumah saja.
"Sembahyang itu antara kita dengan Tuhan. Di manapun kita berada, asal dengan hati yang niat dan tulus, sama saja dengan di vihara. Jadi tidak harus ke vihara," ucapnya.
Ia juga berpesan untuk umat Buddha yang merayakan Imlek untuk memperbanyak doa agar Indonesia dan dunia ini lebih baik lagi dan pandemi corona ini cepat selesai.
"Saya juga meminta agar tak perlu ke luar kota untuk silaturahmi Imlek, cukup di rumah saja. Lebih baik kita menahan diri (tidak ke luar kota) selama satu atau dua tahun ini demi kebaikan anak dan cucu kita ke depan," katanya. []