IFC Bikin Modul Green Building di Lima Universitas

International Finance Corporation (IFC) mengembangkan modul green building atau bangunan hijau untuk lima perguruan tinggi di Indonesia.
Sandra Pranoto, Green Buildings Program Leader IFC Indonesia, dalam kuliah umum The Future Is Green Are You Ready For It? di UGM, Rabu 14 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Switzy Sabandar)

Yogyakarta- International Finance Corporation (IFC) mengembangkan modul green building atau bangunan hijau untuk lima perguruan tinggi di Indonesia.

UI, Undip, UGM, ITB, dan ITS, menjadi universitas pertama di dunia yang memakai modul ini sebagai materi ajar.

"Indonesia dipilih karena sudah siap, sebab sejak 2011 kami sudah membantu untuk memberikan rekomendasi peraturan bangunan hijau," ujar Sandra Pranoto, Green Buildings Program Leader IFC Indonesia, dalam kuliah umum "The Future Is Green Are You Ready For It?" di UGM, Rabu 14 Agustus 2019.

Rekomendasi itu telah diwujudkan dalam sejumlah peraturan seperti di Jakarta pada 2012, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2015, dan Bandung pada 2016.

Pihak swasta di Indonesia pun telah ikut mendukung peraturan bangunan hijau. Terbukti, sudah ada 50 bangunan di Indonesia yang tersertifikasi sebagai bangunan hijau.

Pihak perbankan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengeluarkan aturan keuangan berkelanjutan juga dinilai sudah mendukung kebijakan bangunan hijau.

Untuk klien atau pemilik bangunan hal ini perlu, karena mereka harus tahu pengurangan atau penghematan energi sebuah bangunan

"Maka dari itu, karena semua pihak di Indonesia sudah siap, giliran dari akademisi yang ikut mendukung, jadi itu latar belakang pembuatan modul," ucapnya.

IFC merupakan organisasi bagian dari Bank Dunia yang berkomitmen untuk mengurangi dampak perubahan iklim di negara berkembang.

Urbanisasi di Indonesia diperkirakan mencapai 70 persen pada 2025, sehingga ia membantu pembangunan gedung lebih hemat energi.

Rencananya, modul ini juga akan diterapkan ke 140 negara berkembang lainnya. Selain Indonesia, modul green building juga sudah diterapkan di Kolombia dan Vietnam.

Praktisi bangunan hijau sekaligus dosen Departemen Arsitektur dan Perencanaan UGM Jatmika Adi Suryabrata mengungkapkan, alasan aristek di Indonesia masih minim pemahaman tentang green building.

Pertama, masih banyak arsitek yang berkaca pada masa lalu. "Dulu energi murah, jadi salah desain tinggal pasang AC, kalau sekarang energi semakin mahal, bahkan 20 persen dari pendapatan orang habis untuk bayar tagihan (listrik)," tuturnya.

Selain itu, kebanyakan arsitek di Indonesia hanya bisa menggambar atau mendesain tanpa dilengkapi kemampuan engineering. Padahal, kemampuan engineering penting untuk mempertanggungjawabkan sebuah desain karena dilengkapi dengan perhitungan data yang rinci.

"Untuk klien atau pemilik bangunan hal ini perlu, karena mereka harus tahu pengurangan atau penghematan energi sebuah bangunan atau rumah," kata Jatmika. []

Berita terkait
Deretan Tokoh Indonesia Lintas Profesi Lulusan ITB
Deretan Tokoh Indonesia kukusan ITB. Mereka berasal dari berbagai disiplin ilmu dan sukses berkecimpung di sejumlah profesi.
Kementerian PUPR Bangun Dua Rusunawa ITB
Kementerian PUPR terus meningkatkan jumlah hunian layak berupa rumah susun sewa (Rusunawa).
Yogyakarta-Victoria Segera Sepakati Sister Province
Pada 8-10 November 2019 mendatang akan dilangsungkan penandatanganan MoU kerja sama antara DIY dengan negara bagian Victoria, Australia.
0
Gelar Apresiasi 'Setapak Perubahan Polri', Masyarakat Dukung Polri Agar Lebih Baik Lagi
Sigit menekankan, Polri selalu berkomitmen membuka dan memberikan ruang kepada seluruh elemen masyarakat untuk menyampaikan pendapat.